Rabu, 21 Desember 2022

KAPAN DUNIA INI AKAN BERAKHIR ? (Sebuah Refleksi menjelang Natal dan Akhir Tahun).

Oleh : Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag.(Cand)

Tema atau pertanyaan di atas merupakan suatu spontanitas yang saya tulis untuk menjawab pertanyaan seorang teman yang tergabung dalam Group "KATA FILSAFAT" pertanyaannya adalah : Apa pertanyaan paling penting dalam hidupmu?. Tema ini jugalah yang saya sempat diskusikan dengan beberapa tokoh masyarakat dalam suatu pertemuan usai Ibadah pemakaman almh. YP kemarin (171222) di Talawid Tua.
Hal ini didasari atas suatu perenungan bahwa sekeliling kita pada kenyataannya sedang berbicara, sedang mengingatkan kepada kita bahwa hidup kita dalam dunia ini hanya sementara adanya. Generasi demi generasi berganti, ada yang lahir ada pula yang mati. Dunia ternyata masih belum berakhir saat ini, ia masih sedang berputar.
Dulu kita adalah anak2, sekarang kita telah menjadi dewasa, dan sebentar lagi tentunya akan menjadi tua dan uzur. Dulu kita masih melihat generasi orang2 tua kita, kemudian mereka telah meninggal, sekarang generasi kita yang berperan, tidak lama lagi kita sudah akan jadi penonton, bahkan kemudian akan pergi juga. Sehingga menjadi pertanyaan penting adalah : Kapan dunia ini berakhir ?
Mengapa pertanyaan ini saya katakan penting? Tidakkah kita pernah berpikir, bahwa umur dunia ini sudah lebih dari 6000 tahun (versi tafsiran Kitab Suci). Itu tentunya bukanlah waktu yang singkat bagi generasi yang sudah mendahului kita. Tidakkah mereka menginginkan supaya masa hidup dalam bumi ini akan segera berakhir, sehingga mereka akan segera menikmati hari yang telah dijanjikan itu?
Jika waktu kedatangan Tuhan Yesus Kristus pada kali kedua atau dengan kata lain "Kiamat" masihlah belum terjadi, sampai kapan kita semua akan menunggu masa itu?. Apakah kemudian generasi kita saat ini yang kemudian akan pergi juga, dan kita masih harus menunggu 1000, 2000, 3000 atau 4000 tahun lagi?
Saat ini mungkin adalah generasi kita yang sedang berperan dalam dunia ini. Apa yang akan terjadi pada generasi 1000 tahun yang akan datang, mungkinkah mereka masih mengenal atau mengingat keberadaan kita kelak ?. Saya rasa TIDAK, bahkan mungkin pusara kitapun sudah mereka singkirkan untuk kemudian didirikan bangunan lain diatasnya. Apalagi jika tanah leluhur (baca : warisan) itu kemudian telah berpindah tangan kepada orang lain, tidak butuh waktu lama bukan ?
😀😀😀
Jika kehidupan dalam dunia ini hanyalah bersifat sementara adanya. Maka sudah selayaknya lah kita harus memikirkan kehidupan yang kekal. Itulah sebabnya pertanyaan dalam tema di atas menjadi penting, sehingga kita dapat menginstropeksi diri kita, apakah kita telah merespon keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan bagi kita ?
Pengharapan kita akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus pada kali kedua sebagai Raja di atas raja, sebagai Hakim yang Agung dan sebagai Mempelay Laki-Laki Sorgawi tentunya pasti akan terjadi, meskipun kita semua tidak pernah tau kapan waktu dan masanya akan tiba. Semua akan terjadi sesuai kehendak Allah.

Minggu, 27 November 2022

BERSAMA TUHAN, KITA BISA !!! (Maz. 127:1)

Oleh : Pdm. F. Dandel, ST, STh, M.Ag.(Cand). 

Salomo, seorang Raja yang berhikmat menulis Mazmur ini, mengingatkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang kita bangun ataupun yang kita jagai, jika tidak dilakukan bersama Tuhan, maka semuanya akan menjadi sia2. Dengan kata lain, jika kita menghendaki keberhasilan ataupun kemenangan dalam hidup ini, maka kita harus menyertakan/melibatkan Tuhan di dalamnya. (Bersama Tuhan, Kita Bisa !!!). 
Berikut beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik terkait hal ini : 

1. Hal Tersebut Harus Sesuai Kehendak Tuhan. 

Ingat Kisah Menara Babel, Nimrod dan orang Babel mau mendirikan menara untuk mencari nama, dan supaya mereka tidak terserak ke seluruh bumi. (Kej. 11:4). Sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah, sebab ketika Tuhan Allah menciptakan manusia, Ia menghendaki mereka beranak cucu dan bertambah banyak; dan supaya memenuhi bumi...... (Kej. 1:28). 

Apa yang akan kita lakukan, kita harus memastikan bahwa hal tersebut berkenaan kepada Tuhan. Cerminnya adalah Firman Allah sebagai kebenaran yang mutlak. Jika hal tersebut bertentangan dengan kebenaran, maka jangan dilakukan !!!. Tapi jika hal tersebut sesuai dengan kebenaran, maka lakukanlah, dan engkau akan berhasil dan berbahagia. Haleluyah !!! 

2. Libatkan Tuhan Dalam Perencanaan. 

Sesuatu keinginan yang baik dan berkenaan kepada Tuhan, sebelum diwujudkan, kita susun perencanaannya dengan terus melibatkan Tuhan. Seringkali seorang yang merasa mampu, akan cenderung mengandalkan kekuatannya sendiri, dan mengabaikan kuasa Allah. Meskipun hal tersebut adalah hal yang baik, kita tidak boleh melupakan Tuhan dalam perencanaannya. Perihal ini, Yakobus telah mengingatkan kepada kita dalam Yak.4:13-17. 

Pilihan Lot atas Lembah Yordan, didasarkan atas penilaiannya melalui kacamata jasmani. Sesungguhnya tidaklah salah, sebab lembah tersebut sangat subur, padang yang berumput hijau karena dialiri oleh banyak air. Namun di sana menyimpan banyak ancaman, orang Sodom dan Gomora yang gaya hidupnya membuat Lot sangat tersiksa. Lihat Kej. 13:10-11; 18:20 dan 2 Ptr. 2:7). 

Sebab itu libatkanlah Tuhan dalam perencanaanmu, kita tidak perlu menjadi kuatir melainkan nyatakanlah itu melalui doa dan permohonan dengan ucapan syukur kepada Allah. Lih. Flp. 4:6. 

3. Siapkan Dirimu untuk Dipakai Tuhan. 

Dalam mewujudkan misi Tuhan, Ia tidak bekerja sendiri. Allah butuhkan orang-orang pilihanNya yang siap bekerja untuk misi tersebut. Untuk membangun Bait Suci, Tuhan memilih Salomo. Untuk membawa bangsa Israel keluar dari Tanah Mesir, Allah memilih Musa. Untuk memasuki Tanah Kanaan, Tuhan memilih Yosua sebagai pemimpin. Untuk melebarkan Injil Kerajaan Allah, Tuhan Yesus perlu Rasul2, (termasuk saya dan saudara). 

Demikian juga untuk mewujudkan kerinduan kita yang berkenaan kepada Allah, yang telah kita serahkan dalam doa dan permohonan, Allah butuh kesiapan kita untuk Ia pakai. Disamping berdoa kita juga harus bekerja (Ora et Labora). Jika menghendaki keberhasilan dalam pelayanan, berilah dirimu dipakai oleh Tuhan. Yes. 6:8 :".... Siapakah yang akan Kuutus,..... maka sahutku : ini aku, utuslah aku !". Siapkan dirimu untuk bekerjasama dengan Tuhan, maka KITA PASTI BISA... !!! 

Happy Sunday... Selamat dan Sukses dalam pekerjaan dan pelayanan.... Tuhan Yesus memberkati..... Amin !!!

Minggu, 14 Agustus 2022

Lagu Daerah Sangir Siau dan Talaud 6

Su Naungku Tamailang 

Su Naungku Tamailang 
Maning Maliku u Dunia 
Soa i nariadi angku 
Soa nakalabu si sia 

Reef 

Maning maliku dunia 
mang katahendungang 
Maning mawulang mu taung 
mang kawulenang 
inang Yamang nangapia 
Nuhiking si sia 
oh Mawu-ku Ruata-ku 
abe tentang elang-U 
gawe ege gaghurangku 
hiking su pudarame 

Karangetang Sasaharane 
Tamata mang susundihange 
Ondong Ulu Tatialane 
Siau arenge tutune 

kembali ke reef

Bahaning su kabanarang
Somahe kai kehage
bahani su kabarang
Siau Jantung Hatiku

Sabtu, 18 Juni 2022

BERMENTAL KUAT (Bil. 13 : 25 – 33)

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag.(Cand.)

Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)

Untuk mencapai suatu tujuan, harap, damba atau cita-cita, kita tentunya memerlukan keteguhan hati dalam berjuang. Tidak ada sesuatu yang dapat kita capai tanpa perjuangan tentunya, dan dalam perjuangan itu, kita membutuhkan semangat atau Mental Yang Kuat. Jika disandingkan dengan defenisi Iman dalam Ibrani 11 : 1 maka Mental Yang Kuat itu merupakan iman.

Kisah dalam Bil. 13 : 25 – 33 yang merupakan ayat bacaan kita ini, mengkisahkan tentang 10 orang pengintai yang dipilih oleh Musa berdasarkan perintah Tuhan kepadanya, untuk memata-matai tanah Kanaan, suatu negeri yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan keturunannya untuk dimiliki (Tanah Perjanjian). Namun ke-10 pengintai yang telah melaksanakan tugas mereka tersebut ternyata memilki suatu pandangan yang terbagi 2, antara yang Optimis Dapat Memenangkan Negeri Kanaan, dan yang Pesimis Akan Kemenangan Tersebut.

Mari kita periksa kisah ini secara lebih detil, tentang Apa Tujuan Sebenarnya dari Misi ke-10 Pengintai ini, Bagaimana Seharusnya Mereka Bersikap, dan Apa Konsekuensi dari Sikap / Laporan Mereka Tersebut ?

I.      Tujuan Misi Pengintai ke Tanah Kanaan.

Sebenarnya bangsa Israel, termasuk ke-10 orang pengintai yang semuanya adalah kepala-kepala di antara orang Israel (ay.3-16) menyadari bahwa tujuan daripada tugas yang dipercayakan kepada mereka hanyalah supaya mereka mengetahui cara / strategi tentara Israel dalam menyerang dan menduduki tanah Kanaan yang sudah diserahkan oleh Tuhan kepada mereka.

Mari kita perhatikan ayat 18 – 20, yang merupakan misi pengintaian itu, yang terbagi atas 2 bagian :

  1. Bagaimana keadaan negeri itu : apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak, apakah mereka diam di tempat-tempat yang terbuka atau ditempat-tempat yang berkubu; (persoalan jumlah, kekuatan dan perlindungan).
  2. Apakah negeri itu baik atau buruk, apakah tanah mereka gemuk atau kurus, apakah ada pohon-pohonan atau tidak; (persoalan hasil bumi / kemakmuran). 

Jika kita perhatikan dengan seksama pada ayat yang ke 2a, sesungguhnya tanah Kanaan itu telah Allah berikan kepada mereka. “Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; …”. Ayat ini merupakan penegasan Janji Allah kepada Abraham (Kej. 15:18); Negeri itu merupakan tanah yang dijanjikan Allah, kalau Allah sudah berjanji memberikannya, maka Ia sendirilah yang pasti akan menggenapinya. 2 Petrus 3 : 9a : ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, …..”

Dalam hal ini, jika ke-10 Pengintai yang adalah pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel ini, meyakini akan janji Tuhan, maka seharusnya mereka tidak perlu berselisih pandang tentang keadaan negeri Kanaan tersebut. Namun seperti inilah keadaan kita selaku manusia, ada orang yang memandang janji Tuhan dengan yakin, namun ada juga orang kemudian menjadi ragu. Hal ini tentunya tergantung dari sikap hati kita dalam menerima janji firman Allah tersebut. Perhatikan perumpamaan tentang seorang penabur dalam Mat. 13:1-30; Mrk. 4:1-20 dan Luk. 8:4-15).

II.           Bagaimana Seharusnya Mereka Bersikap ?

Penerimaan kita akan kebenaran firman Allah, akan menentukan cara kita bersikap terhadap kebenaran firman Allah tersebut, dan ini akan teruji ketika kita menghadapi berbagai tantangan dalam hidup kita.

Ke-10 pengintai yang adalah pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel tersebut ternyata memiliki sikap yang berbeda ketika mereka diperhadapkan dengan suatu kenyataan yang mereka lihat terhadap suku bangsa yang mendiami tanah Kanaan.

Benar mereka sepakat bahwa negeri tersebut memang negeri yang berlimpah susu dan madunya, bahkan mereka membawa hasilnya; bahwa orang-orang yang mendiami negeri itu merupakan bangsa yang kuat-kuat dan merupakan keturunan Enak (orang-orang raksasa); bahwa kota-kota mereka berkubu dan sangat besar. Namun mestikah dengan kenyataan tersebut akan melunturkan semangat kita ? akan melemahkan iman kita ? tidakkah mereka sadar akan perbuatan ajaib yang telah Tuhan lakukan kepada mereka, baik ketika mereka di Mesir sampai ketika mereka akan memasuki tanah yang Tuhan sudah janjikan kepada mereka ? tidakkah mereka sadar akan perkara-perkara ajaib / mujizat Allah tersebut ? bagaimana ketika mereka menyeberangi laut Teberau yang telah terbelah menjadi dua, bagaimana ketika Allah memberi mereka makan manna dan juga burung-burung ? dan sederatan perkara ajaib yang telah Allah nyatakan kepada mereka ? tinggal selangkah saja, mereka sudah akan memasuki tanah Perjanjian tersebut, mestikah mereka harus kembali lagi ke Mesir, dan kemudian mati di tengah jalan ?  

Bersyukurlah bahwa diantara ke-10 pengintai tersebut, ada 2 orang, yakni Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune yang memiliki iman yang teguh keyakinan akan janji Allah kepada umat pilihan-Nya. Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)

III.         Apa Konsekuensi dari Sikap Mereka ?

Segala sesuatu terkait dengan sikap kita, apalagi menyangkut hubungan dengan Allah, tentunya memiliki konsekuensi.

Ketika sikap kita berkenaan kepada Allah atau kita memilih sikap yang benar dalam menghadapi suatu permasalahan atau pergumulan hidup, maka tentunya kita akan mendapatkan mahkota yang setimpal dengan itu. I Kor. 9:25 berkata : “Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi”.

Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune mendapat perkenaan Tuhan untuk tetap hidup dan dapat masuk ke negeri Kanaan atau Tanah Perjanjian tersebut. (Bil. 14 : 30 dan 38).

Sedangkan kepada ke 8 orang pengintai yang lain itu, apakah yang terjadi kepada mereka ?. setelah mereka membuat hati umat Israel berontak kepada Musa dan kepada Tuhan, mereka akhirnya mati. (Bil. 14 : 36 - 38). Bahkan bukan hanya mereka saja yang mati, semua orang-orang Israel yang terpengaruh dengan informasi yang mereka sampaikan, tidak ada satupun yang masuk ke tanah Kanaan, mereka semua mati di padang gurun, dari yang berumur 20 tahun ke atas. (Bil. 14:29), sesuai dengan permintaan mereka dalam persungutan mereka. (Bil. 14 : 2). “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini !!!”.

Persungutan akan mendatangkan celaka bagi kita. I Tes. 5:18 : “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.

Doa : Tuhan ajarlah kami mengerti maksud dan kehendak-Mu dalam setiap kehidupan kami, sehingga kami memiliki Iman Yang Teguh di dalam Engkau, dan olehnya kami dapat menikmati mahkota kehidupan yang telah Engkau janjikan. Amin.

  

Minggu, 01 Mei 2022

FAKTA KEBANGKITAN YESUS (Mat. 28:1-10)

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, S.T, S.Th, M.Ag.(Cand.) 

Banyak orang meragukan kebangkitan Yesus, sebagaimana mereka meragukan kematianNya. Tapi Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Yesus benar2 mati, dan bahwa Ia juga benar2 bangkit dari antara orang mati. Rasul Paulus memberi kesaksian dalam 1 Korintus 15:17 sebagai berikut : Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. 

Berikut adalah beberapa fakta tentang kebangkitan Tuhan Yesus yang dicatat dalam bacaan diatas : 

Pertama : Yesus Bangkit Pada Hari Minggu. 
Ayat 1, mencatat setelah hari Sabat lewat menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama Minggu itu. 

Inilah yang menjadi dasar atau alasan bagi kebanyakan orang Kristen beribadah atau melakukan pertemuan jemaat pada hari Minggu dan bukan pada hari Sabtu atau Sabath sebagaimana orang Yahudi. Meskipun ada juga ternyata orang Kristen lainnya beribadah pada hari Sabtu atau Sabath. 

Lih. Kis. 20:7; I Kor. 16:2 dan Wahyu 1:10. Yang disebut hari Tuhan adalah hari Minggu, karena Yesus bangkit pada hari Minggu atau hari pertama. 

Kedua : Para Perempuan Merupakan Orang Pertama Yang Melihat Yesus Bangkit. 
Ayat 1b - 8. Perempuan2 tersebut yakni : Maria Magdalena dan Maria yang lain. Dalam Markus 16:1 disebutkan Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus serta Salome. Dalam Lukas dikatakan perempuan2 yang datang bersama2 dengan Yesus dari Galilea. 

Tradisi Yahudi sesungguhnya tidak menganggap penting para wanita. Namun ketika hari kebangkitan Yesus, ternyata para perempuanlah yang menjadi saksi pertama kebangkitan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memberi perhatian khusus kepada perempuan. Dari hati para perempuan selalu ada perhatian dan kasih yang tulus. Meskipun mereka adalah mahkluk yang lemah. Namun peran mereka tidaklah kalah pentingnya dari para laki2. Perempuan diciptakan menjadi penolong bagi laki2. 

Ketiga : Malaikat Tuhan yang Menggulingkan Batu 

Ay. 2 & 3 ..... Sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Lukas dan Yohanes mencatat 2 orang malaikat Tuhan. 

Kesaksian Alkitab ini tentulah yang harus kita percayai, meskipun banyak orang yang menolak kebangkitan Yesus mengarang cerita bahwa mayatnya dicuri orang, dicuri oleh murid2Nya. Lih. Ayat 11-15. Malaikat dalam hal ini berperan sebagai saksi Allah yang diutus dari Sorga. 

Keempat : Kebangkitan Yesus Sesungguhnya Telah Dinubuatkan Sebelumnya 

Ayat 6 berkata : Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakanNya...... Sebelumnya dalam pasal 16:21, 17:9&23 serta 20:19, Tuhan Yesus telah berulangkali mengatakan kepada murid2Nya bahwa Ia akan mati dan akan dibangkitkan pada hari ketiga. Bahkan dalam kitab PL, Maz. 16:10, 22:19-21 dan Yes. 53:10&11 telah menubuatkan hal ini. 

Kelima : Kebangkitan Yesus adalah Bukti Bahwa Ia adalah Allah 
Ay. 8 & 9 .... mereka menyembahNya. 

Inilah salah satu berita penting dari Injil, bahwa Yesus adalah Allah yang telah menjadi manusia. Berbagai pengajaran yang menyangsikan Yesus adalah Allah menjadi terbantahkan. Yesus benar2 adalah Allah. Tidak ada satupun manusia yang berhak menerima penyembahan. Penyembahan itu hanyalah kepada Allah semata. Lih. Wahyu 19:10, 22:8&9. 

Keenam : Perintah Untuk Pergi ke Galilea 
Ay. 10. 

Ada apa sesungguhnya dengan Galilea? Galilea merupakan simbol daerah terkebelakang, kurang berpendidikan dan miskin. Pada masa itu, Galilea dihuni orang Samaria, orang2 yang tidak dianggap oleh orang Yahudi. Tapi sesungguhnya Galilea merupakan suatu kota yang menjadi perhatian Tuhan Yesus. Menjadi daerah pilihan oleh Juruselamat. 
1. Bayi Yesus dari Mesir ke Galilea (Nazareth) sehingga seringkali orang menyebutNya Yesus dari Nazaret. Mat. 2:22&23. 
2. Simon Petrus dan Andreas saudaranya menjadi murid pertama yang dipanggil oleh Tuhan di kota ini. Mat. 4:18&19. 
3. Mujizat Pertama yang dilakukan oleh Tuhan Yesus di Kana yang adalah di Galilea. Yoh. 2:1-3.

Selasa, 29 Maret 2022

SUDAHKAH ENGKAU MENGENAL YESUS ? Mrk. 8 : 27 - 30

Oleh : Pdm. Wandy Makinggung, STh.
Disampaikan dalam ibadah Pos Pelayanan PETRA Talawid, 
Minggu, 27 Maret 2022. 

4 Tahapan Pengenalan akan Tuhan : 

Pertama : Tahap Perjumpaan Agama. 

Ini berbicara ttg Kekristenan pada umumnya. Mayoritas agama yang ada di wilayah kita, misalnya Sulawesi Utara atau Siau yang beragama Kristen. Kristen sejak lahir, orang tua Kristen, maka anak2pun Kristen. 
Pengenalan seperti ini tidaklah kuat, tidaklah menjamin pengenalan akan Tuhan yang sesungguhnya. Suatu riset membuktikan 8 dari 10 orang yang pergi ke gereja, tidak mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan. 

Kedua : Tahap Perjumpaan Pribadi Dengan Tuhan. 

Dalam tahapan ini, kita mengalami dan meraskan jamahan kasih Tuhan melalui Roh Kudus yang membuat kita begitu mencintai Tuhan. Semangat dalam beribadah, semangat dalam membaca Alkitab, semangat dalam berdoa, bahkan semangat dalam melayani pekerjaan Tuhan. 
Suatu Kasih mula-mula yang dirasakan oleh setiap anak2 Tuhan yang memiliki kerinduan besar hidup sesuai kehendak Tuhan. 

Ketiga : Tahap Pengenalan

Proses untuk menjadi murid Tuhan. Dibentuk dalam pengenalan kepada Allah yang sesungguhnya. Dalam tahap ini, kita akan mengalami banyak pergumulan, tetapi melalui pergumulan tersebut, akan menentukan kualitas kita sebagai murid Tuhan yang sesungguhnya. 

Keempat : Tahap Persahabatan dengan Allah 

Ketika kita menjadikan Allah sebagai sahabat kita, atau lebih tepatnya Allah yang menjadikan kita sebagai sahabatNya, maka segala sesuatu yang rahasiapun akan disingkapkan Allah kepada kita. Lih. Kej. 18:17. 
Dalam tahap ini, dapat dikatakan bahwa hubungan kita dengan Allah sudah begitu dekat, sudah begitu intim. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang dirahasiakan bagi kita, karena Allah begitu mempercayai kita, begitu mengasihi kita. 

Dimanakah tingkat pengenalanmu saat ini? Mari kita belajar untuk terus mengenal Tuhan dan kuasa kasihNya. Amin.

Sabtu, 19 Maret 2022

SESUAI PETUNJUK ALLAH (Bacaan : Kel. 25 : 1 – 9)

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag. (Cand.)

Ayat 8 dan 9 : Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya."

Musa adalah seorang hamba Allah yang diberikan perintah khusus untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, dari tanah perbudakan menuju ke suatu negeri yang berlimpah susu dan madunya, suatu Tanah Perjanjian yang diberikan oleh Tuhan kepada Abraham dan keturunannya.

Sebagai umat pilihan Allah, bangsa Israel menjadi suatu bangsa yang sangat istimewa dalam pemandangan Allah. Allah berkeinginan mewujudkan misinya bagi manusia melalui bangsa ini. Allah berkenaan menyatakan firmanNya kepada manusia melalui mereka.

Mendirikan Kemah Suci, merupakan suatu perintah Allah kepada Musa dengan maksud supaya Allah berdiam di tengah-tengah bangsa Israel. Allah yang Maha Kudus rindu untuk berada dekat dengan umat pilihanNya tersebut. Oleh karena itu, untuk mendirikan suatu tempat kediaman Allah di tengah-tengah umat pilihanNya, maka segala sesuatunya haruslah dibuat berdasarkan kehendak Allah. Itulah sebabnya Musa diperintahkan mendirikan Kemah Suci tersebut menurut segala apa yang ditunjukkan Allah kepadanya sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah Musa harus membuatnya.

Allah Menunjukkan Kepada Musa Contoh Kemah Suci. Ay. 9a

Kemah Suci ini merupakan rancangan Allah sendiri. Allah bertindak sebagai Arsiteknya. Artinya bahwa ini merupakan proyek Allah untuk manusia yang Ia ingin wujudkan melalui Musa, hamba-Nya. Allah menunjukkan pola Kemah Suci tersebut supaya Musa dapat melihat gambarnya dan membuat Kemah Suci tersebut sesuai dengan gambar tersebut.

Kenapa hal ini harus demikian ? karena ini merupakan proyek Allah Yang Kudus. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, tidak mampu merancangkan sesuatu yang Ilahi, sesuatu yang kudus, sesuatu yang berkenaan kepada Allah, melainkan Allah-lah yang harus bertindak sebagai perancang.

Kecenderungan manusia yang berdosa adalah melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan hatinya yang berdosa itu. Manusia tidak dapat berkenaan kepada Allah jika Allah tidak menjunjukkan jalanNya kepada manusia. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka berusaha menyematkan daun ara untuk menutupi ketelanjangan mereka. Tetapi Allah menjumpai mereka dan menutupi ketelanjangan mereka dengan membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia itu dan untuk isterinya lalu mengenakannya kepada mereka. Suatu gambaran pengorbanan yang akan digenapkan melalui pengorbanan Kristus di tiang kayu salib, korban Tubuh dan Darah Tuhan Yesus-lah yang akan menguduskan manusia sehingga manusia dapat berkanaan kepada Allah.

Allah Menghendaki UmatNya Memberi Dengan Ketulusan Hati. Ay. 2.

"Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu”.

Dalam proyek Ilahi ini (mendirikan Kemah Suci), Allah tidak bekerja sendiri, Ia menghendaki keterlibatan umat pilihanNya yang terdorong hatinya untuk memberi persembahan khusus.

Pekerjaan Tuhan harus dibangun berdasarkan ketulusan hati, tidak dengan paksaan. Allah tidak bertindak otoriter, Allah menghendaki manusia memakai kehendak bebas (free well) untuk mewujudkan visi dan misiNya dalam dunia ini.

Korintus 9:7 (TB) Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Umat Allah Harus Membawa Persembahan Yang Berharga. Ay. 3-7.

Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari mereka: emas, perak, tembaga; kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-lumba dan kayu penaga; minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada.

Sesungguhnya yang Allah kehendaki dalam proyek ilahi ini adalah pengorbanan umatNya. Korban persembahan yang diinginkan Allah adalah sesuatu yang terbaik. Bukan sesuatu yang asal2an. Bukankah Ia adalah Pencipta Langit dan Bumi ini ? Ia yang memiliki segala sesuatu yang ada di Bumi ini. Yang Ia kehendaki adalah kita memberi yang terbaik, yang mulia, yang berharga kepada Dia.

Roma 12:1 (TB) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Sabtu, 12 Maret 2022

LAPORAN VIDEO PEMBELAJARAN : PENDEKATAN INTEGRATIF GARY COLLINS DAN SIGNIFIKANSINYA DALAM PELAYANAN KONSELING KRISTEN

Oleh : Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag. (Cand.) 
(Mahasiswa Magister Pastoral Konseling di STT Bethel Indonesia Jakarta)

Pendahuluan :

Metode pembelajaran dengan menonton video merupakan suatu metode pembelajaran yang masuk dalam kategori daring (dalam jaringan). Istilah ini dalam KBBI berarti terhubung melalui jaringan computer, internet dan sebagainya.Metode ini menjadi sangat popular dan lasim digunakan dalam pembelajaran semenjak maraknya pandemic Covid-19 di semua belahan bumi termasuk Indonesia.

Video pembelajaran yang direkomendasikan oleh Dosen pengampu Mata Kuliah “Integrasi Teologi dan Psikologi” yakni Bpk. Junifrius Gultom, PhD tersebut setelah ditonton melalui link : https://www.youtube.com/watch?v=UT4vQ6RbQh4 dengan  judul Pendekatan Intergratif Gary Colins dan Signifikasinya dalam Pelayanan Konseling Kristen, penjeleasan umum tentang video ini adalah sebagai berikut:

  • Video pembelajaran tersebut merupakan suatu acara Webinar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Konselor Kristen Indonesia (AKKI) pada tanggal 2 Maret 2022 yang baru lalu (sesuai tanggal upload Video), 
  • Video tersebut berdurasi 1 jam 43 menit dan 59 detik. Dengan rincian : 1 menit pertama merupakan pengantar dari moderator, dilanjutkan kemudian dengan presentase materi oleh Bpk. Pdt. Yakub B. Susabda PhD selama kurang lebih 1 jam 6 menit dan kemudian Tanya jawab hingga penutup selama kurang lebih 35 menit.
  • Pendekatan Integratif Gary Collins dan Signifikansinya dalam pelayanan konseling Kristen adalah topik yang di bawakan oleh Pdt. Yakub B. Susabda Ph.D yang sangat mengenal alm Gary Collins. Pdt. Yakub B. Susabda PhD bukan hanya menjelaskan tentang konsep Integratif dari Gary Collins, tetapi juga menjelaskan tentang konsep pendekatan Integratif yang di bangun oleh Pdt. Yakub B. Susabda berdasarkan konsep Integratif dari Gary Collins.

Secara kualitas materi yang disampaikan melalui video ini, sangat baik dan menarik, tentunya sangat membantu banyak konselor, para hamba Tuhan dan mahasiswa termasuk saya  untuk memahami dan menjadi tahu tentang Integrasi Teologi dan Psikologi. Pdt. Yakub B. Susabda PhD adalah seorang Evangelis Christian Conselor yang sangat professional di bidangnya, telah menulis banyak buku terkait Pastoral Konseling, beliau termasuk salah seorang Dosen pada  STT RI.

Materi Pembelajaran Dalam Video :

Penyampaian materi yang sangat terstruktur yang disajikan oleh Pdt. Yakub B. Susabda PhD, telah membantu saya untuk memahami :

  • Mengenal Salah seorang tokoh dalam Bidang Konseling Kristen, yakni Gary L. Collins, PhD, yang dinobatkan oleh Psychotherapy Networker Magazine sebagai Bapak Konseling Kristen, menulis banyak buku Konseling dan salah satu buku yang dalam edisi Bahasa Indonesianya “Konseling Kristen Yang Efektif” (buku ini saya sudah pesan di Lazada, karena kendala teknis baru akan tiba pada tanggal 15 Maret nanti). Gary L. Collins, PhD merupakan seorang Evangelis Christian Counseling yang juga sangat memberi pengaruh besar kepada Pdt. Yakub B. Susabda PhD, seorang yang dikenal dekat dengan Pdt. Yakub B. Susabda PhD.
  • Prinsip Dasar Konseling Kristen menurut Gary L. Collins :
  1. Conseling is all about stories : stories about people lives include early experience, beliefs, trumps, tragedies, decisions, disappointments, crises and time off great joy.
  2. Dengan Basic Premise That “All Truth is God’s Truth” Garry Collins mengingatkan semua psikolog dan Konselor Kristen untuk lebih mempercayai Alkitab dan Teologi Injili daripada Psikologi.
  3. Garry Collins Approach on Integration : Transformed Integration (Psychology and Theology) Jelas sekali tujuannya semata-mata adalah memakai Psichology untuk melengkapi Theology.

  • Integrasi Teology dan Psikhology adalah realita yang tak terhindarkan. Itulah sebabnya Garry Collins Develop His Approach on Integration (Transformed Integration) dengan Tujuan Melengkapi iman Kristen dengan Filter (alat untuk menyaring) yaitu 6 working principle pada saat konselor Kristen memakai Ilmu Psikologi :

  1. Expanded Empiricism
  2. Determinism and Freewill
  3. Biblical Absolutism
  4. Modified Reductionism
  5. Biblical Antropology
  6. Christian Supernaturalism

  • Dengan kesadaran baru yang Gary Collins hadirkan : Bahwa intergrasi adalah untuk melengkapi kehidupan orang beriman. Yang paling utama dari integrasi teologi dan psikologi adalah apa yang dialami oleh the Integrator yaitu individu orang beriman. 
  • Tidak Ada Teologi Tanpa Psikologi. Kalau kita mampu mengupayakan Integrasi Teologi dan Psikologi maka kitapun dapat menghasilkan KEMENANGAN ORANG PERCAYA. 
  • Integrasi adalah perjumpaan antara “kebernaran Firman Allah”dan “Psychological reality jiwa kita masing-masing”sebagai integratornya. Integrasi adalah perjumpaan Firman Allah dengan diri kita yang sesungguhnya. 
  • Tanpa psikologi semua bagian Alkitab yang bicara tentang manusia, tak mungkin dapat dijelaskan oleh Teologi. Signifikasinya dalam prinsip Pelayanan Konseling Kristen :

  1. Dengan Basic Premise “All Truth God’S Truth,” Then, Pelayanan Konseling Kristen harusnya didasarkan pada konsep “embodied integration” dimana konselor haruslah menjadi the Integrator between Teologi dan Psikologi.
  2. Meskipun Setiap Konselor Kristen Juga “a Wounded Healer”ia tetap dipanggil untuk menolong setiap klien nya juga untuk mengalami “The Truth That Set Them Free.”
  3. Objektif pelayanan Konseling bukan Cuma “membebaskan klien dari gangguan masalah”tetapi menciptkan kondusif atmosfer to grow toward self-actualization sebagai orang beriman yang dapat berdiri mempertanggungjawabkan hidupnya seutuhnya di hadapan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus.

Penutup

Ketika telah memahami hal-hal sebagaimana dimaksud diatas, faedah video pembelajaran ini bagi saya baik selaku mahasiswa maupun pembantu Gembala dalam pelayanan Konseling Kristen adalah mampu mengapilkasikan kaidah-kaidah dalam Ilmu Integrasi Teologi dan Psikologi ini kedalam pelayanan yang lebih berkualitas, terutama dalam melakukan konseling kepada jemaat atau umat yang tentunya dengan tetap mengutamakan Roh Kudus dan Kebenaran Firman Allah dalam kehidupan kita.

Demikian Laporan Menonton Video Pembelajaran ini saya sampaikan kepada Pak Dosen, Tuhan Yesus memberkati………….. Amin.

Sabtu, 12 Februari 2022

Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah (Mat. 6 : 9 & 10)

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh. 

Pendahuluan :

Istilah Kerajaan Allah, dalam King James Version disebutkan : “Kingdom of God” yang diterjemahkan dari bahasa Yunani : “Basileia tou Theou”. Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga atau Kerajaan Langit (Yunani : Basileia ton Ouranon), menggambarkan suatu gagasan yang sama. 

Kata “Kerajaan Allah” disebut sebanyak lebih dari tujuh puluh kali di dalam Perjanjian Baru. Istilah ini tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama. Namun Kerajaan Allah merupakan konsep yang berakar dalam Perjanjian Lama, yang kemudian ditekankan oleh Yohanes Pembaptis;dan penggenapan melalui Yesus Kristus;dalam zaman Perjanjian Baru. Di dalam Perjanjian Lama, ada beberapa nats yang berbicara mengenai perkataan yang searti dengan Kerajaan atau pemerintahan Allah, terutama dalam Kitab Mazmur dan Nabi-Nabi. 

Nabi Daniel menyinggung tentang perihal Kerajaan Allah ini ketika menyingkapkan mimpi Raja Nebudkadnezar, yakni mimpi tentang patung yang amat besar, yang kepalanya terbuat dari emas tua, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggannya dari tembaga, pahanya dari besi dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat). Pada Daniel 2 : 44 dikatakan : Tetapi pada zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain : kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya. Hal mana mengingatkan kita kepada janji Allah dengan Daud yang disebut sebagai Perjanjian Daud dalam 2 Samuel 7 : 9 - 16. Ayat 12 – 14 : “……………… maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.” 

Pengertian :

Meskipun dalam pelayanan misiNya di dunia, Tuhan Yesus sangat menekan arti pentingnya Kerajaan Allah ini. Luk. 4:43 : …………. Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Bandingkan dengan Luk. 9:2 : Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang. Namun Tuhan Yesus tidak pernah mendefinisikan secara gamblang apa yang dimaksudkanNya dengan “Kerajaan Allah”. Ketika dihadapan Pontius Pilatus, sebagai jawaban atas tuduhan Ia sebagai pemberontak, Tuhan Yesus menjawab : Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” (Yoh. 18:36). 

Lalu apa sesungguhnya pengertian Kerajaan Allah itu ? Rasul Paulus memberi penjelasan tentang Kerajaan Allah sebagai berikut : 
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Roma 14 : 17. Selanjutnya :
Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa. 1 Kor. 4 : 20. Bandingakan dengan Mat. 12:28 : Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Perihal kalimat sudah datang kepadamu, jelas dikatakan dalam doa Bapa Kami : …… datanglah KerajaanMu di bumi seperti di Sorga. 

Dari penjelasan-penjelasan sebagaimana tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut : 
  • Kerajaan Allah adalah menyangkut pemerintahan Allah, dimana Allah yang berdaulat atas semua ciptaanNya. 
  • Kerajaan Allah adalah menyangkut perihal rohani, yakni soal : kebenaran, damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus, dan Kuasa. 
  • Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga itu ada di Sorga, ada di dunia, bahkan ada di dalam diri manusia tertentu. 
Jika Kerajaan Allah termasuk juga ada dalam dunia ini dan ada di dalam diri manusia, maka marilah kita memiliki suatu kewajiban / kerinduan untuk “Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah”. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana caranya kita “Menghadirikan / Membangun Kerajaan Allah” tersebut ? 

Pertama : Menempatkan Kerajaan Allah Sebagai Tujuan Utama Dalam Hidup Kita 

Untuk menghadirkan / membangun Kerajaan Allah, pertama sekali kita membutuhkan komitmen. Komitmen tersebut adalah menempatkan Kerajaan Allah sebagai tujuan utama dalam hidup kita. Bukan berarti kita tidak memiliki tujuan-tujuan lain dalam hidup ini. Namun tujuan utama hidup kita adalah Kerajaan Allah. Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 

Tidak dapat disangkali bahwa sebagai manusia kita tetap membutuhkan hal-hal jasmani, persoalan makan, minum, pakai, tempat tinggal bahkan hal-hal jasmani lainnya. Tetapi sesungguhnya hal-hal itu bukanlah yang utama dalam hidup ini. Mat. 6:25b : Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian ? Sesungguhnya Allah mengetahui segala keperluan saudara dan saya. Jika kita mengutamakan Kerajaan Allah, mengutamakan otoritas Allah dalam kehidupan kita, mengutamakan hal-hal rohani (kebenaran, damai sejahtera, sukacita dan kuasa Allah) dalam hidup kita, maka kita tidak perlu kuatir akan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah kita. Allah sanggup memenuhi segala sesuatunya itu, sebab Ia adalah Pencipta langit dan bumi ini. Segala sesuatu Ia yang menjadikannya, dari tidak ada menjadi ada. 

Ketika kita menempatkan Kerajaan Allah sebagai sesuatu hal yang utama dalam hidup kita, maka akan tersedia upah yang besar bagi kita, baik dalam hidup ini maupun pada hidup yang akan datang. Luk. 18: 29 : ………. Akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.” 

Kedua : Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !!!. 

Langkah kedua untuk kita Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah adalah Bertobat dan percaya kepada Injil. Tuhan Yesus dalam misi untuk memberitakan Injil Allah berkata dalam Mrk. 1:15 sebagai berikut : ……”waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !.”

Kita tidak mungkin menghadirkan / membangun Kerajaan Allah jika kita tidak bertobat dari kehidupan kita yang lama dan menjadi manusia baru. Pertobatan itu sangat penting artinya dalam kehidupan kerohanian kita. Bertobat berarti : sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan tersebut (KBBI). Dalam Kemah Suci pertobatan terkena kepada Mesbah Korban Bakaran. Para Imam ditugaskan oleh Allah untuk mempersembahkan korban bakaran bagi umat Israel yang melakukan kesalahan / dosa kepada Allah untuk diperdamaikan dengan Allah. Untuk itu, umat Israel wajib menyediakan domba atau lembuh jantan yang tidak bercacat sebagai korban penghapus dosa. Korban lembuh dan atau domba jantan yang tak bercacat celah tersebut digenapi dalam Perjanjian Baru dalam pribadi Yesus yang merupakan Juruselamat Dunia.

Oleh sebab itu, kita yang sudah bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita, harus percaya akan berita Injil Kerajaan Allah. Yoh. 3 : 16 berkata : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Membangun Kerajaan Allah, berarti kita menerima kabar keselamatan tersebut. Membangun Kerajaan Allah, berarti kita harus menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan menuju kepada Bapa. Yoh. 14:6 : Kata Yesus kepadanya : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”


Ketiga : Hasilkanlah Buah Kerajaan Allah itu.

Mat. 21:43 berkata : “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” Ini artinya bahwa jika kita tidak mau kehilangan Kerajaan Allah, maka kita harus menghasilkan buah Kerajaan Allah tersebut.

Buah yang dimaksudkan tersebut terdiri atas empat hal, yaitu : Buah Pertobatan (Mat. 3:8); Buah Kebenaran (Flp. 1:11; Yak. 3:18); Buah Roh (Gal. 5:22), serta Buah Injil / Buah Pelayanan (Rm.1:13; Kol. 1:6).

Tentang buah Injil / buah pelayanan, dalam Luk. 9:2 berkata : “dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang.” Selanjutnya dalam Luk. 9:60 : … Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.

Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah berarti kita bukan saja hanya menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, tetapi kita juga harus memberitakan Injil Kerajaan Allah tersebut, sebab Yesus Kristus telah menjadi teladan bagi kita dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah sampai kita dapat menempuh jalan keselamatan tersebut. Maka kitapun memiliki kewajiban untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah tersebut, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku : “Yesus Kristus adalah Tuhan,”bagi kemuliaan Allah, Bapa ! (Filipi 2 : 10-11).

Sesaat sebelum Tuhan Yesus Kristus terangkat ke Sorga, dalam pesan terakhirnya kepada murid-muridNya yang bersama dengan Dia, Tuhan Yesus berkata : “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya : ……………” Mrk. 16 : 15 – 18, yang dikenal dengan Amanat Agung.


Penutup :

Ketika kita terpanggil dan memiliki kerinduan untuk Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah, maka suatu hal juga yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa, kita yang mau membangun Kerajaan Allah, maka kita tentunya ingin untuk masuk dan menikmati Kerajaan Allah tersebut.


Untuk menikmati Kerajaan Allah, maka sikap hati kita adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam Lukas 6:20; Mat. 5:3 sebagai berikut :  “Berbahagialah hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” Artinya kita harus sadar bahwa segala sesuatu adalah karena kasih karunia Allah kita. Haleluyah ….. Amin.

Sabtu, 05 Februari 2022

WASPADALAH TERHADAP PENYESATAN !!!

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh. 

Banyaknya pengajaran (doktrin) dalam kekristenan, menuntut kita untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan. Sehingga kita memiliki pondasi (iman) yang kuat dalam Kristus Yesus Tuhan. 

Oleh sebab itu, mengikut Tuhan bukan hanya sekedar datang beribadah, melayani, menyanyi, menyembah, berdoa, dengar Firman, persembahan, kemudian doa berkat/penutup. Tetapi ikut Tuhan menyangkut tentang Iman, Pengharapan dan Kasih. 3 hal penting yang disampaikan Rasul Paulus dalam 1 Kor. 13 : 13 "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya adalah kasih. 

Khusus berbicara tentang Iman, dalam Ibr. 11:1 iman didefenisikan sebagai "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Selanjutnya dalam Rom. 10:17 berkata : Iman tumbuh dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. 

Begitu pentingnya perihal memiliki iman itu, sehingga Tuhan Yesus sendiri berkata dalam Luk..18:8 :"Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi? 

Jika kita sadar, betapa pentingnya iman, maka marilah kita bersama saling membangun iman sesama tubuh Kristus (jemaat Tuhan). Dengan mengajarkan dan mendengarkan Firman yang benar dan sehat !!! Sehingga kita dan jemaat Tuhan boleh bertumbuh dalam komposisi iman yang benar dan sehat pula. 

Seorang yang memposisikan dirinya sebagai pengajar dalam jemaat, harus terlebih dahulu memiliki pemahaman yang benar akan kebenaran Firman Allah. Sebab kalau tidak, akan sangat berbahaya, bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi sangat berbahaya bagi orang yang mendengar dan yang kemudian mengikutinya !!! 

Wasapadalah terhadap pengajaran yang salah/sesat. Apa yang kita dengarkan, akan berpengaruh dalam pembentukan komposisi imanmu, yang akan sangat menentukan hidupmu sampai kepada kekekalan !!! 

Doa : Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah kami anak2Mu, ajarlah kami untuk mengerti dan bertumbuh dalam FirmanMu, sehingga kami tidak terombang-ambing oleh berbagai kesesatan dunia. Roh Kudus kuatkanlah iman kami. Haleluyah Amin.

Senin, 31 Januari 2022

KESELAMATAN ADALAH ANUGERAH ALLAH BAGI MEREKA YANG MAU MENERIMANYA

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh.

Nuh seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

Ketika Allah memutuskan untuk mengakhiri / memusnahkan seluruh mahkluk hidup di bumi oleh karena kejahatan manusia, Allah memilih untuk menyelamatkan Nuh dan keluarganya.

Nuh diperintahkan untuk membuat bahtera dari kayu Gofir. Ukuran lebar, panjang dan tingginya ditentukan oleh Allah sendiri, termasuk ada tingkatannya, yakni : tingkat bawah, tingkat tengah dan tingkat atas (3 tingkat).

Kelihatannya, pekerjaan yang dilakukan oleh Nuh tersebut sangatlah tidak masuk akal, dan terkesan menggelikan. Bagaimana mungkin seseorang yang waras, mau membuat suatu "Kapal Raksasa" di atas gunung?

Nuh menemui banyak tantangan dari orang-orang di sekelilingnya. Meskipun demikian, ia tetap dengan tekun dan setia memberitakan Injil Kerajaan Allah kepada mereka, memberitakan pertobatan dari kehidupan yang sia-sia untuk berbalik kepada jalan keselamatan.

Apa yang terjadi kemudian? Olok-olokan orang sesaman Nuh telah berakibat fatal, mereka semua binasa. Hanya Nuh, isteri, ketiga anak laki-laki dan ketiga anak mantunya yang selamat.

Doa : Tuhan Yesus, ajarlah kami untuk mengerti dan melakukan Firman-Mu, sebab FirmanMu adalah kebenaran yang menuntun kami kepada keselamatan. Haleluyah Amin.

Minggu, 30 Januari 2022

REFLEKSI KEJATUHAN MANUSIA DAN MISI KESELAMATAN DARI ALLAH

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh. 

Sesungguhnya manusia diciptakan sempurna oleh Allah. Dijadikan menurut gambar dan rupa Allah. Diberi kuasa atas semua ciptaan Allah yang lain. 

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, itu bukanlah kehendak Allah. Allah tidak pernah merancangkan kejatuhan manusia. Melainkan karena manusia memiliki kehendak bebas (free Will), untuk melakukan sesuatu sesuai dengan perintahNya (taat) ataupun mengikuti keinginan hatinya yang melanggar perintah Allah (menentang). 

Free Will diberikan Allah kepada manusia, karena Allah menghendaki manusia mentaati dan menyembah Dia dengan kemauan manusia itu sendiri.(ketulusan) bukan karena dipaksa. Manusia tergoda oleh rayuan Iblis, tergiur dengan ketamakannya untuk menjadi seperti Allah, mengetahui yang baik dan yang jahat. Sehingga manusia sejenak melupakan perintah Allah. 

Keinginan hati yang sejenak itu, ternyata mendatangkan sesuatu konsekuensi yang besar, tanpa mereka menyadari sebelumnya. Manusia telah terjerat dalam dosa. Manusia harus terpisah dari Allah. Upah dosa adalah maut... !!! 

Karena dosanya, manusia tidak bisa lagi kembali kepada Allah. Usaha manusia untuk mengenal Allah adalah sia2. Itulah sebabnya manusia kemudian ada yang menyembah batu, pohon, hewan, bahkan menyembah sesama manusia. Namun Allah mengasihi manusia, dan merancangkan keselamatan melalui DiriNya sendiri, sesaat.setelah manusia jatuh dalam dosa. Allah mau menjadi manusia dalam pribadi yang disebut Yesus Kristus. 

Yesus Kristus bukanlah manusia yang menjadi Allah sebagaimana yang didengungkan oleh mereka yang tidak percaya. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia karena misi keselamatan itu. Yakni pengorbananNya di Tiang Kayu Salib. Dosa harus dihukumkan, dan telah SELESAI. Itulah sebabnya tidak ada jalan keselamatan yang lain selain dalam Yesus Kristus. 

Doa : Tuhan Yesus, aku mau menerima Engkau sebagai Juruselamatku. Basuhlah aku dengan kuasa korbanMu, sucikanlah aku dari setiap kesalahanku. Demi kasihMu yang besar. Haleluyah Amin.

Minggu, 02 Januari 2022

DAMPAK SPIRITUALITAS PENTAKOSTA BAGI PERTUMBUHAN GEREJA LOKAL

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh.

I. PENDAHULUAN 

Latar Belakang 

Tak dapat dipungkiri, bahwa kehadiran Denominasi Gereja Pentakosta dan kharismatik baik di Indonesia maupun di dunia, sejak awal kemunculannya sampai sekarang, dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. 

Allan Anderson memberikan gambaran bagaimana pertumbuhan Pentakosta selama seratus tahun terakhir sebagai berikut : pada tahun 1970 populasi Pentakosta – Kharismatik berkisar 74 juta atau sekitar 6% dari seluruh populasi kekristenan di dunia. Pada tahun 1977 Pentakosta – Kharismatik mengalami perkembangan yang pesat kira-kitra 497 juta atau 27 % dari seluruh populasi Kristen dunia lebih besar dari Protestan dan Anglikan. Barret memperkirakan pada tahun 2025 Pentakosta-Kharismatik akan mencapai 1.140 Juta atau 44% dari total orang Kristen di seluruh dunia. (Fredy Simanjuntak, 2019). 

Pada tahun 2011 Forum Pew memperkirakan bahwa ada sekitar 2.184.060.000 populasi Kristen di seluruh dunia dimana sekitar 584.000.000 diantaranya adalah gabungan dari gerakan pentakosta-karismatik, sedangkan kaum Injili berada pada angka 285.480.000. Di Indonesia, gerakan ini sangat penting dalam dekade terakhir. 

Jan Aritonang sejarahwan dan teolog Protestan memberikan pujian atas dampak gerakan Pentakosta secara global. Ia menyebut Pentakosta merupakan satu diantara berbagai aliran gereja yang kemunculan dan perkembangannya paling spektakuler pada abad ini. (Fredy Simanjuntak). 

Banyak teori yang menyebutkan faktor pendukung pertumbuhan gereja seperti : doa, penyembahan, tujuan, diagnosis, prioritas, perencanaan, penyusunan program, kepemimpinan, penginjilan, dsb (Jenson, Ron & Stevens 1996). Sikap gembala jemaat menjadi faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam pertumbuhan gereja. (Hermanto 2021). Selain itu, karunia-karunia Roh Kudus sebagai faktor pendorong (promoting factor) dalam pertumbuhan gereja. (Asin 2011). Demikian juga (Peters 2002) menyebutkan bahwa dimensi pertumbuhan Gereja ditentukan oleh ibadah kepada Allah, pelayanan di tengah-tengah persekutuan, konseptualisasi Alkitab, penginjilan kepada kelompok masyarakat, mengakomodasi tuntutan lingkungan, memperkenalkan gaya hidup kristiani kepada masyarakat, proklamasi Injil ke seluruh dunia, dan lain-lain sebagainya. 

Namun dalam tulisan ini penulis menguraikan factor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan gereja khususnya di kalangan gereja Pentakosta sebagaimana fenomena yang telah disebutkan diatas, yakni tentang Spiritualitas Pentakosta yang sampai saat ini menjadi cirri khas yang sangat menarik dalam memberikan pengaruh kepada umat / masyarakat sehingga telah menjadi cikal bakal pertumbuhan gerakan Pentakosta di gereja lokal. 

Hipotesa 

Penulis menarik hipotesis penelitian ini bahwa Spiritualitas Pentakosta Merupakan Faktor Pendorong Pertumbuhan Gereja khususnya Gereja Beraliran Pentakosta. Penulis melakukan penelitian yang bersifat studi kepustakaan, yakni mengadakan penelitian dengan perbandingan beberapa pustaka yang terkait dengan penulisan. 

Tujuan 

Melalui tulisan ini penulis berharap agar dapat memberi motivasi kepada para hambahamba Tuhan tentang pentingnya menyertakan spiritualitas Pentakosta dalam setiap pelayanan, sehingga akan berdampak kepada pertumbuhan gereja yang sedang digembalakan. 

II. PERTUMBUHAN GEREJA 

Gereja Harus Bertumbuh 

Dalam Alkitab tidak pernah dijelaskan adanya pertumbuhan gereja, selain dari yang diungkapkan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Saat jemaat mula-mula terbentuk, ungkapan Lukas mengenai pertumbuhan gereja adalah pertambahan jumlah (Kis. 2:47). Sedangkan pengertian yang ditunjukkan oleh I Korintus 3 tidak mengarah pada pertambahan jumah, melainkan pada perkembangan diri. Tanpa pertambahan jumlah orang yang diselamatkan, sebuah gereja tidak akan disebut bertumbuh. Pertambahan jumlah orang yang diselamatkan tidak akan terjadi tanpa peningkatan jumlah pengunjung gereja. Dengan demikian, indikator pertumbuhan gereja adalah pertambahan jumlah pengunjung gereja setiap Minggu. 

Gereja harus bertumbuh tanpa batas, karena gereja dihidupi oleh Roh Allah yang tidak terbatas. Sebagaimana Roh Allah itu tidak pernah sakit atau bahkan mati, gereja juga tidak boleh sakit, apalagi mati. Sebab sebagaimana kematian manusia dikarenakan tubuh yang ditinggalkan roh, demikian pula kematian sebuah gereja menunjukkan bahwa tubuh gereja tersebut tidak lagi didiami oleh Roh Allah. Oleh karena itu kita harus terus menjaga agar gereja harus terus bertumbuh, artinya menjaga Roh Allah terus ada dalam tubuh gereja. 

Defenisi Pertumbuhan Gereja 

Kata pertumbuhan, berasal dari kata tumbuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tumbuh berarti : Timbul dan bertambah besar atau sempurna; sedang berkembang (menjadi besar, sempurna); timbul, terbit, terjadi. Para pakar Pertumbuhan Gereja mendefinisikan ’pertumbuhan gereja’ sebagai berikut : 

  1. Ron Jenson dan Jim Steven dalam bukunya Dinamic of Church Growth menyatakan: ”Pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas dan kompleksitas organisasi sebuah gereja lokal”. Definisi ini menekankan keseimbangan antara tiga komponen, yaitu: kuatitas, kualitas dan kompleksitas organisasi agar gereja bertumbuh dengan sehat. 
  2. C. Peter Wagner dalam bukunya Your Church Can Grow menyatakan: “Pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang terlibat dalam membawa pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus masuk ke dalam persekutuan denganNya ke dalam keanggotaan gereja yang bertanggung jawab”. 
  3. Donald Mc Gavran merumuskan Pertumbuhan Gereja sebagai ”segala sesuatu yang mencakup soal membawa orang-orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab”. 
  4. George W. Peters dalam bukunya A Theology of Church Growth memberikan pengertian bahwa Pertumbuhan Gereja adalah sesuatu yang sesuai dengan realitas ilahi. Fakta Pertumbuhan tersebut dapat dibaca dalam Lukas 2:40, 52; Matius 13:31-32; Efesus 4:16; Wahyu 5:9; I Korintus 3:9, 16. Pertumbuhan tersebut mencakup kuantitas dan kualitasnya yang menunjukkan adanya perilaku pertumbuhan secara: biologis, spontan, terencana dan melalui krisis khusus. 

Jenis Pertumbuhan Gereja 

Pertumbuhan Gereja dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yakni Pertumbuhan Kuantitatif dan Pertumbuhan Secara Kualitatif. 

1. Pertumbuhan Kuantitatif 

Pertumbuhan Kuantitatif adalah pertumbuhan gereja dalam segi penambahan jumlah organik atau umat yang ada didalam gereja Tuhan, gereja tidak akan bisa disebut bertumbuh ketika gereja tidak menampakkan pertambahan dalam jumlah anggota jemaat bahkan sekalipun gereja itu memiliki gedung besar, banyak uang dan beragam kegiatan pelayanan, seorang Ahli yang mempelajari strategi pertumbuhan bernama Michel Griffits berkata “kita tidak bisa membangun Bait baru tanpa menambah jumlah batu-batu hidup.” Maka indikator gereja yang bertumbuh secara kuantitatif dalam mengemban amanat agung Tuhan Yesus bagi kita, dapat dilihat dari bertambahnya jumlah orang percaya yang menjadi selamat hasil dari pelayanan misi Gereja Tersebut. 

Menurut Pdt. Dr. Sukirman terdapat 3 pertumbuhan gereja yang oleh penulis dikategorikan sebagai pertumbuhan kuantitatif, yakni : Pertumbuhan Biologis, Pertumbuhan Migrasi dan Pertumbuhan Alamiah. 

1) Pertumbuhan Biologis 

Satu-satunya alasan Pertumbuhan Biologis adalah faktor keluarga yang bertambah jumlahnya, baik melalui adopsi maupun melalui kelahiran. Artinya, pertambahan anggota keluarga secara otomatis menyebabkan pertumbuhan gereja dalam hal jumlah jemaat. Pertambahan jumlah jemaat ini terjadi dengan perlahan tetapi pasti. 

2) Pertumbuhan Migrasi 

Pertambahan jumlah jemaat yang disebabkan oleh perpindahan atau migrasi. Seseorang yang mengalami perpindahan tempat kerja akan mencari gereja di tempatnya yang baru; danbagi gereja tersebut berarti terjadi Pertumbuhan Migrasi. Pertumbuhan Migrasi juga dapat disebabkan oleh pernikahan, yakni orang Kristen yang menikah dan bergabung dengan gereja pasangannya. Saat ini fenomena Pertumbuhan Migrasi terlalu sering terjadi. Banyak anggota jemaat berpindah ke gereja lainnya dalam satu kota karena berbagai faktor, misalnya kejenuhan dan mewahnya tempat ibadah yang baru. Alasan yang paling umum adalah tidak adanya penyelesaian permasalahan mereka di dalam gereja lama. Pertumbuhan Migrasi dalam satu kota dengan alasan demikian membuat gereja tidak sehat; gereja tujuan bertambah jumlah pengunjung dengan pertambahan masalah baru, sementara gereja asal mengalami stagnasi, bahkan kemungkinan mati. Pertumbuhan Migrasi demikian sangat tidak dianjurkan 

3) Pertumbuhan Alamiah 

Pertambahan jumlah pengunjung gereja secara tetap dari orang-orang yang sebelumnya tidak bergereja, atau setidaknya mereka yang sudah lama tidak mengunjungi gereja karena tidak memiliki gereja yang dikunjungi setiap Minggunya. Biasanya mereka sangat tidak tertarik untuk datang menghabiskan waktu dengan mendengar ceramah dan nyanyian berulang-ulang yang membosankan. Atau mungkin mereka adalah seorang Atheis. Mungkin juga mereka berasal dari iman yang lain. 

Pertumbuhan gereja yang Alamiah seperti ini tidak mudah terjadi jika tidak ada faktor pendorongnya. Jarang sekali orang dapat mengalami perubahan hidup tanpa faktor pencetus (promoting factor). Berbagai buku, termasuk Alkitab, menuliskan bahwa Pertumbuhan ini terjadi setelah pengalaman Pentakostalisme; atau adanya gerakan dari Pentakosta, seperti kesembuhan ilahi, exorcisme, dan pemulihan kualitas hidup terjadi; sehingga diketahui bahwa faktor pengaruhnya adalah kuasa supranatural. 

2. Pertumbuhan Kualitatif 

Pertumbuhan Kualitatif adalah pertumbuhan yang dihasilkan berdasarkan hubungan pribadi dengan Roh Kudus, hal pertumbuhan Kualitas sangat dilihat kepada kasih yang timbul dari persekutuan umat Tuhan didalam gereja yang bermisi. Pertumbuhan gereja dalam hal kualitatif ini dapat terlihat kedewasaan rohani yang dibuktikan dari perbuatan, perkataan dan tindakan berdasarkan karakter Kristus.

III. SPIRITUALITAS PENTAKOSTA 

Dasar Spiritualitas Pentakosta 

Kaum Pentakostal lahir pada masa di mana Gereja-Gereja telah terjebak kepada formalisasi, doktrinisasi, dan pe-metode-an penghayatan iman kepada Yesus Kristus, serta absennya pengalaman yang dinamis dengan Roh Kudus. Itu sebabnya mengapa tekanan utama kaum Pentakostal awalnya bukan sekedar kaum Pentakosta dalam pengertian denominasional, tetapi juga pada gerakan pietisme John Wesly bersaudara yang melahirkan Metodis maupun Jacob Spenser adalah suatu penghayatan dan pengalaman hidup, sederhana, spontan, dan komitmen untuk menghidupi firman, menjadi akar bagi spiritualitas Pentakosta. 

Roh Kudus mendapat tempat yang khusus dalam seluruh pembicaraan mengenai spiritualitas Pentakosta. Bahwa baptisan Roh Kudus sebagai sebuah symbol dari pemberdayaan pelayanan dan permulaan bagi seseorang yang dimampukan untuk berjalan dalam kebenaran. Kaum pentakostal merasa bahwa apa yang dialami oleh para rasul bukanlah pengalaman yang telah berhenti setelah kanonisasi Alkitab. 

Dasar teologi Pentakosta adalah baptisan Roh Kudus. Gagasan ideal kaum Pentakostal adalah bahwa menjadi Pentakosta berarti seseorang mengindentifikasikan diri dengan pengalaman yang terjadi pada para pengikut Kristus pada hari Pentakosta, yaitu dipenuhi dengan Roh Kudus. Baptisan Roh Kudus ini sebagai titik penting bagi kaum Pentakosta, yang dipahami sebagai momentum yang bukan hanya sebagai pemberdaya (empowerer) orang percaya bagi pelayanan, tetapi juga mulainya pengalaman berkelanjutan akan karya Roh Kudus dalam pertumbuhan dan kehidupan kontempaltif. Kaum Pentakostal percaya bahwa Allah memberikan kepada tiap-tiap orang karunia-karunia (I Kor. 12) dan jawatan (office) dalam Tubuh Kristus itu seperti nabi, rasul, gembala, penginjil, dan guru (Ef. 4) sebagai sarana untuk membawa jemaat bukan hanya terlibat dalam pelayanan, tetapi juga menjadi dewasa dalam spiritualitasnya. 

Defenisi Spiritualitas Pentakosta 

Junifrius Gultom berpendapat bahwa Spiritual Pentakosta didudukan atas dasar kata “Spiritualitas” itu sendiri yang bersifat Umum, baik dalam Agama maupun Kepada Orang Yang Tak Berkeyakinan Kepada Yang Absolut versi Pemeluk Agama. Spiritualitas Pentakosta Share in Common (sepakat) merupakan bagian-bagian dari Spiritualitas Kristen pada Umumnya, namun gagasan yang khas dalam Spiritulaitas Pentakosta adalah menyangkut Hermeneutik Pentakosta yang membentuk dogmanya, tradisinya, pengalaman pribadi, komunitas kekinian, serta konteks luas dimana kaum pentakosta hidup. “Spiritualitas Pentakosta” adalah suatu pengalaman hidup dari konfigurasi khusus ajaran-ajaran, praktikpraktik dan sensibilitas yang meletakan orang percaya pada suatu hubungan yang berkelanjutan dengan Roh Kudus. 

Tentang Spiritualitas Pentakosta, Steven J. Land menegaskan tesis awalnya yaitu Core Integratif dari Spiritualitas Pentakosta adalah mengenai : Kebenaran, kekudusan, dan kuasa Allah yang berkorelasi dengan afeksi-afeksi apokaliptik khas. Antara Teologi dan Spiritualitas mesti berkorelasi, itulah sebabnya pentingnya Roh Kudus sebagai titik awal bagi suatu pendekatan pentakostal yang khas kepada teologi sebagai spiritualitas. 

Senada dengan itu, Simon Chan menyatakan bahwa Teologi yang sejati muncul dari pengalaman dengan Allah dan Yesus Kristus. Teologi yang benar harus menghasilkan doxology atau lagu pujian selain teologi rohani, membentuk arah bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan yang supernatural. 

Penekanan Spiritualitas Pentakosta 

Menurut Gernaida Pakpahan dalam Marthina Novalina (2020), Dalam spiritualitas pentakosta, ada beberapa penekanan yang diberikan; yang nampak dari karakteristik gereja Pentakosta itu sendiri, antara lain: 

  1. Lebih menekankan peranan Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari. 
  2. Tata laksana liturgi yang lebih sederhana, lagu rohani yang digunakan lebih modern. 
  3. Mengijinkan keterlibatan kaum perempuan dan kaum awam dalam pelayanan. 
  4. Panggilan pertobatan dan hidup dalam kesucian. 
  5. Menekankan panggilan untuk menjadi saksi hingga ke seluruh dunia sebagai bentuk tanggungjawab terhadap respon eskhatologis. 
  6. Memberi tempat untuk nubuat, bicara dalam bahasa roh sebagai bentuk nyata baptisan Roh Kudus. 
  7. Memberi kepedulian terhadap isu-isu social, keadilan, ekonomi, politik, ras, budaya, dll. 
  8. Komitmen yang kuat terhadap pelayan praktis di gereja local. Sehingga ketika berbicara mengenai spiritualitas Pentakosta, maka tidak bisa tidak, beberapa karakteristik di atas akan tercakup didalamnya. 

GEREJA LOKAL 

Pengertian Gereja Lokal Menurut Dr. Th. Van den End, Gereja lokal adalah persekutuan orang-orang percaya yang lahir baru oleh Firman dan Roh Kudus di suatu tempat. Gereja Lokal dapat juga disebut dengan gereja setempat. Martin B. Dainton dalam bukunya yang berjudul Gereja Milik Siapa, mengungkapkan bahwa istilah gereja lokal menunjuk pada sidang jemaat setempat dan bukan sekali kali pada aliran atau denomonasi gerejani. 

Gereja lokal bukanlah menunjuk kepada suatu aliran atau denominasi gereja. Aliran dan denominasi gereja merupakan akibat dari perbedaan pemahaman tentang penafsiran kebenaran Firman Tuhan dan berbagai kepentingan. Sebelum terjadi perpecahan dalam gereja, sudah terdapat suatu istilah gereja lokal. Gereja lokal menunjuk kepada persekutuan orang-orang percaya yang berkumpul pada tempat atau kota tertentu. Alkitab menyebutkan tentang kumpulan orang-orang percaya atau Gereja setempat diantaranya gereja di Yerusalem (Kisah 8 : 1; Kisah 11 : 22), Gereja di Korintus (I Kor. 1,2; II Kor. 1 :1). Dengan demikian gereja lokal merupakan suatu persekutuan orang orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dalam suatu kehidupan baru dan berkumpul dalam suatu lingkup tempat tertentu. 

IV. DAMPAK SPIRITUALITAS PENTAKOSTA BAGI PERTUMBUHAN GEREJA LOKAL 

Berbagai karunia Roh Kudus yang diberikan setelah peristiwa Pentakosta telah mendatangkan pertumbuhan gereja Yerusalem demikian pesatnya. Hal yang sama juga terjadi setelah peristiwa Pentakosta Modern di Azusa Street. Sampai hari ini, manifestasi berbagai karunia-karunia Roh Kudus terus terjadi dan menghasilkan pertumbuhan gereja yang spektakuler. 

Steven Talumewo, menyebutkan setidaknya terdapat 10 factor yang menyebabkan Gerakan Pentakosta berkembang pesat, yakni : (1) Hal-hal Supernatural atau Mukjizat, (2) Sifat nondenominasi, (3) Kesederhanaan, (4) Misi dan Pekabaran Injil, (5) Kebaktian massa dan kesembuhan ilahi, (6) Literatur, (7) Musik dan pujian, (8) Pengharapan, (9) Urapan Allah dan (10) Berkorban. 

Schwarz dan Schalk menuliskanbahwa Roh Kudus adalah Pribadi yang menginspirasi ibadah dalam gereja dan membawa pertambahan jumlah pengunjung gereja. Mereka dengan tegas menyatakan bahwa pertumbuhan kuantitatif adalah pekerjaan Roh. Manusia atau para pelayan mendapat bagian untuk bekerja dan membangun bagian kualitatifnya. 

Dampak Spiritualitas Pentakosta dalam pertumbuhn gereja local sebagaimana dimaksud, diantaranya dapat diuraikan melalui contoh kesaksian sebagai berikut : 

Doa Puasa dan Peperangan Rohani. 

Keberhasilan Thomas Muthee memenangkan kota Kiambu, Kenya, bagi Kristus adalah contoh pekerjaan pelayanan yang dilakukan bersama Roh Kudus, seperti dituturkan Peter Wagner dalam bukunya Berdoa Dengan Penuh Kuasa. Dikisahkan oleh Direktur Fuller Seminary ini bahwa pelajaran Church Planting (Perintisan Gereja) tidak banyak membantu dalam peperangan memenangkan kota ini. Beberapa Perndeta telah pulang dengan kegagalan. Kemenangan Thomas hanya terjadi setelah ia dan isterinya berpuasa selama 6 bulan. Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa kota tersebut telah dikuasai oleh roh perdukunan (witch-craft). Setelah doa peperangan untuk menghancurkan roh-roh jahat perdukunan di udara, Thomas dan isterinya mulai melakukan penginjilan dan mereka berhasil memenangkan kota ini.Sebuah gerakan doa yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Artinya karunia Roh Kudus yang diberikan kepada Thomas Muthee adalah berdoa dengan penuh kuasa dan Thomas Muthee memenangkan Kiambu Kenya bagi Kristus. 

Mujizat / Kesembuhan Ilahi 

Dalam buku yang berbeda, Peter Wagner juga mengisahkan beberapa penginjilan yang berhasil di Amerika Latin. Sebuah cerita penginjilan yang dahsyat terjadi di Mexico City. Seorang anak laki-laki berumur 12 tahun menderita lumpuh, bisu dan tuli. Orang tua si anak tersebut pergi kepada seorang penginjil, Ausencio Gonzalez, untuk meminta agar anak mereka didoakan. Ketika mereka sampai di rumah sakit tempat si anak tersebut dirawat, petugas rumah sakit melarang mereka melakukan ritual doa secara Pentakostal, karena takut mengganggu pasien lain. Ausencio mengajak mereka keluar dan berhenti di pintu masuk stasiun kereta bawah tanah yang ramai. Ausencio Gonzalez memberitahukan kepada umum bahwa Tuhan akan menyembuhkan anak tersebut meskipun para dokter di rumah sakit tidak bisa melakukan apa- apa, bahkan mengatakan bahwa si anak tidak memiliki harapan untuk sembuh. Pada waktu mereka selesai berdoa, Ausencio berkata, “Berdiri!” Ayah anak itu memberi tanda sebab anak itu tuli. Anak itu berdiri dan keluar dari kursi roda! Ia sembuh. Namun, ia belum bisa berbicara dan tidak bisa mengatakan apa yang ia rasakan. Sekali lagi Ausencio berdoa dan meminta Tuhan mengangkat keadaan tuli dan bisu anak tersebut. Seketika anak itu memanggil, “Mama,” dan “Papa”, kemudian mereka mengajarnya menyayikan lagu “Cristo viene muy pronto”. 

Banyak orang yang ada di jalan keluar stasiun kereta bawah tanah tersebut menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pada saat itu juga, setelah mereka menyaksikan mukjizat yang hebat itu. Beberapa dari mereka berlari ke rumah sakit dan membawa kawan- kawan serta sanak keluarga mereka yang sakit dan sedang dirawat di rumah sakit itu, agar didoakan Ausencio Gonzalez. Seorang pria berusia 36 tahun menderita penyakit jantung parah. Para dokter menyarankan operasi jantung sebagai satu-satunya jalan keluar dari kemungkinan kematian. Kelompok Ausencio lalu berdoa baginya, setelah ia mau menerima Kristus dalam hidupnya. Ausencio menuntunnya berdoa dan ia berteriak dengan penuh keyakinan, “Aku sudah sembuh!” Sebagai batu uji, Ausencio menyuruhnya berlari cepat dan kembali segera dan ia melakukannya tanpa rasa sakit. Ia sembuh seketika tanpa kardiogram! 

Pengusiran Setan 

Derek Prince menceritakan bagaimana karunia pengusiran setan telah membawa pertambahan jumlah pengunjung gerejanya. Dia yang adalah seorang Injili dari kalangan Baptis,diberi mandat untuk melakukan pelayanan exorcisme. Ketika itu, salah seorang kerabat temannya mengalami kerasukan yang membanting-banting tubuh sang korban. Karena satu-satunya pendeta yang hadir di situ, ia merasa terpanggil untuk melakukan pengusiran setan. Akhirnya pelayanan exorcisme berjalan dengan sangat sukses. Dari pengalaman pertama ini, Tuhan kemudian membawanya ke dalam berbagai pengalaman pelayanan exorcisme dan occultisme yang lebih dahsyat. Dengan itu juga ia mengajarkan bahwa pengusiran setan tidak memiliki pola tertentu dan sama sekali tidak membutuhkan pengetahuan, kecuali iman dan nama Yesus yang penuh kuasa. Pelayanan ini akan menghasilkan jiwa-jiwa yang lebih sungguh-sungguh mengasihi Yesus. 

Karunia Bernubuat 

Bickle dan Sullivant justru merangsang pembacanya untuk mengembangkan karunia bernubuat. Mereka menjelaskan pertumbuhan jemaat muda dewasa yang spektakuler di gereja mereka disebabkan karena gereja mereka diperlengkapi Tuhan dengan karunia kenabian. Ibadah mereka juga dirancang dengan desain yang serupa dengan ibadah yang dianjurkan rasul Paulus untuk jemaat Korintus (I Korintus 14). Kegembiraan ibadah dimulai diawal yang akan memudarberangsur-angsur dengan digantikan lagu-lagupenyembahan dan berakhir pada pekerjaan Roh Kudus dalam nubuatan sebelum Firman Tuhan. Kesenyapan dan puncak seluruh ibadah mereka adalah Firman Tuhan. Dalam hal ini justru mereka menunggu Tuhan berbicara secara pribadi kepada mereka melalui nubuat sebelum Firman yang diteguhkan dengan Firman Tuhan yang menjadi acara puncak. 

Kuasa Doa dan Minyak Urapan 

Tentang hal ini, penulis mempunyai kesaksian, salah satu diantaranya terjadi pada Tahun 2004 ketika kami baru saja kembali ke rumah kami usai tragedi kemanusiaan Ambon. Suatu sore, saya dan isteri serta kakak ipar kami yang juga adalah gembala sidang kami sedang duduk di depan rumah kami, seorang pemuda teman saya melintas di depan kami. Kami saling menyapa, diapun menceritakan keadaan penyakit kusta basah yang ia derita yang membuat ia sangat tertekan, ia telah melakukan berbagai upaya penyembuhan baik secara medis, tradisional, juga sudah didoakan oleh Pendeta dan Majelis Jemaat tempat ia bergereja, namun tidak pernah membuahkan hasil yang diharapkan. Kamipun sepakat untuk mendoakan dia, disediakan minyak kelapa dalam botol kecil (Lih. Yak. 5:14-16). Usai didoakan, iapun diolesi dengan minyak yang telah kami doakan tersebut. Apa yang terjadi kemudian, pagi harinya setelah bangun tidur, terdengar suara teriakannya yang nyaring sambil memuji Tuhan, ia berlari ke rumah kami yang kebetulan hanya berjarak 15 meter dan menunjukkan dirinya yang telah sembuh dari kusta basah yang ia derita. Hal ini telah membuat heboh lingkungan di sekitar kami, ibadah pos pelayanan yang kami lakukan di rumah kami, dihadiri oleh banyak warga yang kemudian memberi diri masuk dalam persekutuan bersama kami. 

Masih terdapat banyak lagi kesaksian yang meyakinkan bahwa hal-hal yang terkait dengan Spiritualitas Pentakosta itu sendiri memang merupakan suatu hal yang sangat berdampak dalam mempengaruhi pertumbuhan gereja local, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. 

V. PENUTUP 

Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja, senantiasa mendambakan Gereja Tuhan dapat terus bertumbuh dan berkembang. Matius 28:18-20, berkata seperti demikian : Yesus mendekati mereka dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman. Pernyataan kebenaran firman Allah ini, menjadi jelas sekali bahwa Yesus sangat menghendaki agar gereja/jemaat bertumbuh. Alasannya sangat jelas, ”Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Ptr. 3:9). 

Gereja yang adalah Tubuh Kristus tidak boleh mengalami stagnasi, apalagi penurunan pertumbuhan. Gereja yang sehat dan hidup dicirikan dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan baik secara kualitas maupun kuantitasnya, sebagaimana Roh Allah itu tidak pernah sakit atau bahkan mati, gereja juga tidak boleh sakit, apalagi mati. 

Tidak dapat disangkal bahwa spiritualitas Pentakosta yang menekankan Baptisan Roh Kudus dengan Karunia-Karunia Roh Kudus merupakan faktor yang sangat efektif dalam memberikan dampak bagi pertumbuhan gereja-gereja local. Dengan demikian setiap pemimpin gereja yang mengharapkan terjadinya pertumbuhan dalam gerejanya, perlu tetap mempertahankan atau senantiasa mau menghidupkan Spiritualitas Pentakosta dalam setiap pelayanan yang dilakukan di jemaatnya masing-masing. 

DAFTAR PUSTAKA 

  • Bickle, M. dan Sullivant, M (2000). Growing In The Prophetic (Mengembangkan Pelayanan Profetik). Dit. Sarah IswantiTioso. Batam: Dospel Press. 
  • Dr. Steven H. Talumewo, M.Th. (2008). Sejarah Gerakan Pentakosta. ANDI – Yogyakarta. 
  • Fredy Simanjuntak (2019). Kontroversi Kegerakan Pentakosta Yang Ke Tiga (Third Pentacost Movement Controversy). Artikel. 
  • Henry C. Thiessen (2015). Teologi Sistematika. BPK Gunung Mulia 
  • Johny Sumarauw dan Made Astika. Analisis Pendayagunaan Karunia-Karunia Roh Terhadap Pertumbuhan Jemaat Gereja Pantekosta di Indonesia El Shaddai Makassar. Jurnal JAFFRAY, Vol. 13, No. 1, April 2015. 
  • Junifrius Gultom (2015). Teologi Misi Pentakosta – Isu-Isu Terpilih. BPK Gunung Mulia Lembaga Alkitab Indonesia (2002). 
  • Alkitab, Cetakan Kesepuluh. Penerbit Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta 
  • Marthina Novalina (2020). Spiritualitas Orang Kristen Dalam Menghadirkan Kerajaan Allah di Tengah Tantangan Radikalisme. Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia. Vol. 1 No. 1 : 26 – 37. 
  • Pdt. Dr. Gunaryo Sudarmanto. Mitos Misi Pertumbuhan Gereja Masa Kini, Artikel. Pew Research Center (2011). Global Christianity – A Report on the Size and Distribution of the World’s Christian Population. https://www.pewforum.org/2011/12/19/global-christianity-exec/ (diakses 22 Desember 2021). 
  • Prince, D. (1998). Mereka Akan Mengusir Setan-setan (markus 16:17) Hal-Hal Yang Perlu ANda Ketahui Tentang Setan – Musuh Yang Tidak Kasat Mata. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil “Immanuel”. 
  • Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta. 
  • Schwarz, CA dan Schalk, C. Pertumbuhan Gereja Alamiah. Pedoman Penerapan Praktis. Dit. Tan Mellisa dan Natalia W Sugiarto. TT: Metanoi, 2002:86 
  • Wagner CP (2000). Berdoa Dengan Penuh Kuasa, Seri Prajurit Doa. Jakarta Nafiri Gabriel. 
  • Wagner, CP. (2005). Pertumbuhan Gereja dan Peranan Roh Kudus.. Malang: Penerbit Gandum Mas. 
  • Yohanes Liu. Karunia-Karunia Roh Kudus sebagai Faktor Pendorong (Promoting Factor) Pertumbuhan Gereja. Artikel