Rabu, 02 September 2009

Khotbah : Bertumbuh dan Menghasilkan Buah

Buah Pala
Oleh : Fredrik Dandel, ST.

Yoh. 15 : 16 & 17
16 “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-Ku kepadamu : Kasihilah seorang akan yang lain.”

Allah telah memilih kita sebagai anak-Nya (milik kepunyaan-Nya) sebelum dunia ini dijadikan. (Ef. 1:4&5). Sebagai milik kepunyaan-Nya, Ia menghendaki supaya kita menghasilkan buah yang baik dan tetap. Buah yang dimaksudkan tersebut adalah : Buah Pertobatan (Mat. 3:8); Buah Kebenaran (Flp. 1:11; Yak. 3:18); Buah Roh (Gal. 5:22), serta Buah Injil / Buah Pelayanan (Rm.1:13; Kol. 1:6).
Mat. 21:18-22 dan Mrk. 11:12-14 mencatat bahwa ketika Yesus lapar dan pergi mendapati pohon ara dengan harapan akan mendapatkan sesuatu dari pohon tersebut, namun pohon tersebut tidak berbuah, dan akhirnya dikutuk sampai kering dan mati.
Tentunya kita tidak ingin sehingga kasih karunia Allah berpaling dari kehidupan kita. Oleh sebab itu kita harus berbuah. Agar supaya pohon tersebut (kehidupan kita) dapat bertumbuh dan menghasilkan buah, maka yang perlu kita perhatikan adalah :

Pertama : Benih yang Baik;

Suatu pohon berasal dari suatu benih. Benih yang baik akan menghasilkan pohon yang berkualitas (baik), sedangkan benih yang tidak baik akan menghasilkan pohon yang tidak baik pula. Oleh sebab itu, seorang penabur yang baik akan memilih benih yang baik untuk ditaburkan di ladangnya.
Benih yang baik dalam pengertian rohaninya berbicara tentang : Firman Allah (Luk. 8:11), Mat. 13:38 mengatakan bahwa benih yang baik itu adalah anak-anak Kerajaan.
1 Petrus 1:23 berkata : Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fanal. Oleh firman Allah yang hidup dan yang kekal.”

Kedua : Tanah Yang Baik;

Benih yang baik harus ditanam pada suatu tanah yang baik. Dalam suatu perumpamaan (Mat. 13:1-23, Mrk. 4:1-20 dan Luk. 8:4-15), Tuhan Yesus mengajarkan tentang seorang penabur yang keluar menaburkan benih. Benih tersebut ada yang jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian lagi jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.
Tanah tempat benih yang jatuh tersebut berbicara tentang sikap hati manusia dalam menerima Firman Allah. Tanah yang baik adalah sikap hati yang baik, yaitu dengan menyambut Firman (Mrk. 4:20), mengerti Firman (Mat.13:23) serta menyimpannya dengan baik (Luk.8:15)
2Kor. 3:3 berkata : Karena ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.

Ketiga : Perawatan Yang Baik;

Suatu pohon dari benih yang baik yang ditanam pada tanah yang baik harus pula dirawat dengan baik untuk menghasilkan buah yang banyak dan berkualitas. Buah yang dikeluarkan ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat dan ada yang seratus kali lipat.
Sekiranya pohon yang tumbuh tersebut belum menghasilkan buah, maka yang kita perbuat adalah : mencangkul tanahnya dan memberinya pupuk (Luk.13:6-9; bnd. Yes.5:1-7). Hati yang keras akan menghambat proses pertumbuhan dan pembuahan rohani oleh sebab itu, hati tersebut perlu dilembutkan sehingga Firman Allah dapat leluasa bertumbuh dan menghasilkan buah dalam kehidupan kita. Maz. 95:7b & 8 berkata : “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun.”
Tetapi jikalau buah yang dihasilkannya sedikit, maka yang diperbuat oleh pengusaha tersebut adalah : memotong ranting yang tidak berbuah dan membersihkan ranting yang berbuah sehingga dapat lebih banyak berbuah (Yoh.15:1&2). Untuk memotong dan membersihkan ranting tersebut, maka alat yang dipakai adalah pedang (Firman Allah). Yoh. 15:3 berkata : “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.” Ibr. 4:12 berkata : “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.Dan tidak ada suatu mahkluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”

Sekiranya dalam kehidupan ini kita rindu untuk menghasilkan buah bagi Allah dan sesama, maka kita harus mendengar Firman Allah (Benih Yang Baik), menerima Firman Allah dengan sikap hati yang baik (Tanah Yang Baik), serta mau menjaga dan memelihara Firman Allah tersebut di dalam diri kita (Perawatan Yang Baik). Niscaya Allah akan mendapati kita berbuah dan buah tersebut menyenangkan hati Tuhan. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Kamis, 16 Juli 2009

Khotbah : Dipanggil Untuk Menerima dan Menjadi Berkat


Oleh : Fredrik Dandel, ST.

Kej. 12 : 1 - 9
1 “Berfirmanlah Tuhan kepada Abram : “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; 2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

Allah yang kita sembah di dalam Kristus Yesus Tuhan adalah Allah yang bertanggungjawab terhadap panggilan dan pilihanNya kepada Kita. Dia memanggil dan memilih kita tidak untuk mencampakkan ataupun kemudian menelantarkan dan membiarkan kita begitu saja tanpa ada kepastian. Tetapi Allah memanggil kita supaya kita dapat menerima dan menjadi berkat. Lewat bacaan firman Tuhan di atas, kita diajarkan rahasia dari panggilan Allah kepada Abram yang juga adalah panggilan Allah kepada kita :

Pertama : Abram Berasal dari Keturunan Orang Benar;

Bagaimana sesungguhnya hubungan antara keberkatan dengan garis keturunan? Mengapa jika kita mau menerima dan menjadi berkat, kita harus berasal dari keturunan orang benar? Apakah memang harus demikian? Raja Daud dalam Maz. 112:1-2 berkata : Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.” Bahkan lebih lanjut Raja Daud bersaksi dalam Maz. 37:25&26 : Dahulu aku muda, Sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.”
Siapa sesungguhnya Abram ini, dan dari mana asal-usulnya? Mengapa dia dipilih dan dipanggil oleh Allah untuk menerima & menjadi berkat? Lukas 3 : 34 – 38 menjelaskan siapa sebenarnya moyang dari Abram. Abram secara garis keturunan berasal dari Sem yakni anak Nuh. Kej. 9 : 18 - 28 mengkisahkan Nuh serta ketiga anaknya Sem, Ham dan Yafet. Bagaimana Nuh memberkati Sem & Yafet serta mengutuk Ham yakni bapak Kanaan. 26 Lagi katanya : “Terpujilah Tuhan, Allah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya.”
Abram dipanggil dan dipilih Allah untuk menerima dan menjadi berkat oleh sebab Abram berasal dari keturunan orang benar. Lalu bagaimana dengan kita? Mungkin kita berkata : “Oh ayah saya adalah seorang pemabuk, penjudi, bahkan tidak mengenal Allah, mungkinkah saya menerima janji Allah dalam hidup saya? Oh saya tidak mempunyai singgungan secara garis keturunan dengan Bapak Abraham, apakah janji keberkatan itu juga berlaku bagi saya? Jawabannya adalah : “Tidak masalah, sebab Alkitab menjamin itu!!!. Galatia 3 : 29 berkata : “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah”. Haleluya, trima kasih Tuhan, dalam Kristus aku layak menerima janjiMu.

Kedua : Abram Hidup Dalam Kebenaran;

Untuk menerima dan menjadi berkat, Abram tidak terlena dengan garis keturunannya yang berasal dari orang benar. Tetapi dia juga hidup dalam kebenaran. Ayat 4 dalam Kej. 12 bacaan Alkitab kita berkata : “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya, ….”. Ini menunjukkan sikap Abram yang taat kepada Firman yang disampaikan oleh Allah kepadanya. Ketaatan Abram ini menunjukkan bahwa dia hidup dalam kebenaran.
Sekalipun kita percaya (iman) bahwa kita sudah berasal dari keturunan orang benar (milik Kristus), namun jika kita tidak hidup dalam kebenaran, juga adalah sia-sia adanya. Yakobus 2 : 26 berkata : “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”
Mazmur 1 : 1 – 3 berkata : “Berbahagilah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”

Ketiga : Abram Suka Mendirikan Mezbah bagi Tuhan;

Kitab Kejadian mencatat empat kali Abram mendirikan mezbah bagi Tuhan. Yang pertama di suatu tempat dekat Sikhem, yakni Pohon Tarbantin di More (Kej. 12 : 6), dan yang kedua di pegunungan di sebelah timur betel, yakni antara Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah Timur (Kej. 12 : 8). Yang ketiga di di Mamre dekat Hebron, (Kej. 13:19). Selanjutnya disaat Allah menguji iman Abraham, dengan meminta Abraham mempersembahkan anaknya Ishak, Abraham mendirikan mezbah untuk mengorbankan anaknya Ishak seperti yang diminta oleh Allah kepadanya. (Kej. 22: 1–19). Mezbah ini didirikan di atas gunung Moria.
Kata Mezbah dalam bahasa Ibrani “mizbĂ©akh” berarti tempat korban persembahan. Menurut etimologi istilah itu melibatkan penyembelihan, dipakai juga untuk mezbah pembakaran ukupan (Kel. 30:1).
Sebagai tempat korban persembahan, mezbah mengandung pengertian rohani SALIB dimana KRISTUS MENJADI KORBAN. Yohanes 3:14-15 berkata :”Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Lebih lanjut Yohanes 12:32 berkata : “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu”. Permuliakanlah Kristus dengan kuasa Korban-Nya, maka kita akan diberkati Allah dan menjadi berkat bagi sesama kita.

Sekiranya kita mau menerima berkat Allah dan menjadi berkat bagi sesama kita, baiklah kita menyerahkan hidup kita kepada Kristus; hidup dalam kebenaran serta senantiasa mempermuliakan Kristus dengan kuasa Korban-Nya yang menyucikan, menguduskan dan menyelamatkan kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Belajar Untuk Mendapatkan Kasih



Add caption
Oleh : Fredrik Dandel, ST

Matius 7 : 12  
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Kehendak / kebutuhan manusia yang paling utama adalah untuk dicintai dan dikasihi. Persoalannya adalah bahwa kebutuhan tersebut akan menjadi sulit kita nikmati, kecuali jika diri kita dengan pertolongan Tuhan yang mau memulainya terlebih dahulu. Lewat bacaan firman Tuhan di atas, kita diajarkan beberapa hal untuk dapat menikmati kasih itu :  

Pertama : Belajar untuk menghargai/ mengasihi pribadi kita;

Sebelum orang lain menghargai/ mengasihi kita, baiklah terlebih dahulu kita menghargai/ mengasihi diri kita sendiri. Pada dasarnya semua manusia, tanpa kecuali mempunyai kecenderungan untuk itu. Sekalipun kedengarannya gampang, tetapi pada kenyataanya, menghargai/ mengasihi diri kita sendiri merupakan suatu persoalan yang sangat serius dihadapi oleh umat manusia dari masa ke masa. Kasus narkoba, judi, miras dan sebagainya sampai kepada bunuh diri adalah suatu contoh dari sekian banyak contoh yang dapat kita temui di sekeliling kita. Percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal. 5 : 19 – 21 / Perbuatan Daging) juga adalah merupakan perbuatan-perbuatan yang merusak diri kita sendiri.

Mengapa kita harus menghargai/ mengasihi pribadi kita? Kej. 1: 26 & 27 : Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. I Kor. 6 : 19 & 20 : Tubuhmu adalah tempat kediaman Roh Kudus.  

Kedua : Belajar untuk menghargai/ mengasihi sesama;

Sekiranya menghargai/ mengasihi diri sendiri merupakan suatu persoalan yang serius dihadapi oleh seorang umat, terlebih lagi untuk menghargai/ mengasihi sesama. Persoalan akan timbul ketika kita dengan sadar atau tidak sadar menyakiti sesama kita. Tetapi jika kita, oleh kuasa Roh Kudus telah mampu untuk dapat belajar mengasihi/ menghargai pribadi kita sendiri, maka tentunya kita juga akan dapat belajar untuk menghargai/ mengasihi sesama kita.

Manusia itu adalah mahkluk social, yang tidak dapat hidup tanpa orang lain”. Kej. 2 : 18 berkata : “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Maz. 133 : Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”

Mengasihi sesama berarti kita belajar untuk mengerti apa yang patut dan tidak patut kita perbuat kepada sesama kita. KOLOSE 3 : 8 – 10 berkata : Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.  

Ketiga : Belajar untuk menghargai/ mengasihi Allah ;

Alkitab berkata bahwa Allah itu adalah Kasih. Karena kasih-Nya, Allah rela mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal, yaitu Kristus Yesus Tuhan pada saat kita masih hidup dalam kegelimpangan dosa. Memang Allah mengasihi orang berdosa, tetapi Allah sangat membenci dosa. Roma 6 : 23 berkata : “Sebab upah dosa adalah maut , tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal di dalam Yesus Kristus, Tuhan kita”.

Mengasihi Allah berarti kita : menanggalkan dosa, setiap hari dengan firman Allah, menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Jika kita mau belajar untuk menghargai/ mengasihi Allah, maka dipastikan bahwa Allah akan lebih lagi mengasihi dan menyayangi kita.

Sekiranya kita rindu untuk mendapatkan kasih, maka baiklah kita belajar untuk mengasihi diri kita, mengasihi sesama kita serta mengasihi Allah Bapa kita. Niscaya harapan/ kerinduan kita akan menjadi kenyataan dalam hidup setiap hari. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita semua. Amin.