Minggu, 12 Juni 2011

Berkhotbah (Bagian V / Terakhir)



Oleh : Pdt. D. Sampeliling, STh. 
 Gembala Sidang GPSDI Efata - Ambon)  

Setelah khotbah sudah masak dan siap dihidangkan kepada jemaat, tentunya pengkhotbah harus mempersiapkan diri baik mentalnya maupun teknis penyampaiannya supaya khotbah itu dapat disampaikannya dengan baik. Berikut kita akan akan mempelajari beberapa hal yang penting supaya kita dapat berkhotbah dengan baik : 

1. Dasar Keberanian Berkhotbah 

Meskipun khotbah sudah dipersiapkan dengan baik tetapi kalau yang mengkhotbahkannya tidak mempunyai keberanian, maka tetap saja akan gagal. Beberapa hal berikut ini akan membangun keberanikan seseorang untuk berdiri menyampaikan khotbah : 

a. Memiliki persiapan khotbah yang mantap. Seorang pengkhotbah akan lebih bersemangat menyampaikan khotbahnya jika ia yakin bahwa materi khotbahnya berbobot dan dibutuhkan oleh jemaat. 

b. Rajin berlatih. Seorang pengkhotbah akan lebih berani berkhotbah jika ia telah berlatih dengan baik, dan merasa sudah mahir dalam latihan itu.
 
c. Memiliki kepercayaan diri. Seorang pengkhotbah akan berani berkhotbah apabila ia memiliki kepercayaan diri. Ia percaya bahwa dirinya layak berdiri dan berbicara di depan umum. Ia tidak boleh merasa minder, ia tidak boleh terpengaruh oleh kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat pada keadaan fisiknya, misalnya: badannya pendek, atau kurus, atau tinggi, giginya tidak lurus, dan lain sebagainya. 

d. Biasa berbicara di depan umum. Meskipun seseorang sudah memiliki ketiga hal tersebut di atas, tetapi kalau ia belum terbiasa berbicara di depan umum, ia pasti tetap gugup ketika berdiri dan berbicara di depan umum. Karena itu bila ada kesempatan dalam perkumpulan atau ibadah untuk menyampaikan pendapat atau permintaan doa atau kesaksian, berdirilah dan sampaikanlah itu di depan umum. Meskipun mungkin pertama-tama engkau gagal sama sekali, tetapi jangan putus asa pasti akan datang waktunya engkau akan berani dan lancar berbicara di depan. Ketika saya pertama kali diberi tugas berdoa pembukaan di kampung, saya seperti disambar kilat. Saya mengucapkan dua atau tiga kata-kata dengan terpatah-patah. Saya rasa lama sekali, kemudian saya amin. Saya melupakan kata-kata apa yang saya telah ucapkan di dalam doa, dan yang saya tahu ialah bahwa diriku telah basah oleh keringat. Ketika pertama kali saya ditugaskan untuk memimpin sekolah minggu,tiga kali saya berdiri di muka kelas, tiga kali itupun ditertawai oleh semua anak-anak, dan sonder sepatah katapun saya ucapkan langsung saya meninggalkan ruangan gereja. Tetapi minggu berikutnya, saya datang dengan penuh keyakinan, dan saya berhasil memulai tugas saya sebagai guru sekolah minggu. 

e. Memiliki kerendahan hati. Perlu diperhatikan bahwa rendah hati tidaklah sama dengan rendah diri. Buah dari rendah diri ialah tidak berani menyampaikan pendapatnya atau tidak berani berdiri di depan umum. Sedangkan orang yang rendah hati ialah orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang besar dan penting tetapi ia tidak sombong. Ia yakin bahwa dirinya dapat melakukan hal-hal besar dan penting hanya karena kasih karunia Tuhan. 

f. Sangat percaya kepada Firman Tuhan. Seseorang dapat berkhotbah dengan penuh keberanian apabila ia sangat percaya bahwa Firman Tuhan yang disampaikannya adalah penuh dengan kuasa. 

g. Diurapi Roh Kudus. Seseorang dapat berkhotbah dengan penuh kuasa kalau diurapi Roh Kudus. 2. 

2. Rahasia Khotbah Yang Berhasil.  
  • Harus disampaikan dalam kuasa Roh Kudus. 
  • Harus didasarkan pada kebenaran Alkitab (Matius 4 : 1 – 11; 2 Timotius 3 : 15-16). 
  • Harus disampaikan dengan penyajian yang kuat. 
  • Harus dijadikan semenarik mungkin. 
  • Harus ditujukan kepada kebutuhan jemaat. 
  • Harus disampaikan dengan kasih yang tulus. 
  • Harus ditambatkan dengan tugas pendengar. 

3. Cara Menyampaikan Khotbah.  

a. Penampilan dan sikap. 
  • Ramah, hubungan dengan hadirin baik dan rileks. Jemaat lebih mungkin mendengar khotbah seseorang yang mereka suka, oleh sebab itu pengkhotbah harus menampilkan sikap yang ramah.
  • Menunjukkan kerendahan hati, tidak berlagak. Seorang pengkhotbah yang sombong sukar akan menarik perhatian jemaat. Pada umumnya orang tidak suka mendengar orang yang sombong. 
  • Pakaian harus rapi, bersih dan pantas. Pengkhotbah akan berdiri di muka jemaat yang tentunya tidak saja jemaat mendengar khotbahnya tetapi juga melihat pengkhotbah dengan jelas. Kalau pengkhotbah berpakaian tidak rapi, kotor dan tidak pantas, maka akan merusak khotbah walaupun khotbah itu baik sekali. 
  • Menguasai diri, keadaan dan hadirin. Kadang-kadang ada hal-hal yang mengganggu perhatian pengkhotbah dan jemaat. Pengkhotbah harus menguasai keadaan untuk menarik perhatian jemaat kepada khotbah. 
  • Berkhotbah dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Jemaat akan sukar memaafkan pengkhotbah yang tidak bersungguh-sungguh dan tidak yakin akan khotbahnya. 
 b. Gerak-gerik atau sikap badan.  
  • Gerak-gerik pengkhotbah harus bebas, wajar dan luwes, jangan kaku, jangan gerak-gerik yang lucu dan menggelikan. 
  • Mata memandang kepada jemaat, jangan memandang ke atas terus atau ke bawah terus atau ke samping terus, atau menutup mata. Tetapi memandanglah kepada semua jemaat sehingga pengkhotbah meyakinkan tiap jemaat bahwa ia berbicara secara pribadi kepada mereka walaupun ia berkhotbah kepada banyak orang. 
  • Mimik cukup, cocok dan pantas. Ada pengkhotbah yang wajahnya selalu muram sehingga jemaat menyangka bahwa pengkhotbah tersebut marah-marah, dan akibatnya jemaat tidak merasa diberkati, tetapi merasa dibebani pikulan berat. Pengkhotbah yang kelihatannya marah tidak akan mentobatkan pendengarnya. Dengan memakai mimik pengkhotbah dapat mendramakan apa yang sedang diceritakan. 
 c. Suara. 
  • Kata-kata harus diucapkan dengan jelas dan seksama. Tiap kata yang diucapkan pengkhotbah merupakan peluru kecil atau anak panah yang tajam. Tetapi kalau kata-katanya kurang jelas pada telinga jemaat, maka kata-kata itu menjadi anak panah yang tumpul. Pakailah bahasa yang mudah dimengerti jemaat. 
  • Variasi dalam nada suara pengkhotbah yang baik kadang-kadang akan berbicara dengan suara keras, dengan nada yang biasa, dan mungkin sewaktu-waktu dengan nada yang lembut. Suaranya akan turun naik selama berkhotbah. 
  • Suara harus disesuaikan dengan besar kecilnya ruangan. Kalau ruangan besar maka suara harus lebih keras, dan kalau ruangan kecil,maka volume suara harus dikurangi. 

d. Lain-lain petunjuk 
  • Sidang jemaat diberi kesempatan untuk mencari nats. 
  • Lamanya khotbah tergantung pada urapan Roh Kudus dan talenta pengkhotbah. 

4. Kepribadian Seorang Pelayan Tuhan. 
  • Seorang pelayan Tuhan harus mengawasi dirinya dan ajarannya. (I Timotius 4:16; I Korintus 9: 27). 
  • Seorang pelayan Tuhan mengalami kelahiran baru.( Matius 7:21-23). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya. ( I Korintus 9:16-22 ; IIKorintus 5:14-15). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus mengasihi jiwa-jiwa. (Matius 9:36 ; 14:14 ; 15:32 ; 18:25-27 ; Markus 1:41 ; Lukas 7:13). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus memiliki kehidupan doa. ( Yesaya 40:31 ; Kisah rasul 6:4). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus hidup dalam kesucian. ( Titus 2:7-8). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus cakap melayani pekerjaan Tuhan. (II Timotius 2 : 21). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus penuh iman. (II Korintus 5:7; Yakobus 1:6-8). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus dapat mengatur rumah tangganya dengan baik. (I Timotius 3:10-13). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus rendah hati. (Amsal 18:12; Matius 23:8-12). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus sabar seperti Tuhan Yesus sabar menghadapi segala sesuatu. (Amsal 16:32). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus jujur terhadap Tuhan dan sesama manusia. (Maleakhi 3:7-10). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus setia sebab jika tidak demikian mahkotanya akan diambil orang lain. (Wahyu 2:10; 3:11).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar