Sabtu, 18 Juni 2022

BERMENTAL KUAT (Bil. 13 : 25 – 33)

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag.(Cand.)

Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)

Untuk mencapai suatu tujuan, harap, damba atau cita-cita, kita tentunya memerlukan keteguhan hati dalam berjuang. Tidak ada sesuatu yang dapat kita capai tanpa perjuangan tentunya, dan dalam perjuangan itu, kita membutuhkan semangat atau Mental Yang Kuat. Jika disandingkan dengan defenisi Iman dalam Ibrani 11 : 1 maka Mental Yang Kuat itu merupakan iman.

Kisah dalam Bil. 13 : 25 – 33 yang merupakan ayat bacaan kita ini, mengkisahkan tentang 10 orang pengintai yang dipilih oleh Musa berdasarkan perintah Tuhan kepadanya, untuk memata-matai tanah Kanaan, suatu negeri yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan keturunannya untuk dimiliki (Tanah Perjanjian). Namun ke-10 pengintai yang telah melaksanakan tugas mereka tersebut ternyata memilki suatu pandangan yang terbagi 2, antara yang Optimis Dapat Memenangkan Negeri Kanaan, dan yang Pesimis Akan Kemenangan Tersebut.

Mari kita periksa kisah ini secara lebih detil, tentang Apa Tujuan Sebenarnya dari Misi ke-10 Pengintai ini, Bagaimana Seharusnya Mereka Bersikap, dan Apa Konsekuensi dari Sikap / Laporan Mereka Tersebut ?

I.      Tujuan Misi Pengintai ke Tanah Kanaan.

Sebenarnya bangsa Israel, termasuk ke-10 orang pengintai yang semuanya adalah kepala-kepala di antara orang Israel (ay.3-16) menyadari bahwa tujuan daripada tugas yang dipercayakan kepada mereka hanyalah supaya mereka mengetahui cara / strategi tentara Israel dalam menyerang dan menduduki tanah Kanaan yang sudah diserahkan oleh Tuhan kepada mereka.

Mari kita perhatikan ayat 18 – 20, yang merupakan misi pengintaian itu, yang terbagi atas 2 bagian :

  1. Bagaimana keadaan negeri itu : apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak, apakah mereka diam di tempat-tempat yang terbuka atau ditempat-tempat yang berkubu; (persoalan jumlah, kekuatan dan perlindungan).
  2. Apakah negeri itu baik atau buruk, apakah tanah mereka gemuk atau kurus, apakah ada pohon-pohonan atau tidak; (persoalan hasil bumi / kemakmuran). 

Jika kita perhatikan dengan seksama pada ayat yang ke 2a, sesungguhnya tanah Kanaan itu telah Allah berikan kepada mereka. “Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; …”. Ayat ini merupakan penegasan Janji Allah kepada Abraham (Kej. 15:18); Negeri itu merupakan tanah yang dijanjikan Allah, kalau Allah sudah berjanji memberikannya, maka Ia sendirilah yang pasti akan menggenapinya. 2 Petrus 3 : 9a : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, …..”

Dalam hal ini, jika ke-10 Pengintai yang adalah pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel ini, meyakini akan janji Tuhan, maka seharusnya mereka tidak perlu berselisih pandang tentang keadaan negeri Kanaan tersebut. Namun seperti inilah keadaan kita selaku manusia, ada orang yang memandang janji Tuhan dengan yakin, namun ada juga orang kemudian menjadi ragu. Hal ini tentunya tergantung dari sikap hati kita dalam menerima janji firman Allah tersebut. Perhatikan perumpamaan tentang seorang penabur dalam Mat. 13:1-30; Mrk. 4:1-20 dan Luk. 8:4-15).

II.           Bagaimana Seharusnya Mereka Bersikap ?

Penerimaan kita akan kebenaran firman Allah, akan menentukan cara kita bersikap terhadap kebenaran firman Allah tersebut, dan ini akan teruji ketika kita menghadapi berbagai tantangan dalam hidup kita.

Ke-10 pengintai yang adalah pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel tersebut ternyata memiliki sikap yang berbeda ketika mereka diperhadapkan dengan suatu kenyataan yang mereka lihat terhadap suku bangsa yang mendiami tanah Kanaan.

Benar mereka sepakat bahwa negeri tersebut memang negeri yang berlimpah susu dan madunya, bahkan mereka membawa hasilnya; bahwa orang-orang yang mendiami negeri itu merupakan bangsa yang kuat-kuat dan merupakan keturunan Enak (orang-orang raksasa); bahwa kota-kota mereka berkubu dan sangat besar. Namun mestikah dengan kenyataan tersebut akan melunturkan semangat kita ? akan melemahkan iman kita ? tidakkah mereka sadar akan perbuatan ajaib yang telah Tuhan lakukan kepada mereka, baik ketika mereka di Mesir sampai ketika mereka akan memasuki tanah yang Tuhan sudah janjikan kepada mereka ? tidakkah mereka sadar akan perkara-perkara ajaib / mujizat Allah tersebut ? bagaimana ketika mereka menyeberangi laut Teberau yang telah terbelah menjadi dua, bagaimana ketika Allah memberi mereka makan manna dan juga burung-burung ? dan sederatan perkara ajaib yang telah Allah nyatakan kepada mereka ? tinggal selangkah saja, mereka sudah akan memasuki tanah Perjanjian tersebut, mestikah mereka harus kembali lagi ke Mesir, dan kemudian mati di tengah jalan ?  

Bersyukurlah bahwa diantara ke-10 pengintai tersebut, ada 2 orang, yakni Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune yang memiliki iman yang teguh keyakinan akan janji Allah kepada umat pilihan-Nya. Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)

III.         Apa Konsekuensi dari Sikap Mereka ?

Segala sesuatu terkait dengan sikap kita, apalagi menyangkut hubungan dengan Allah, tentunya memiliki konsekuensi.

Ketika sikap kita berkenaan kepada Allah atau kita memilih sikap yang benar dalam menghadapi suatu permasalahan atau pergumulan hidup, maka tentunya kita akan mendapatkan mahkota yang setimpal dengan itu. I Kor. 9:25 berkata : “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi”.

Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune mendapat perkenaan Tuhan untuk tetap hidup dan dapat masuk ke negeri Kanaan atau Tanah Perjanjian tersebut. (Bil. 14 : 30 dan 38).

Sedangkan kepada ke 8 orang pengintai yang lain itu, apakah yang terjadi kepada mereka ?. setelah mereka membuat hati umat Israel berontak kepada Musa dan kepada Tuhan, mereka akhirnya mati. (Bil. 14 : 36 - 38). Bahkan bukan hanya mereka saja yang mati, semua orang-orang Israel yang terpengaruh dengan informasi yang mereka sampaikan, tidak ada satupun yang masuk ke tanah Kanaan, mereka semua mati di padang gurun, dari yang berumur 20 tahun ke atas. (Bil. 14:29), sesuai dengan permintaan mereka dalam persungutan mereka. (Bil. 14 : 2). “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini !!!”.

Persungutan akan mendatangkan celaka bagi kita. I Tes. 5:18 : “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.

Doa : Tuhan ajarlah kami mengerti maksud dan kehendak-Mu dalam setiap kehidupan kami, sehingga kami memiliki Iman Yang Teguh di dalam Engkau, dan olehnya kami dapat menikmati mahkota kehidupan yang telah Engkau janjikan. Amin.