Sabtu, 16 April 2011

Habel Martir Yang Pertama


Oleh : Fredrik Dandel, ST.

PENDAHULUAN :

Sekitar 6015 Tahun yang lampau yakni 4004 tahun SM ditambah dengan umur dunia dimana kita berada sekarang, saat itulah manusia pertama bernama Adam dan Hawa moyang kita diciptakan oleh Allah. Begitu perhatian-Nya Allah kepada ciptaan yang bernama “Manusia’ itu, sehingga mereka harus diciptakan oleh Allah pada hari keenam, lengkap setelah Allah menyediakan segala kebutuhan manusia itu secara berturut-turut mulai dari hari pertama sampai hari keenam penciptaan.

Terasa masih belum lengkap kalau ciptaan yang istimewa tersebut belum dihadiakan sebuah “Istana” oleh Allah. Tersebutlah “istana’ itu sebagai Taman Eden, sebuah taman yang sangat megah mulia nan luas. Ditumbuhkan-Nya berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai yang mengalir dari taman itu untuk membasahinya, dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah hawila, tempat berlimpah dengan emas, damar bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua adalah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. Nama sungai yang ketiga adalah Tigris, yakni yang mengalir disebelah Timur Asyur, dan yang keempat ialah Efrat. Tuhan Allah mengambil manusia ciptaan-Nya itu serta menempatkan mereka disebelah timur dari taman itu disitulah ditempatkan-Nya mereka.

Disanalah manusia pertama itu memulai kehidupan mereka dengan mengusahakan dan memelihara taman itu. Disana pulalah mereka akhirnya tergoda oleh iblis yakni si “Ular Tua” dan jatuh kedalam dosa yang sangat dibenci oleh Allah. Mengakibatkan mereka harus diusir oleh Allah yang mengasihi mereka, yang pada gilirannya mereka harus dengan susah payah mengais rejeki dari tanah yang harus mereka usahakan. Istana yang indah nan megah berganti dengan semak duri dan rumput duri, buah pohon yang lezat dan nikmat berganti dengan tumbuhan-tumbuhan liar dari padang belantara. Kesenangan yang kekal berganti dengan susah payah dan kematian. Itulah akhir dari kehidupan yang harus dijalani oleh manusia itu, sampai mereka harus kembali menjadi debu oleh karena dari debu-lah mereka diciptakan.

KEHIDUPAN KELUARGA ADAM DAN HAWA.

Kejatuhan manusia kedalam dosa mengaibatkan mereka harus keluar dari Taman Eden yang mewah dan dan maha mulia itu. Maka tinggalah mereka dalam satu gubuk yang sangat sederhana, yang mungkin terbuat dari pelepah-pelepah dan dedaunan. Tetapi mungkin juga dari ilalang. Yang penting tersedia tempat bagi mereka untuk dapat berlindung dari titisan hujan, sorotan terik matahari yang menghanguskan kulit atau dari hembusan angin malam yang menggigilkan.

Bersetubuhlah manusia pertama itu dengan Hawa isterinya, sehingga mengandunglah perempuan itu dan melahirkan dua orang anak laki-laki kembar. Yakni Kain (Ibrani : קַיִן / קָיִן = Qáyin) dan Habel(Ibrani : הֶבֶל / הָבֶל = Hével / Hável).

Masa kecil kedua bocah nampaknya cukup bahagia. Adam seorang ayah yang baik dan bertanggungjawab, sedangkan Hawa adalah seorang Ibu yang bijaksana dan mengasihi anak-anaknya. Kedua bocah mendapat pendidikan, pengajaran, asuhan dan lain-lain yang sama dari seorang ibu dan seorang ayah yang mencintai Tuhan.

Ketika malam telah membungkusi bumi, waktu yang senggang dan teduh, selepas bersantap malam sebelum tidur, selayaknya kebiasaan yang berlaku umum bagi sebuah keluarga yang mengasihi Tuhan. Adam yang dikelilingi oleh seluruh anggota keluarganya kerapkali akan bercerita. Entahkah ia mengulang cerita yang sudah-sudah ataukah ia akan menyambung kisah-kisahnya pada malam-malam sebelumnya. Sebuah cerita yang indah tentang awal kehidupan mereka ketika masih di taman impian, Taman Eden yang selalu dirindukan.

Saat dimana Adam dan Hawa sambil berpegangan tangan bahagia mengitari dan menjelajah Taman Eden yang penuh dengan buah-buahan yang lezat-lezat dan bunga-bunga yang berwarna-warni. Bagaimana ayahnya memberi nama tiap-tiap binatang ciptaan Allah sembah sekalian alam. Bagaimana ayahnya memerintah dan menyuruh singa, harimau, beruang. Bagaimana ayahnya bersiul sedang ibunya bernyanyi ditengah-tengah binatang-binatang buas yang jinak-jinak di masa itu. Bagaimana orang tuanya bebas bercakap-cakap dengan Tuhan Allah. Bagaimana orang tuanya bercakap-cakap dengan semut, burung, lalat dan semua mahkluk yang ada di dalam Taman Eden. Bagaiman ayahnya berbuat ini, berbuat itu tanpa teguran Allah. Bagaiman ibunya berbuat kehendak hatinya tanpa takut-takut. Bagaimana ayahnya ………………Bagaimana ibunya ……………dst.

Dan banyak lagi kenangan-kenangan nikmat lainnya tentang Taman Eden atau Firdaus. Akhirnya bagaimana ibunya, Hawa tergoda dan ditipu mentah-mentah oleh si ular terkutuk itu, sehingga menyebabkan mereka harus hidup dan mengalami takdir yang malang ini.

Habel sangat gemar mendengarkan kisah-kisah ini. Entah ayahnya atau ibunya yang membawakan kisah itu bagi Habel kisah-kisah ini seolah-olah mengantar ia kealam peraduan. Tiap kali kisah ini didengarnya, tiap kali itu pula ia tertawan dan merasa kecewa jikalau kisah itu harus dihentikan disebabkan ayahnya atau ibunya lelah berkata-kata atau karena malam telah larut benar. Seringkali Habel terharu mengikuti cerita-cerita ini, dan kadang-kadang tanpa ia sadar matanya telah berkaca-kaca dan kalau tak kuasa ia membendungnya, keluarlah tetasan airmata bahagia laksana sungai halus membasahi dan menerusi kedua lembah pipinya kemudian berjatuhan ke lantai. Dalam kenangan selalu ia mengulangi kisah nyata – kisah nyata ini. Bahkan seringkali ia mimpi dengan mata terbuka.

“Ach, andaikata masa itu dapat kembali?” kata Habel dalam hatinya. Dan Habel percaya akan kemurahan Allah. Bibit percayanya telah ada dalam lubuk hatinya semenjak dia kecil.

Lain pula halnya dengan Kain kakaknya. Segala kisah-kisah ibunya dan ayahnya ini sama sekali tidak berharga baginya. Apalagi berkesan ? baginya kisah-kisah ini hanya berharga sebagai pengantar tidur belaka.

Waktu berputar terus, kedua kakak beradik ini semakin bertumbuh dewasa. Dikisahkan dalam Alkitab bahwa Kain menjadi peladang, mungkin karena itulah ia berbadan sehat dan tangkas, padat berisi yang juga menyebabkan ia berwatak kasar. Sedangkan Habel menggembalakan kambing. Habel (Ibrani = lemah, sia-sia), menurut sarjana-sarjana Alkitab mempunyai sifat yang lemah baik secara lahir maupun dalam gerak-geriknya. Dalam kelemahan dan rendah hati ia mencari Allah dan justru “dalam kelemahan,……….. kuasa Allah disempurnakan.” 2 Kor. 12 : 9.

HABEL DIBUNUH OLEH KAKAK KANDUNGNYA SENDIRI.

Di bagian Timur, dimana dengan patuhnya beberapa Kerubiun- sejenis malaikat Allah dengan pedangnya yang bernyala-nyala berdiri menjaga jalan ke arah pohon hayat itu, di sinilah kisah nyata itu dimulai. Disinilah telah terjadi peristiwa berdarah pertama yang kejam tiada taranya dan tak kenal ampun itu. Mula pertama darah manusia dipaksa mengalir membasahi tanah lembut gersang. Darah manusia dari keluarga pertama di atas dunia ini telah digenangkan, merendam kemudian mengendap dan membeku serta membuat gumpalan-gumpalan abuduli.

Kain anak pertama Adam telah membantai Habel adik kandungnya yang hanya satu dikala itu, karena satu sebab yang sepele bagi orang-orang yang berkepala dingin. Cemburu. Itulah satu-satunya yang menjadi sebab-musabab habel digorok abangnya. Cemburu yang tak kenal ampun. 1 Yoh. 3 : 12-15. Yah, cemburu yang membawa maut.

Ceritanya bermula ketika suatu waktu mereka berdua (Kain dan Habel) masing-masing membawa persembahannya kepada Allah. Waktu itu keduanya berumur kira-kira 29 Tahun. Persembahan yang dipersembahkan oleh Kain dan Habel adalah sama, yakni dari hasil pekerjaannya. Kain membawakan persembahan hasil bumi berupa buah-buahan, gandum dan padi berdasarkan hasil dari pekerjaannya sebagai petani, sementara Habel sebagai seorang gembala (peternak) mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya.

Maka Tuhan mengindahkan Habel dengan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi panas dan mukannya muram. Sehingga Tuhan memperingatkan Kain dan berfirman : “mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.”

Teguran yang keras dari Tuhan lewat firman-Nya kepada Kain rupanya tidak diindahkannya sedikitpun. Ia terlampau terbakar dengan api cemburu kepada adiknya yang satu-satunya itu. Ia tidak lagi memikirkan waktu indah dulu ketika mereka berdua bermain bersama-sama, bercengkerama dan mendengarkan kisah yang indah dari kedua orang tua mereka. Kain telah lupa segala-galanya, ia tidak mampu lagi mengendalikan dirinya.

Kain telah dikuasai oleh hawa nafsu jahatnya. Setan jahanam yang berpengalaman dan berhasil menipu ibunya kembali muncul dalam hatinya. Ditanamnya bibit cemburu, kemudian tidak henti-hentinya dihembusnya. Kini cemburu yang sekecil cabe itu berbiak menjadi dengki lalu menjelma menjadi benci. Benci itu kemudian melahirkan niat untuk membunuh. Diam-diam Kain merancang tipu daya, ia mengajak adiknya Habel yang dengan tulusnya mengikuti dia ke padang. Kata Kain kepada Habel adiknya : “Marilah kita pergi ke padang”. Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain membacok Habel adiknya. Habel linglung dan jatuh terkapar di atas tanah, menggelepar-gelepar menyongsong maut. Darahnya mencebur keluar, bagaikan pipa air bocor mendadak. Bacokan kedua, ketiga, keempat, ketujuh menyusul ........ maka putuslah nyawa Habel. Dengan ini batu pertama dari segala orang syahid telah diletakan tanpa upacara. Telah diletakan tanpa saksi : “Ya, tanpa saksi,” kata Kain dalam hatinya.

Kain merasa puas. Waktu sadar, ia menyesal. Tapi apa daya semuanya tiada gunanya. Ia merasa tertuduh, rasa takut membayanginya. Dengan perasaan cemas, ia melangkah pulang. Tiba-tiba ia terkejut mendengar firman Allah yang ditujukan kepadanya : “Di mana Habel, adikmu itu?”. Rupanya dosa telah bekerja sangat kental di hati Kain. Tidak cukup rupanya dengan membunuh Habel adiknya, dosa selanjutnya ia dramakan dihadapan Allah dengan menipu Allah. Jawab Kain yang kemudian menjadi ucapan yang sangat terkenal ialah, " Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"

Allah melihat bahwa Kain mencoba menipu, firman-Nya :"Apa yang telah kau perbuat ini? Darah Habel adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah". Kemudian Allah mengutuk Kain untuk mengembara di muka bumi. Kain ketakutan bahwa ia akan dibunuh orang lain di muka bumi dan dalam rasa takutnya itu ia memohon kepada Allah, dan karena itu Allah mmberikan kepadanya tanda pada wajah Kain sehingga ia tidak akan dibunuh, sambil berkata bahwa "barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." Lalu Kain pergi, "ke negeri pengembaraan".

PENUTUP :

Darah Habel adalah darah orang percaya yang pertama tertumpah sebab percaya kepada Darah Perjanjian yaitu Jesus Kristus. Jesus telah membenarkan darah Habel yang tertumpah atas dasar percaya. Sekalipun Darah Jesus jauh lebih bernilai daripada darah Habel, tetapi darah Habel yang telah tertumpah menunjukkan bahwa hidup kita di dunia ini tidaklah lebih berarti dibandingkan dengan suatu kemuliaan yang kelak akan kita nikmati bersama-sama dengan Kristus di Sorga. Mengapa kita harus ragu untuk mengikut Kristus, mengapa kita harus memilih menyangkal-Nya ketika tawaran dunia ini menggiurkan. Jangan sesat! Pertahankanlah kesucian iman-mu, sampai engkau menerima bagian yang akan diperuntukan kepadamu.

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik daripada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya bahwa ia benar, karena Allah berkenaan atas persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati (Ibr. 11:4).

Tradisi mengatakan bahwa makam Habel berada sekarang disekitar sungai Barada dekat Damaskus jang kini dinamakan Nebi-Hebel. Makam ini kira-kira 2-7 meter panjangnya dan terletak di atas satu bukit.

Referensi dan Gambar :

Alkitab

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini.

Nicky J. Sumual (Tjetakan Pertama : 1960). Mati Sjahid. Penerbit HKBP Pematang Siantar. Pematang Siantar - Sumatera Utara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kain_dan_Habel

Rabu, 13 April 2011

PUISI ULANG TAHUN


ANUGERAH TUHAN

Ketika Fajar mulai mereka ........
Hari Baru telah tiba ........
Sesuatu yang indah Tuhan anugerahkan bagiku
Hari ini bertambah setahun usiaku ......

Trima kasih Tuhan ...... Atas anugerah-Mu.
Disepanjang hidup-ku ........ kumau senantiasa bersyukur pada-Mu.

Kebaikan-Mu ..... kasih setia-Mu ........ kemurahan-Mu .......
Sedetikpun tidak pernah beranjak dari-ku.

Dengan apa harus kubalas semuanya itu ....... ?
Sedangkan dunia ini adalah milik-Mu !!!
Bagi-Mu .......... tiada sesuatupun yang lebih berarti
Selain hidupku ..... yang telah Kau tebus dengan Darah-Mu.

Ini aku TUHAN ............
pakailah aku ........
Seluruh hidupku kupersembahkan sepenuhnya kepada-Mu.
Demi kemuliaan nama-Mu ..................

Sabtu, 09 April 2011

Mezbah Dupa Emas

Oleh : Fredrik Dandel, ST.


Penjelasan Umum :

"Mezbah" berasal dari perkataan "Altare" yang dalam bahasa Yunani artinya : "tempat perapian yang tinggi." Kata Ibrani untuk Mezbah adalah “mizbeakh” yang berarti “tempat korban persembahan” (dari zavakh, “menyembelih untuk berkorban”). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mezbah atau altar didefenisikan sebagai tempat untuk mempersembahkan korban.

Dalam kitab Keluaran, kita mengetahui ada 2 (dua) macam mezbah yang harus dibuat oleh Musa berdasarkan perintah Allah di gunung Sinai, yakni mezbah korban bakaran (Kel. 27:1-8) dan mezbah pembakaran ukupan (Kel. 30:1-10). Kedua mezbah tersebut dipakai dalam Kemah Suci (Tabernakel).

Mezbah Dupa Emas terletak didepan tabir (tirai) yang ada didepan tutup pendamaian. (Dalam Ruangan Suci terdapat 3 alat yakni : Mezbah Dupa Emas, Pelita Emas dan Meja Roti Sajian).

Harun = Imam Besar, harus membakar wangi-wangian setiap pagi apabila ia membersihkan lampu-lampu kaki dian emas dan juga pada setiap senja apabila ia menyalakan lampu-lampu itu. Pagi dan senja berarti sehari suntuk ia harus membakar wangi-wangian. Ini merupakan suatu kegiatan yang tetap dihadirat Tuhan. Yang dilarang untuk dibakar diatas mezbah dupa adalah :

  • ukupan yang lain = api asing
  • korban bakaran
  • korban sajian
  • korban curahan


Bahan Pembuat Medzbah Dupa Emas :

Mezbah tempat pembakaran ukupan (dupa); dibuat dari kayu penaga disalut dengan emas murni;

Dibuat dari Kayu Penaga ;

Keluaran 30:1,

"Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu dari kayu penaga;"

Terdjemahan Lama : "Dan lagi hendaklah engkau memperbuatkan pula sebuah medja akan membakar dupa diatasnja: perbuatkanlah dia dari pada kaju penaga."

King James Version : "And thou shalt make an altar to burn incense upon: of shittim wood shalt thou make it."

Bersalut emas murni ;

Keluaran 30:3,

"Haruslah kausalut itu dengan emas murni, bidang atasnya dan bidang-bidang sisinya sekelilingnya, serta tanduk-tanduknya. Haruslah kaubuat bingkai emas sekelilingnya."

Terdjemahan Lama : "Dan salutkanlah dia dengan emas semata-mata sutji, baik papan atasnja baik pagarnja berkeliling dan segala tanduknja, dan perbuatkanlah dia suatu karangan emas kelilingnja."


King James Version : "And thou shalt overlay it with pure gold, the top thereof, and the sides thereof round about, and the horns thereof; and thou shalt make unto it a crown of gold round about."


Bentuk dan Ukuran Medzbah Dupa Emas :

Mezbah Dupa Emas berbentuk empat persegi, dengan 4 buah tanduk yang disalut emas. 4 buah gelang emas pada keempat sudutnya, masing-masing 2 buah pada setiap sisi, tempat memasukkan 2 buah kayu pengusung dari kayu penaga yang disalut emas, pada saat mezbah itu dipikul dan diangkut.

Ukuran mezbah dupa adalah tinggi : 2 hasta; panjang : 1 hasta; lebar : 1 hasta. (1 hasta = 45 cm).


Keluaran 30:2,

"sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, sehingga menjadi empat persegi, tetapi haruslah dua hasta tingginya; tanduk-tanduknya haruslah seiras dengan mezbah itu."

Terdjemahan Lama, " Sehasta akan pandjangnja dan sehasta lebarnja, betul empat persegi, tetapi tingginja dua hasta, dan tanduknja hendak berhubung dengan dia."


King James Version, "A cubit shall be the length thereof, and a cubit the breadth thereof; foursquare shall it be: and two cubits shall be the height thereof: the horns thereof shall be of the same."


Pengertian Rohaninya :

Perkataan "MEZBAH" berasal dari perkataan "ALTARE" yang dalam bahasa Yunani artinya : "tempat perapian yang tinggi." Jadi MEZBAH DUPA artinya tempat yang ditinggikan, dimana dupa itu naik keatas dan dimana Allah dan manusia saling bertemu dan bersekutu.

Membakar Ukupan (Dupa) = kegiatan berdoa/menyembah. Mazmur 141:2; Lukas 1:10; Wahyu 5:8; 8:3-4).

Mezbah dari Kayu Penaga yang Disalut dengan Emas. Sidang Tuhan harus merupakan mezbah dupa yang penuh dengan Roh Elkudus, berarti bahwa doa itu dilaksanakan bukan oleh kemampuan atau kekuatan sendiri, maupun karena kewajiban atau terpaksa, karena doa semacam ini cenderung untuk mengalami atau kematian rohani.

DOA PENYEMBAHAN KITA HARUS DISERTAI PENYERAHAN DIRI SEPENUH DAN DIPIMPIN SEPENUHNYA OLEH ROH ELKUDUS.

"PARAKLETOS" adalah Penolong yang utama dalam doa penyembahan kita (Roma 8:26-27; Zakharia 12:10). Sidang jemaat harus menjadi Mezbah Dupa yang besar terutama di zaman akhir ini (Wahyu 8:3-4).

Mezbah itu Empat Persegi. Ini menunjuk pada keempat penjuru mata angin. Doa harus dilakukan untuk seluruh dunia (Maleakhi 1 :11). Sidang Tuhan tugasnya adalah berdoa untuk semua orang (I Timotius 2:1-4).

Bingkai/Karangan Bungan Emas pada Mezbah. Kesucian dan persekutuan yang mendalam terjadi lewat doa penyembahan.

4 Buah Tanduk yang Disalut dengan Emas. Tanduk berbicara soal kuasa atau kekuatan Ilahi, terutama kuasa keselamatan. (Mazmur 18:3; Habakuk 3:3-4). Kuasa dan kekuatan ini kita peroleh lewat ketekunan doa dan penyembahan yang menghasilkan perobekan tirai/tabir daging kita.

Kedudukan Mezbah Dupa.

Kedudukan mezbah dupa itu dekat dengan tabir-tirai menghadapi Tabut Perjanjian adalah sangat penting didalam ruangan suci.

TABIR/TIRAI = bayangan daripada daging. Ketika Yesus mati, maka robeklah tirai dan bebaslah jalan menuju Tabut Perjanjian = Takhta Allah (Matius 27:50-51; Ibrani 10:19-22).

Referensi dan Gambar :

Alkitab

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini

www.gptkk.org

http://sarapanpagi.6.forumer.com/viewtopic.php?p=1301#1301

http://1.bp.blogspot.com

Khotbah : Menikmati Berkat Allah dalam Hari-Hari Hidup


Oleh : Fredrik Dandel, ST.

(I Petrus 3 : 8 - 12)
9b“Hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab : 10 Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. 11 Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.”.

Setiap kita yang hidup, senantiasa mengharapkan untuk dapat menikmati berkat dari Allah kita. Berkat Allah itu menyangkut perkara yang lebih dari sekedar persoalan harta atau kekayaan materi saja, berkat Allah meliputi : kedamaian, ketentraman, sukacita, keselamatan, kemuliaan sampai kepada kehidupan yang kekal di Sorga. Begitu pentingnya berkat Allah itu bagi manusia, sehingga dengan segala daya upaya, manusia berusaha untuk mendapatkannya. Amsal 10 : 22 berkata : “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tak akan menambahinya.” Berkat Allah yang kita nikmati memang adalah merupakan suatu anugerah dari Allah kita sehingga itu patut kita syukuri dan kita pelihara.
Lewat bacaan firman Tuhan di atas, kita diingatkan untuk senantiasa memelihara berkat yang telah Allah anugerahkan dalam kehidupan kita, sehingga dapat kita nikmati dalam setiap hari-hari hidup kita.

Pertama : Menjaga Lidah (Perkataan);

Lidah adalah sesuatu anggota kecil dari tubuh, namun mempunyai pengaruh yang luar biasa besarnya bagi kehidupan kita. Ia dapat menempatkan kita dalam kemuliaan, namun ia dapat pula menodai kemuliaan yang telah Allah anugerahkan bagi kita. Ia laksana kemudi yang walaupun kecil tetapi dapat mengendalikan kapal yang besar sehingga mencapai tujuan yang diinginkan oleh pengemudinya. Ia juga laksana api yang walaupun kecil, tetapi dapat menghanguskan dan membinasakan kita, apabila kita tidak dapat menjinakannya dengan baik. (Baca : Yak. 3:1-12)
Sangatlah penting bagi kita untuk dapat mengendalikan lidah yang kecil ini, sehingga kita tidak menuai kesengsaraan bahkan kebinasaan. Amsal 18 : 21 berkata : “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya akan memakan buahnya.” Dengan kata lain kehidupan kita sangatlah tergantung dari apa yang kita ucapkan melalui lidah ini. Jika lidah kita mengeluarkan kata-kata berkat atau tentang hal-hal yang mulia, maka kita pasti akan menuai berkat dan kemuliaan. Tetapi jika lidah kita dipakai untuk mengeluarkan kata-kata kutuk, sumpah serapah, fitnah dan omongan-omongan yang tidak berguna lainnya, maka perkara-perkara itu jugalah yang akan kita tuai.
Oleh sebab itu Rasul Petrus lewat tuntunan Roh Kudus menulis dalam I Petrus 3 : 10 : Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.

Kedua : Menjauhi Yang Jahat (Perbuatan);

Apa yang kita perbuat sangat berpengaruh terhadap apa yang akan kita terima. Itu adalah prinsip Alkitabiah – Hukum Tabur dan Tuai. Jika apa yang kita tabur adalah baik, kitapun akan menuai kebaikan darinya.
Yer. 17 : 10 berkata : ”Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Yes. 1:16-20 berkata : ”Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!. ……….. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang. Sungguh Tuhan yang mengucapkannya.”

Ketiga : Mencari dan Mendapatkan Perdamaian (Pikiran);

Sangat sulit rasanya untuk menemukan kedamaian di bawah kolong langit ini. Dunia ini sepertinya telah dikuasai oleh kejahatan dan kekacauan. Disana-sini kita mendengar berita tentang pembunuhan, pencurian, kasus narkoba, penganiayaan, pemerkosaan sampai kepada peperangan. 2 Tim. 3:1-4 berkata : ”Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.”
Lalu kemanakah akan kucari damai? Ke gunung yang tinggi kunaik, ke lembah yang dalam kuturun tetapi akhirnya tidak dapat kutemukan kedamaian. Lalu dimanakah sesungguhnya kita dapat menemukan kedamaian itu? Kedamaian itu hanya ada dalam pribadi Yesus yang dianugerahkan-Nya dalam kehidupan kita. Yohanes 14 : 27 berkata : ”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
Sebab itu sebagai anak-anak Tuhan yang telah menerima anugerah kedamaian tersebut kita dituntut untuk hidup damai dengan semua orang. Ibrani 12 : 14 berkata : “Berusahalah hidup damai dengan semua orang .........” Mat. 5 : 9 berkata : ”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”

Saudaraku! jika kita ingin menikmati berkat Allah dalam hari-hari hidup kita, maka baiklah kita Menjaga Lidah Kita (Perkataan), Menjauhi yang Jahat (Perbuatan), serta Mencari dan Mendapatkan Perdamaian (Pikiran). Tuhan pasti akan memberkatimu! Haleluyah, Amin.

Sabtu, 02 April 2011

Tabut Perjanjian


Oleh : Fredrik Dandel, ST.Pengertian :
Tabut Perjanjian (bahasa Ibrani: אָרוֹן הָבְרִית Ārōn Hāb’rīt [pelafalan modern Aron Habrit]; bahasa Arab: تابوت العهد Tābūt Al-ʿahd) adalah merupakan alat atau benda yang terutama dan terpenting didalam Tabernakel yang digambarkan dalam Alkitab (Kel. 25:10-22; dan 37:1-9)berisi Loh-Loh Batu dimana tertulis Sepuluh perintah Allah, Tongkat Harun, dan manna. Tabut Perjanjian juga disebut Tabut Tuhan, Tabut Kesaksian. Diatas Tabut Perjanjian ini Allah berhadirat dan berfirman dan memerintah umatNya. (Keluaran 25:22; Bilangan 7:89).

Bentuk, Ukuran dan Bahan :
Tabut Perjanjian berbentuk peti agak persegi panjang (‘aron) dibuat dari kayu penaga, ukurannya 1,3 x 1 x 1 m. Seluruh tubuh Tabut Perjanjian ditutupi dengan emas.
Untuk mengangkut Tabut Perjanjian digunakan tongkat kayu yang dimasukan ke lobang gelang-gelang pada keempat penjurunya. Tutup Tabut (tutup pendamaian) dibuat dari emas; di kedua ujung tutup pendamaian itu terletak satu kerub. Wajah kedua kerub itu berhadapan dan sayap masing-masing terentang.

Peran Tabut Perjanjian :
Tabut sebagai : (i) tempat menyimpan kedua Loh Hukum/Dasa Titah; buli-buli berisi manna dan tongkat Harun yang bertunas. (ii) sarana pertemuan di dalam tempat kudus dari mana Tuhan menyatakan kehendak-Nya kepada pelayan-Nya (Musa; Harun; Josua). Jadi Tabut Perjanjian melambangkan kehadiran Tuhan yang menuntun umat-Nya.
Tabut dibuat di Sinai oleh Bezaleel menurut pola yang disampaikan kepada Musa (Kel. 25:8 dab). Tabut Perjanjian memainkan peranan penting dalam peristiwa penyeberangan Sungai Yordan, peristiwa jatuhnya Yerikho dan pada upacara mengingat perjanjian di Gunung Ebal.

Dari Gilgal Tabut Perjanjian dipindahkan ke Betel, lalu dibawah ke Silo pada zaman Hakim-hakim, dan disana terus hingga dirampas oleh orang Filistin di medan pertempuran di Eben-Haezer. Kehadiran Tabut Perjanjian di kota-kota Filistin menimbulkan wabah di kota-kota itu, dan keadaan ini terus berlangsung selama 7 bulan. Karena itu orang Filistin mengembalikan Tabut Perjanjian itu ke Kiryat-Yearim, dan di sanalah Tabut Perjanjian itu tinggal selama 20 tahun.

Ditengah perjalanan untuk memindahkan Tabut Perjanjian dari Kiryat-Yearim ke Jerusalem telah membawa kematian terhadap Uza anak Aminadab salah seorang yang mengantarkan kereta yang memuat Tabut Perjanjian, oleh karena ia mengulurkan tangannya kepada Tabut Allah itu, lalu memegangnya karena lembu-lembu itu tergelincir. Murka Tuhan bangkit terhadap dia, sehingga Allah membunuh dia karena keteledorannya itu. Daud menjadi marah, karena Tuhan telah menyambar Uza sedemikian hebatnya; tempat itu disebut orang Peres-Uza. Pada waktu itu Daud menjadi takut kepada Tuhan, sehingga ia tidak mau memindahkan Tabut Perjanjian itu ke tempatnya di Kota Daud. Daud menyimpanya dan membawanya kerumah Obed-Edom orang Gad. Tiga Bulan lamanya Tabut Perjanjian itu di rumah Obed Edom, dan Tuhan membekati Obed-Edom dan seisi rumahnya. Ketika diberitahukan kepad Daud bahwa Obed-Edom telah diberkati oleh Tuhan oleh karena Tabut Perjanjian itu, maka Daud pergi dan mengangkat Tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita.

Raja Daud menempatkan Tabut Perjanjian di sebuah kemah di Yerusalem dan tidak mau memindahkannya selama pemberontakan Absalom. Dengan upacara kebesaran Raja Salomo menempatkan Tabut Perjanjian di Bait Suci, dan kembali ditempatkan di tempat kudus sesudah pembaharuan yang dilakukan Yosia. Yeremia menubuatkan suatu zaman tanpa Tabut Perjanjian itu. Mungkin Tabut Perjanjian itu hilang waktu Yerusalem dibinasakan oleh orang Babel pada Tahun 587 sM. Dalam Bait Suci Kedua tidak ada Tabut Perjanjian.

Pengertian Rohani :
Tabut Perjanjian menunjuk pada :
  • Tahkta Allah.
  • Hubungan Nikah antara Kristus sebagai Mempelai Pria dengan Jemaat Tuhan sebagai Mempelai Wanita, berdasarkan Kasih.
Mahkota/karangan bunga emas :
Menunjuk pada hubungan persekutuan yang suci dangan Mempelai Pria (Kristus) yang datangnya dari Mempelai Wanita (Sidang).

4 buah gelang emas :
Kasih Allah bagi seantero dunia ini (Yohanes 3:16)

2 buah kayu pengusung :
Dibuat dari kayu penaga dan disalut dengan emas, harus tetap tinggal dalam gelang-gelangnya, tidak boleh dicabut. Kasih Allah merupakan daya penopang dan kekuatan penanggung yang tetap bagi Sidang Mempelai Wanita Tuhan.

Tutup pendamaian dengan kedua kerub diatasnya :
Seluruhnya terbuat dari emas murni. Tutup pendamaian menunjuk Yesus, Anak Allah. Kerub pertama menunjuk Allah Bapa. Kerub kedua menunjuk Allah Roh Elkudus.

Tabut :
Dibuat dari kayu penaga (kemanusiaan/daging) yang disalut luar dan dalamnya dengan emas (=Roh Elkudus, kemuliaan, Kesucian Roh Elkudus). Ini adalah sidang yang sudah mencapai kesempurnaan dan kemuliaannya, sederajad dengan Mempelai Pria, baik lahir maupun batin. (Wahyu 21:9-11).

7 kali percikan darah diatas tutup pendamaian :
Sengsara yang dialami oleh Mempelai Pria bagi sidangNya (Mempelai Wanita).

7 kali percikan darah dimuka peti :
Sengsara sebagai penyucian yang dialami oleh gereja untuk mencapai kesempurnaannya sebagai Mempelai Wanita Tuhan.

Shekina glori atau terang kemuliaan Allah :
Menunjuk pada hadiratNya yang dialami oleh setiap kehidupan yang diperdamaikan.

Sumber :
Alkitab
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini