Oleh : Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag.(Cand)
Pages
Label
- KHOTBAH
- OBJEK WISATA
- SIAU
- Artikel
- DESDM
- HERMENEUTIK
- KOTA BITUNG
- PENDALAMAN ALKITAB
- Serba-Serbi
- Lagu Daerah SATAS
- Memimpin Ibadah Umum
- HOMILETIKA
- JADUL
- KATA SAMBUTAN
- ALAT TABERNAKEL
- BENDA CAGAR BUDAYA
- MENARA
- MINAHASA
- Puisi
- DOA
- NATAL
- PAHLAWAN
- PASTORAL KONSELING
- GUNUNG API
- KEC. SIBARSEL
- KORPRI
- Kesaksian
- LAGU POP INDONESIA
- PERHUBUNGAN
- POP JAPANESE
- Para Martir
- SASTRA
- CATUR
- KELUARGA DANDEL
- LAGU NASIONAL
- LITURGI
- Lagu - Lagu Rohani
- Memimpin Pujian
- PEMILU
- TANAMAN OBAT
- TEMPAT IBADAH
Rabu, 21 Desember 2022
KAPAN DUNIA INI AKAN BERAKHIR ? (Sebuah Refleksi menjelang Natal dan Akhir Tahun).
Minggu, 27 November 2022
BERSAMA TUHAN, KITA BISA !!! (Maz. 127:1)
Minggu, 14 Agustus 2022
Lagu Daerah Sangir Siau dan Talaud 6
Sabtu, 18 Juni 2022
BERMENTAL KUAT (Bil. 13 : 25 – 33)
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)
Untuk
mencapai suatu tujuan, harap, damba atau cita-cita, kita tentunya memerlukan
keteguhan hati dalam berjuang. Tidak ada sesuatu yang dapat kita capai tanpa
perjuangan tentunya, dan dalam perjuangan itu, kita membutuhkan semangat atau Mental
Yang Kuat. Jika disandingkan dengan defenisi Iman dalam Ibrani 11 : 1 maka
Mental Yang Kuat itu merupakan iman.
Kisah dalam
Bil. 13 : 25 – 33 yang merupakan ayat bacaan kita ini, mengkisahkan tentang 10
orang pengintai yang dipilih oleh Musa berdasarkan perintah Tuhan kepadanya,
untuk memata-matai tanah Kanaan, suatu negeri yang dijanjikan Allah kepada
Abraham dan keturunannya untuk dimiliki (Tanah Perjanjian). Namun ke-10
pengintai yang telah melaksanakan tugas mereka tersebut ternyata memilki suatu
pandangan yang terbagi 2, antara yang Optimis Dapat Memenangkan Negeri Kanaan,
dan yang Pesimis Akan Kemenangan Tersebut.
Mari kita
periksa kisah ini secara lebih detil, tentang Apa Tujuan Sebenarnya dari Misi
ke-10 Pengintai ini, Bagaimana Seharusnya Mereka Bersikap, dan Apa Konsekuensi
dari Sikap / Laporan Mereka Tersebut ?
I. Tujuan Misi Pengintai ke Tanah Kanaan.
Sebenarnya
bangsa Israel, termasuk ke-10 orang pengintai yang semuanya adalah
kepala-kepala di antara orang Israel (ay.3-16) menyadari bahwa tujuan daripada tugas
yang dipercayakan kepada mereka hanyalah supaya mereka mengetahui cara /
strategi tentara Israel dalam menyerang dan menduduki tanah Kanaan yang sudah diserahkan
oleh Tuhan kepada mereka.
Mari kita perhatikan ayat 18 – 20, yang merupakan misi pengintaian itu, yang terbagi atas 2 bagian :
- Bagaimana keadaan negeri itu : apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak, apakah mereka diam di tempat-tempat yang terbuka atau ditempat-tempat yang berkubu; (persoalan jumlah, kekuatan dan perlindungan).
- Apakah negeri itu baik atau buruk, apakah tanah mereka gemuk atau kurus, apakah ada pohon-pohonan atau tidak; (persoalan hasil bumi / kemakmuran).
Jika kita
perhatikan dengan seksama pada ayat yang ke 2a, sesungguhnya tanah Kanaan itu
telah Allah berikan kepada mereka. “Suruhlah beberapa orang mengintai tanah
Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; …”. Ayat ini merupakan
penegasan Janji Allah kepada Abraham (Kej. 15:18); Negeri itu merupakan tanah
yang dijanjikan Allah, kalau Allah sudah berjanji memberikannya, maka Ia
sendirilah yang pasti akan menggenapinya. 2 Petrus 3 : 9a : ”Tuhan
tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai
kelalaian, …..”
Dalam hal
ini, jika ke-10 Pengintai yang adalah pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel ini,
meyakini akan janji Tuhan, maka seharusnya mereka tidak perlu berselisih
pandang tentang keadaan negeri Kanaan tersebut. Namun seperti inilah keadaan
kita selaku manusia, ada orang yang memandang janji Tuhan dengan yakin, namun
ada juga orang kemudian menjadi ragu. Hal ini tentunya tergantung dari sikap
hati kita dalam menerima janji firman Allah tersebut. Perhatikan perumpamaan tentang
seorang penabur dalam Mat. 13:1-30; Mrk. 4:1-20 dan Luk. 8:4-15).
II. Bagaimana Seharusnya Mereka Bersikap ?
Penerimaan
kita akan kebenaran firman Allah, akan menentukan cara kita bersikap terhadap
kebenaran firman Allah tersebut, dan ini akan teruji ketika kita menghadapi
berbagai tantangan dalam hidup kita.
Ke-10
pengintai yang adalah pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel tersebut ternyata
memiliki sikap yang berbeda ketika mereka diperhadapkan dengan suatu kenyataan
yang mereka lihat terhadap suku bangsa yang mendiami tanah Kanaan.
Benar mereka
sepakat bahwa negeri tersebut memang negeri yang berlimpah susu dan madunya,
bahkan mereka membawa hasilnya; bahwa orang-orang yang mendiami negeri itu
merupakan bangsa yang kuat-kuat dan merupakan keturunan Enak (orang-orang
raksasa); bahwa kota-kota mereka berkubu dan sangat besar. Namun mestikah
dengan kenyataan tersebut akan melunturkan semangat kita ? akan melemahkan iman
kita ? tidakkah mereka sadar akan perbuatan ajaib yang telah Tuhan lakukan
kepada mereka, baik ketika mereka di Mesir sampai ketika mereka akan memasuki
tanah yang Tuhan sudah janjikan kepada mereka ? tidakkah mereka sadar akan
perkara-perkara ajaib / mujizat Allah tersebut ? bagaimana ketika mereka
menyeberangi laut Teberau yang telah terbelah menjadi dua, bagaimana ketika
Allah memberi mereka makan manna dan juga burung-burung ? dan sederatan perkara
ajaib yang telah Allah nyatakan kepada mereka ? tinggal selangkah saja, mereka
sudah akan memasuki tanah Perjanjian tersebut, mestikah mereka harus kembali
lagi ke Mesir, dan kemudian mati di tengah jalan ?
Bersyukurlah bahwa diantara ke-10 pengintai tersebut, ada 2 orang, yakni Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune yang memiliki iman yang teguh keyakinan akan janji Allah kepada umat pilihan-Nya. Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)
III. Apa Konsekuensi dari Sikap Mereka ?
Segala
sesuatu terkait dengan sikap kita, apalagi menyangkut hubungan dengan Allah,
tentunya memiliki konsekuensi.
Ketika sikap kita berkenaan kepada Allah atau
kita memilih sikap yang benar dalam menghadapi suatu permasalahan atau pergumulan hidup, maka tentunya kita akan mendapatkan mahkota yang setimpal
dengan itu. I Kor. 9:25 berkata : “Tiap-tiap orang yang turut
mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka
berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk
memperoleh suatu mahkota yang abadi”.
Yosua bin
Nun dan Kaleb bin Yefune mendapat perkenaan Tuhan untuk tetap hidup dan dapat
masuk ke negeri Kanaan atau Tanah Perjanjian tersebut. (Bil. 14 : 30 dan 38).
Sedangkan kepada
ke 8 orang pengintai yang lain itu, apakah yang terjadi kepada mereka ?.
setelah mereka membuat hati umat Israel berontak kepada Musa dan kepada Tuhan,
mereka akhirnya mati. (Bil. 14 : 36 - 38). Bahkan bukan hanya mereka saja yang
mati, semua orang-orang Israel yang terpengaruh dengan informasi yang mereka
sampaikan, tidak ada satupun yang masuk ke tanah Kanaan, mereka semua mati di
padang gurun, dari yang berumur 20 tahun ke atas. (Bil. 14:29), sesuai dengan
permintaan mereka dalam persungutan mereka. (Bil. 14 : 2). “Ah, sekiranya kami
mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini !!!”.
Persungutan
akan mendatangkan celaka bagi kita. I Tes. 5:18 : “Mengucap syukurlah dalam segala
hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.
Doa : Tuhan ajarlah kami mengerti maksud dan kehendak-Mu dalam setiap kehidupan kami, sehingga kami memiliki Iman Yang Teguh di dalam Engkau, dan olehnya kami dapat menikmati mahkota kehidupan yang telah Engkau janjikan. Amin.
Minggu, 01 Mei 2022
FAKTA KEBANGKITAN YESUS (Mat. 28:1-10)
Jumat, 01 April 2022
Selasa, 29 Maret 2022
SUDAHKAH ENGKAU MENGENAL YESUS ? Mrk. 8 : 27 - 30
Jumat, 25 Maret 2022
Sabtu, 19 Maret 2022
SESUAI PETUNJUK ALLAH (Bacaan : Kel. 25 : 1 – 9)
Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag. (Cand.)
Ayat 8 dan 9 : Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya."
Musa adalah seorang hamba Allah yang
diberikan perintah khusus untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir,
dari tanah perbudakan menuju ke suatu negeri yang berlimpah susu dan madunya,
suatu Tanah Perjanjian yang diberikan oleh Tuhan kepada Abraham dan
keturunannya.
Sebagai umat pilihan Allah, bangsa
Israel menjadi suatu bangsa yang sangat istimewa dalam pemandangan Allah. Allah
berkeinginan mewujudkan misinya bagi manusia melalui bangsa ini. Allah
berkenaan menyatakan firmanNya kepada manusia melalui mereka.
Mendirikan Kemah Suci, merupakan suatu
perintah Allah kepada Musa dengan maksud supaya Allah berdiam di tengah-tengah
bangsa Israel. Allah yang Maha Kudus rindu untuk berada dekat dengan umat
pilihanNya tersebut. Oleh karena itu, untuk mendirikan suatu tempat kediaman
Allah di tengah-tengah umat pilihanNya, maka segala sesuatunya haruslah dibuat
berdasarkan kehendak Allah. Itulah sebabnya Musa diperintahkan mendirikan Kemah
Suci tersebut menurut segala apa yang ditunjukkan Allah kepadanya sebagai
contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah Musa
harus membuatnya.
Allah
Menunjukkan Kepada Musa Contoh Kemah Suci.
Ay. 9a
Kemah Suci ini merupakan rancangan
Allah sendiri. Allah bertindak sebagai Arsiteknya. Artinya bahwa ini merupakan proyek
Allah untuk manusia yang Ia ingin wujudkan melalui Musa, hamba-Nya. Allah
menunjukkan pola Kemah Suci tersebut supaya Musa dapat melihat gambarnya dan
membuat Kemah Suci tersebut sesuai dengan gambar tersebut.
Kenapa hal ini harus demikian ? karena
ini merupakan proyek Allah Yang Kudus. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa,
tidak mampu merancangkan sesuatu yang Ilahi, sesuatu yang kudus, sesuatu yang
berkenaan kepada Allah, melainkan Allah-lah yang harus bertindak sebagai
perancang.
Kecenderungan manusia yang berdosa
adalah melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan hatinya yang berdosa itu.
Manusia tidak dapat berkenaan kepada Allah jika Allah tidak menjunjukkan
jalanNya kepada manusia. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka
berusaha menyematkan daun ara untuk menutupi ketelanjangan mereka. Tetapi Allah
menjumpai mereka dan menutupi ketelanjangan mereka dengan membuat pakaian dari
kulit binatang untuk manusia itu dan untuk isterinya lalu mengenakannya kepada
mereka. Suatu gambaran pengorbanan yang akan digenapkan melalui pengorbanan
Kristus di tiang kayu salib, korban Tubuh dan Darah Tuhan Yesus-lah yang akan
menguduskan manusia sehingga manusia dapat berkanaan kepada Allah.
Allah
Menghendaki UmatNya Memberi Dengan Ketulusan Hati. Ay. 2.
"Katakanlah kepada
orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap
orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku
itu”.
Dalam proyek Ilahi ini (mendirikan
Kemah Suci), Allah tidak bekerja sendiri, Ia menghendaki keterlibatan umat
pilihanNya yang terdorong hatinya untuk memberi persembahan khusus.
Pekerjaan Tuhan harus dibangun
berdasarkan ketulusan hati, tidak dengan paksaan. Allah tidak bertindak
otoriter, Allah menghendaki manusia memakai kehendak bebas (free well) untuk mewujudkan
visi dan misiNya dalam dunia ini.
Umat
Allah Harus Membawa Persembahan Yang Berharga. Ay. 3-7.
Inilah persembahan khusus
yang harus kamu pungut dari mereka: emas, perak, tembaga; kain ungu tua,
kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; kulit domba
jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-lumba dan kayu penaga; minyak untuk
lampu, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, permata
krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada.
Sabtu, 12 Maret 2022
LAPORAN VIDEO PEMBELAJARAN : PENDEKATAN INTEGRATIF GARY COLLINS DAN SIGNIFIKANSINYA DALAM PELAYANAN KONSELING KRISTEN
Pendahuluan :
Metode pembelajaran
dengan menonton video merupakan suatu metode pembelajaran yang masuk dalam
kategori daring (dalam jaringan). Istilah ini dalam KBBI berarti
terhubung melalui jaringan computer, internet dan sebagainya.Metode ini menjadi
sangat popular dan lasim digunakan dalam pembelajaran semenjak maraknya pandemic
Covid-19 di semua belahan bumi termasuk Indonesia.
Video pembelajaran yang
direkomendasikan oleh Dosen pengampu Mata Kuliah “Integrasi Teologi dan
Psikologi” yakni Bpk. Junifrius Gultom, PhD tersebut setelah ditonton melalui link
: https://www.youtube.com/watch?v=UT4vQ6RbQh4
dengan judul Pendekatan Intergratif Gary
Colins dan Signifikasinya dalam Pelayanan Konseling Kristen, penjeleasan umum
tentang video ini adalah sebagai berikut:
- Video pembelajaran tersebut merupakan
suatu acara Webinar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Konselor Kristen
Indonesia (AKKI) pada tanggal 2 Maret 2022 yang baru lalu (sesuai tanggal
upload Video),
- Video tersebut berdurasi 1 jam 43 menit
dan 59 detik. Dengan rincian : 1 menit pertama merupakan pengantar dari
moderator, dilanjutkan kemudian dengan presentase materi oleh Bpk. Pdt. Yakub
B. Susabda PhD selama kurang lebih 1 jam 6 menit dan kemudian Tanya jawab
hingga penutup selama kurang lebih 35 menit.
- Pendekatan Integratif Gary Collins dan
Signifikansinya dalam pelayanan konseling Kristen adalah topik yang di bawakan
oleh Pdt. Yakub B. Susabda Ph.D yang sangat mengenal alm Gary Collins. Pdt.
Yakub B. Susabda PhD bukan hanya menjelaskan tentang konsep Integratif dari
Gary Collins, tetapi juga menjelaskan tentang konsep pendekatan Integratif yang
di bangun oleh Pdt. Yakub B. Susabda berdasarkan konsep Integratif dari Gary
Collins.
Secara kualitas materi yang disampaikan melalui video ini, sangat baik dan menarik, tentunya sangat membantu banyak konselor, para hamba Tuhan dan mahasiswa termasuk saya untuk memahami dan menjadi tahu tentang Integrasi Teologi dan Psikologi. Pdt. Yakub B. Susabda PhD adalah seorang Evangelis Christian Conselor yang sangat professional di bidangnya, telah menulis banyak buku terkait Pastoral Konseling, beliau termasuk salah seorang Dosen pada STT RI.
Materi
Pembelajaran Dalam Video :
Penyampaian materi yang
sangat terstruktur yang disajikan oleh Pdt. Yakub B. Susabda PhD, telah
membantu saya untuk memahami :
- Mengenal Salah seorang tokoh
dalam Bidang Konseling Kristen, yakni Gary L. Collins, PhD, yang dinobatkan
oleh Psychotherapy Networker Magazine sebagai Bapak Konseling Kristen, menulis banyak
buku Konseling dan salah satu buku yang dalam edisi Bahasa Indonesianya “Konseling
Kristen Yang Efektif” (buku ini saya sudah pesan di Lazada, karena kendala
teknis baru akan tiba pada tanggal 15 Maret nanti). Gary L. Collins, PhD
merupakan seorang Evangelis Christian Counseling yang juga sangat memberi
pengaruh besar kepada Pdt. Yakub B. Susabda PhD, seorang yang
dikenal dekat dengan Pdt. Yakub B. Susabda PhD.
- Prinsip Dasar Konseling
Kristen menurut Gary L. Collins :
- Conseling is all about stories : stories about people lives include early experience, beliefs, trumps, tragedies, decisions, disappointments, crises and time off great joy.
- Dengan Basic Premise That “All Truth is God’s Truth” Garry Collins mengingatkan semua psikolog dan Konselor Kristen untuk lebih mempercayai Alkitab dan Teologi Injili daripada Psikologi.
- Garry Collins Approach on Integration : Transformed Integration (Psychology and Theology) Jelas sekali tujuannya semata-mata adalah memakai Psichology untuk melengkapi Theology.
- Integrasi Teology dan Psikhology adalah realita yang tak terhindarkan. Itulah sebabnya Garry Collins Develop His Approach on Integration (Transformed Integration) dengan Tujuan Melengkapi iman Kristen dengan Filter (alat untuk menyaring) yaitu 6 working principle pada saat konselor Kristen memakai Ilmu Psikologi :
- Expanded Empiricism
- Determinism and Freewill
- Biblical Absolutism
- Modified Reductionism
- Biblical Antropology
- Christian Supernaturalism
- Dengan kesadaran baru yang Gary Collins hadirkan : Bahwa intergrasi adalah untuk melengkapi kehidupan orang beriman. Yang paling utama dari integrasi teologi dan psikologi adalah apa yang dialami oleh the Integrator yaitu individu orang beriman.
- Tidak Ada Teologi Tanpa Psikologi. Kalau kita mampu mengupayakan Integrasi Teologi dan Psikologi maka kitapun dapat menghasilkan KEMENANGAN ORANG PERCAYA.
- Integrasi adalah perjumpaan antara “kebernaran Firman Allah”dan “Psychological reality jiwa kita masing-masing”sebagai integratornya. Integrasi adalah perjumpaan Firman Allah dengan diri kita yang sesungguhnya.
- Tanpa psikologi semua bagian Alkitab yang bicara tentang manusia, tak mungkin dapat dijelaskan oleh Teologi. Signifikasinya dalam prinsip Pelayanan Konseling Kristen :
- Dengan Basic Premise “All Truth God’S Truth,” Then, Pelayanan Konseling Kristen harusnya didasarkan pada konsep “embodied integration” dimana konselor haruslah menjadi the Integrator between Teologi dan Psikologi.
- Meskipun Setiap Konselor Kristen Juga “a Wounded Healer”ia tetap dipanggil untuk menolong setiap klien nya juga untuk mengalami “The Truth That Set Them Free.”
- Objektif pelayanan Konseling bukan Cuma “membebaskan klien dari gangguan masalah”tetapi menciptkan kondusif atmosfer to grow toward self-actualization sebagai orang beriman yang dapat berdiri mempertanggungjawabkan hidupnya seutuhnya di hadapan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus.
Ketika telah memahami
hal-hal sebagaimana dimaksud diatas, faedah video pembelajaran ini bagi saya
baik selaku mahasiswa maupun pembantu Gembala dalam pelayanan Konseling Kristen
adalah mampu mengapilkasikan kaidah-kaidah dalam Ilmu Integrasi Teologi dan
Psikologi ini kedalam pelayanan yang lebih berkualitas, terutama dalam melakukan
konseling kepada jemaat atau umat yang tentunya dengan tetap mengutamakan Roh
Kudus dan Kebenaran Firman Allah dalam kehidupan kita.
Sabtu, 12 Februari 2022
Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah (Mat. 6 : 9 & 10)
- Kerajaan Allah adalah menyangkut pemerintahan Allah, dimana Allah yang berdaulat atas semua ciptaanNya.
- Kerajaan Allah adalah menyangkut perihal rohani, yakni soal : kebenaran, damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus, dan Kuasa.
- Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga itu ada di Sorga, ada di dunia, bahkan ada di dalam diri manusia tertentu.
Kita tidak mungkin menghadirkan / membangun Kerajaan Allah jika
kita tidak bertobat dari kehidupan kita yang lama dan menjadi manusia baru. Pertobatan
itu sangat penting artinya dalam kehidupan kerohanian kita. Bertobat berarti :
sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan
memperbaiki tingkah laku dan perbuatan tersebut (KBBI). Dalam Kemah Suci
pertobatan terkena kepada Mesbah Korban Bakaran. Para Imam ditugaskan oleh
Allah untuk mempersembahkan korban bakaran bagi umat Israel yang melakukan
kesalahan / dosa kepada Allah untuk diperdamaikan dengan Allah. Untuk itu, umat
Israel wajib menyediakan domba atau lembuh jantan yang tidak bercacat sebagai
korban penghapus dosa. Korban lembuh dan atau domba jantan yang tak bercacat
celah tersebut digenapi dalam Perjanjian Baru dalam pribadi Yesus yang
merupakan Juruselamat Dunia.
Oleh sebab itu, kita yang sudah bertobat dan
menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita, harus percaya akan berita
Injil Kerajaan Allah. Yoh. 3 : 16 berkata : “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.” Membangun Kerajaan Allah, berarti kita
menerima kabar keselamatan tersebut. Membangun Kerajaan Allah, berarti kita
harus menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan menuju kepada Bapa.
Yoh. 14:6 : Kata Yesus kepadanya : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Ketiga
: Hasilkanlah Buah Kerajaan Allah itu.
Mat. 21:43 berkata : “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil
dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah
Kerajaan itu.” Ini artinya bahwa jika kita tidak mau kehilangan Kerajaan
Allah, maka kita harus menghasilkan buah Kerajaan Allah tersebut.
Buah yang
dimaksudkan tersebut terdiri atas empat hal, yaitu : Buah Pertobatan (Mat.
3:8); Buah Kebenaran (Flp. 1:11; Yak. 3:18); Buah Roh (Gal. 5:22), serta Buah
Injil / Buah Pelayanan (Rm.1:13; Kol. 1:6).
Tentang buah Injil / buah pelayanan, dalam Luk. 9:2 berkata
: “dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk
menyembuhkan orang.” Selanjutnya dalam Luk. 9:60 : … Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah
dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.
Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah berarti kita bukan saja
hanya menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, tetapi kita juga harus memberitakan
Injil Kerajaan Allah tersebut, sebab Yesus Kristus telah menjadi teladan bagi
kita dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah sampai kita dapat menempuh jalan
keselamatan tersebut. Maka kitapun memiliki kewajiban untuk memberitakan Injil
Kerajaan Allah tersebut, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada
di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala
lidah mengaku : “Yesus Kristus adalah Tuhan,”bagi kemuliaan Allah, Bapa !
(Filipi 2 : 10-11).
Sesaat sebelum Tuhan Yesus Kristus terangkat ke
Sorga, dalam pesan terakhirnya kepada murid-muridNya yang bersama dengan Dia,
Tuhan Yesus berkata : “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa
yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang
percaya : ……………” Mrk. 16 : 15 – 18, yang dikenal dengan Amanat Agung.
Penutup :
Ketika kita terpanggil dan memiliki kerinduan untuk Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah, maka suatu hal juga yang tidak boleh kita lupakan
adalah bahwa, kita yang mau membangun Kerajaan Allah, maka kita tentunya ingin
untuk masuk dan menikmati Kerajaan Allah tersebut.
Sabtu, 05 Februari 2022
WASPADALAH TERHADAP PENYESATAN !!!
Senin, 31 Januari 2022
KESELAMATAN ADALAH ANUGERAH ALLAH BAGI MEREKA YANG MAU MENERIMANYA
Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh.
Nuh seorang yang benar dan
tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul
dengan Allah.
Ketika Allah memutuskan
untuk mengakhiri / memusnahkan seluruh mahkluk hidup di bumi oleh karena
kejahatan manusia, Allah memilih untuk menyelamatkan Nuh dan keluarganya.
Nuh diperintahkan untuk
membuat bahtera dari kayu Gofir. Ukuran lebar, panjang dan tingginya ditentukan
oleh Allah sendiri, termasuk ada tingkatannya, yakni : tingkat bawah, tingkat
tengah dan tingkat atas (3 tingkat).
Kelihatannya, pekerjaan
yang dilakukan oleh Nuh tersebut sangatlah tidak masuk akal, dan terkesan
menggelikan. Bagaimana mungkin seseorang yang waras, mau membuat suatu
"Kapal Raksasa" di atas gunung?
Nuh menemui banyak
tantangan dari orang-orang di sekelilingnya. Meskipun demikian, ia tetap dengan
tekun dan setia memberitakan Injil Kerajaan Allah kepada mereka, memberitakan
pertobatan dari kehidupan yang sia-sia untuk berbalik kepada jalan keselamatan.
Apa yang terjadi kemudian?
Olok-olokan orang sesaman Nuh telah berakibat fatal, mereka semua binasa. Hanya
Nuh, isteri, ketiga anak laki-laki dan ketiga anak mantunya yang selamat.
Doa : Tuhan Yesus, ajarlah
kami untuk mengerti dan melakukan Firman-Mu, sebab FirmanMu adalah kebenaran
yang menuntun kami kepada keselamatan. Haleluyah Amin.
Minggu, 30 Januari 2022
REFLEKSI KEJATUHAN MANUSIA DAN MISI KESELAMATAN DARI ALLAH
Minggu, 02 Januari 2022
DAMPAK SPIRITUALITAS PENTAKOSTA BAGI PERTUMBUHAN GEREJA LOKAL
Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri, bahwa kehadiran Denominasi Gereja Pentakosta dan kharismatik baik di Indonesia maupun di dunia, sejak awal kemunculannya sampai sekarang, dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
Allan Anderson memberikan gambaran bagaimana pertumbuhan Pentakosta selama seratus tahun terakhir sebagai berikut : pada tahun 1970 populasi Pentakosta – Kharismatik berkisar 74 juta atau sekitar 6% dari seluruh populasi kekristenan di dunia. Pada tahun 1977 Pentakosta – Kharismatik mengalami perkembangan yang pesat kira-kitra 497 juta atau 27 % dari seluruh populasi Kristen dunia lebih besar dari Protestan dan Anglikan. Barret memperkirakan pada tahun 2025 Pentakosta-Kharismatik akan mencapai 1.140 Juta atau 44% dari total orang Kristen di seluruh dunia. (Fredy Simanjuntak, 2019).
Pada tahun 2011 Forum Pew memperkirakan bahwa ada sekitar 2.184.060.000 populasi Kristen di seluruh dunia dimana sekitar 584.000.000 diantaranya adalah gabungan dari gerakan pentakosta-karismatik, sedangkan kaum Injili berada pada angka 285.480.000. Di Indonesia, gerakan ini sangat penting dalam dekade terakhir.
Jan Aritonang sejarahwan dan teolog Protestan memberikan pujian atas dampak gerakan Pentakosta secara global. Ia menyebut Pentakosta merupakan satu diantara berbagai aliran gereja yang kemunculan dan perkembangannya paling spektakuler pada abad ini. (Fredy Simanjuntak).
Banyak teori yang menyebutkan faktor pendukung pertumbuhan gereja seperti : doa, penyembahan, tujuan, diagnosis, prioritas, perencanaan, penyusunan program, kepemimpinan, penginjilan, dsb (Jenson, Ron & Stevens 1996). Sikap gembala jemaat menjadi faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam pertumbuhan gereja. (Hermanto 2021). Selain itu, karunia-karunia Roh Kudus sebagai faktor pendorong (promoting factor) dalam pertumbuhan gereja. (Asin 2011). Demikian juga (Peters 2002) menyebutkan bahwa dimensi pertumbuhan Gereja ditentukan oleh ibadah kepada Allah, pelayanan di tengah-tengah persekutuan, konseptualisasi Alkitab, penginjilan kepada kelompok masyarakat, mengakomodasi tuntutan lingkungan, memperkenalkan gaya hidup kristiani kepada masyarakat, proklamasi Injil ke seluruh dunia, dan lain-lain sebagainya.
Namun dalam tulisan ini penulis menguraikan factor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan gereja khususnya di kalangan gereja Pentakosta sebagaimana fenomena yang telah disebutkan diatas, yakni tentang Spiritualitas Pentakosta yang sampai saat ini menjadi cirri khas yang sangat menarik dalam memberikan pengaruh kepada umat / masyarakat sehingga telah menjadi cikal bakal pertumbuhan gerakan Pentakosta di gereja lokal.
Hipotesa
Penulis menarik hipotesis penelitian ini bahwa Spiritualitas Pentakosta Merupakan Faktor Pendorong Pertumbuhan Gereja khususnya Gereja Beraliran Pentakosta. Penulis melakukan penelitian yang bersifat studi kepustakaan, yakni mengadakan penelitian dengan perbandingan beberapa pustaka yang terkait dengan penulisan.
Tujuan
Melalui tulisan ini penulis berharap agar dapat memberi motivasi kepada para hambahamba Tuhan tentang pentingnya menyertakan spiritualitas Pentakosta dalam setiap pelayanan, sehingga akan berdampak kepada pertumbuhan gereja yang sedang digembalakan.
II. PERTUMBUHAN GEREJA
Gereja Harus Bertumbuh
Dalam Alkitab tidak pernah dijelaskan adanya pertumbuhan gereja, selain dari yang diungkapkan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Saat jemaat mula-mula terbentuk, ungkapan Lukas mengenai pertumbuhan gereja adalah pertambahan jumlah (Kis. 2:47). Sedangkan pengertian yang ditunjukkan oleh I Korintus 3 tidak mengarah pada pertambahan jumah, melainkan pada perkembangan diri. Tanpa pertambahan jumlah orang yang diselamatkan, sebuah gereja tidak akan disebut bertumbuh. Pertambahan jumlah orang yang diselamatkan tidak akan terjadi tanpa peningkatan jumlah pengunjung gereja. Dengan demikian, indikator pertumbuhan gereja adalah pertambahan jumlah pengunjung gereja setiap Minggu.
Gereja harus bertumbuh tanpa batas, karena gereja dihidupi oleh Roh Allah yang tidak terbatas. Sebagaimana Roh Allah itu tidak pernah sakit atau bahkan mati, gereja juga tidak boleh sakit, apalagi mati. Sebab sebagaimana kematian manusia dikarenakan tubuh yang ditinggalkan roh, demikian pula kematian sebuah gereja menunjukkan bahwa tubuh gereja tersebut tidak lagi didiami oleh Roh Allah. Oleh karena itu kita harus terus menjaga agar gereja harus terus bertumbuh, artinya menjaga Roh Allah terus ada dalam tubuh gereja.
Defenisi Pertumbuhan Gereja
Kata pertumbuhan, berasal dari kata tumbuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tumbuh berarti : Timbul dan bertambah besar atau sempurna; sedang berkembang (menjadi besar, sempurna); timbul, terbit, terjadi. Para pakar Pertumbuhan Gereja mendefinisikan ’pertumbuhan gereja’ sebagai berikut :
- Ron Jenson dan Jim Steven dalam bukunya Dinamic of Church Growth menyatakan: ”Pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas dan kompleksitas organisasi sebuah gereja lokal”. Definisi ini menekankan keseimbangan antara tiga komponen, yaitu: kuatitas, kualitas dan kompleksitas organisasi agar gereja bertumbuh dengan sehat.
- C. Peter Wagner dalam bukunya Your Church Can Grow menyatakan: “Pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang terlibat dalam membawa pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus masuk ke dalam persekutuan denganNya ke dalam keanggotaan gereja yang bertanggung jawab”.
- Donald Mc Gavran merumuskan Pertumbuhan Gereja sebagai ”segala sesuatu yang mencakup soal membawa orang-orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab”.
- George W. Peters dalam bukunya A Theology of Church Growth memberikan pengertian bahwa Pertumbuhan Gereja adalah sesuatu yang sesuai dengan realitas ilahi. Fakta Pertumbuhan tersebut dapat dibaca dalam Lukas 2:40, 52; Matius 13:31-32; Efesus 4:16; Wahyu 5:9; I Korintus 3:9, 16. Pertumbuhan tersebut mencakup kuantitas dan kualitasnya yang menunjukkan adanya perilaku pertumbuhan secara: biologis, spontan, terencana dan melalui krisis khusus.
Jenis Pertumbuhan Gereja
Pertumbuhan Gereja dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yakni Pertumbuhan Kuantitatif dan Pertumbuhan Secara Kualitatif.
1. Pertumbuhan Kuantitatif
Pertumbuhan Kuantitatif adalah pertumbuhan gereja dalam segi penambahan jumlah organik atau umat yang ada didalam gereja Tuhan, gereja tidak akan bisa disebut bertumbuh ketika gereja tidak menampakkan pertambahan dalam jumlah anggota jemaat bahkan sekalipun gereja itu memiliki gedung besar, banyak uang dan beragam kegiatan pelayanan, seorang Ahli yang mempelajari strategi pertumbuhan bernama Michel Griffits berkata “kita tidak bisa membangun Bait baru tanpa menambah jumlah batu-batu hidup.” Maka indikator gereja yang bertumbuh secara kuantitatif dalam mengemban amanat agung Tuhan Yesus bagi kita, dapat dilihat dari bertambahnya jumlah orang percaya yang menjadi selamat hasil dari pelayanan misi Gereja Tersebut.
Menurut Pdt. Dr. Sukirman terdapat 3 pertumbuhan gereja yang oleh penulis dikategorikan sebagai pertumbuhan kuantitatif, yakni : Pertumbuhan Biologis, Pertumbuhan Migrasi dan Pertumbuhan Alamiah.
1) Pertumbuhan Biologis
Satu-satunya alasan Pertumbuhan Biologis adalah faktor keluarga yang bertambah jumlahnya, baik melalui adopsi maupun melalui kelahiran. Artinya, pertambahan anggota keluarga secara otomatis menyebabkan pertumbuhan gereja dalam hal jumlah jemaat. Pertambahan jumlah jemaat ini terjadi dengan perlahan tetapi pasti.
2) Pertumbuhan Migrasi
Pertambahan jumlah jemaat yang disebabkan oleh perpindahan atau migrasi. Seseorang yang mengalami perpindahan tempat kerja akan mencari gereja di tempatnya yang baru; danbagi gereja tersebut berarti terjadi Pertumbuhan Migrasi. Pertumbuhan Migrasi juga dapat disebabkan oleh pernikahan, yakni orang Kristen yang menikah dan bergabung dengan gereja pasangannya. Saat ini fenomena Pertumbuhan Migrasi terlalu sering terjadi. Banyak anggota jemaat berpindah ke gereja lainnya dalam satu kota karena berbagai faktor, misalnya kejenuhan dan mewahnya tempat ibadah yang baru. Alasan yang paling umum adalah tidak adanya penyelesaian permasalahan mereka di dalam gereja lama. Pertumbuhan Migrasi dalam satu kota dengan alasan demikian membuat gereja tidak sehat; gereja tujuan bertambah jumlah pengunjung dengan pertambahan masalah baru, sementara gereja asal mengalami stagnasi, bahkan kemungkinan mati. Pertumbuhan Migrasi demikian sangat tidak dianjurkan
3) Pertumbuhan Alamiah
Pertambahan jumlah pengunjung gereja secara tetap dari orang-orang yang sebelumnya tidak bergereja, atau setidaknya mereka yang sudah lama tidak mengunjungi gereja karena tidak memiliki gereja yang dikunjungi setiap Minggunya. Biasanya mereka sangat tidak tertarik untuk datang menghabiskan waktu dengan mendengar ceramah dan nyanyian berulang-ulang yang membosankan. Atau mungkin mereka adalah seorang Atheis. Mungkin juga mereka berasal dari iman yang lain.
Pertumbuhan gereja yang Alamiah seperti ini tidak mudah terjadi jika tidak ada faktor pendorongnya. Jarang sekali orang dapat mengalami perubahan hidup tanpa faktor pencetus (promoting factor). Berbagai buku, termasuk Alkitab, menuliskan bahwa Pertumbuhan ini terjadi setelah pengalaman Pentakostalisme; atau adanya gerakan dari Pentakosta, seperti kesembuhan ilahi, exorcisme, dan pemulihan kualitas hidup terjadi; sehingga diketahui bahwa faktor pengaruhnya adalah kuasa supranatural.
2. Pertumbuhan Kualitatif
Pertumbuhan Kualitatif adalah pertumbuhan yang dihasilkan berdasarkan hubungan pribadi dengan Roh Kudus, hal pertumbuhan Kualitas sangat dilihat kepada kasih yang timbul dari persekutuan umat Tuhan didalam gereja yang bermisi. Pertumbuhan gereja dalam hal kualitatif ini dapat terlihat kedewasaan rohani yang dibuktikan dari perbuatan, perkataan dan tindakan berdasarkan karakter Kristus.
III. SPIRITUALITAS PENTAKOSTA
Dasar Spiritualitas Pentakosta
Kaum Pentakostal lahir pada masa di mana Gereja-Gereja telah terjebak kepada formalisasi, doktrinisasi, dan pe-metode-an penghayatan iman kepada Yesus Kristus, serta absennya pengalaman yang dinamis dengan Roh Kudus. Itu sebabnya mengapa tekanan utama kaum Pentakostal awalnya bukan sekedar kaum Pentakosta dalam pengertian denominasional, tetapi juga pada gerakan pietisme John Wesly bersaudara yang melahirkan Metodis maupun Jacob Spenser adalah suatu penghayatan dan pengalaman hidup, sederhana, spontan, dan komitmen untuk menghidupi firman, menjadi akar bagi spiritualitas Pentakosta.
Roh Kudus mendapat tempat yang khusus dalam seluruh pembicaraan mengenai spiritualitas Pentakosta. Bahwa baptisan Roh Kudus sebagai sebuah symbol dari pemberdayaan pelayanan dan permulaan bagi seseorang yang dimampukan untuk berjalan dalam kebenaran. Kaum pentakostal merasa bahwa apa yang dialami oleh para rasul bukanlah pengalaman yang telah berhenti setelah kanonisasi Alkitab.
Dasar teologi Pentakosta adalah baptisan Roh Kudus. Gagasan ideal kaum Pentakostal adalah bahwa menjadi Pentakosta berarti seseorang mengindentifikasikan diri dengan pengalaman yang terjadi pada para pengikut Kristus pada hari Pentakosta, yaitu dipenuhi dengan Roh Kudus. Baptisan Roh Kudus ini sebagai titik penting bagi kaum Pentakosta, yang dipahami sebagai momentum yang bukan hanya sebagai pemberdaya (empowerer) orang percaya bagi pelayanan, tetapi juga mulainya pengalaman berkelanjutan akan karya Roh Kudus dalam pertumbuhan dan kehidupan kontempaltif. Kaum Pentakostal percaya bahwa Allah memberikan kepada tiap-tiap orang karunia-karunia (I Kor. 12) dan jawatan (office) dalam Tubuh Kristus itu seperti nabi, rasul, gembala, penginjil, dan guru (Ef. 4) sebagai sarana untuk membawa jemaat bukan hanya terlibat dalam pelayanan, tetapi juga menjadi dewasa dalam spiritualitasnya.
Defenisi Spiritualitas Pentakosta
Junifrius Gultom berpendapat bahwa Spiritual Pentakosta didudukan atas dasar kata “Spiritualitas” itu sendiri yang bersifat Umum, baik dalam Agama maupun Kepada Orang Yang Tak Berkeyakinan Kepada Yang Absolut versi Pemeluk Agama. Spiritualitas Pentakosta Share in Common (sepakat) merupakan bagian-bagian dari Spiritualitas Kristen pada Umumnya, namun gagasan yang khas dalam Spiritulaitas Pentakosta adalah menyangkut Hermeneutik Pentakosta yang membentuk dogmanya, tradisinya, pengalaman pribadi, komunitas kekinian, serta konteks luas dimana kaum pentakosta hidup. “Spiritualitas Pentakosta” adalah suatu pengalaman hidup dari konfigurasi khusus ajaran-ajaran, praktikpraktik dan sensibilitas yang meletakan orang percaya pada suatu hubungan yang berkelanjutan dengan Roh Kudus.
Tentang Spiritualitas Pentakosta, Steven J. Land menegaskan tesis awalnya yaitu Core Integratif dari Spiritualitas Pentakosta adalah mengenai : Kebenaran, kekudusan, dan kuasa Allah yang berkorelasi dengan afeksi-afeksi apokaliptik khas. Antara Teologi dan Spiritualitas mesti berkorelasi, itulah sebabnya pentingnya Roh Kudus sebagai titik awal bagi suatu pendekatan pentakostal yang khas kepada teologi sebagai spiritualitas.
Senada dengan itu, Simon Chan menyatakan bahwa Teologi yang sejati muncul dari pengalaman dengan Allah dan Yesus Kristus. Teologi yang benar harus menghasilkan doxology atau lagu pujian selain teologi rohani, membentuk arah bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan yang supernatural.
Penekanan Spiritualitas Pentakosta
Menurut Gernaida Pakpahan dalam Marthina Novalina (2020), Dalam spiritualitas pentakosta, ada beberapa penekanan yang diberikan; yang nampak dari karakteristik gereja Pentakosta itu sendiri, antara lain:
- Lebih menekankan peranan Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari.
- Tata laksana liturgi yang lebih sederhana, lagu rohani yang digunakan lebih modern.
- Mengijinkan keterlibatan kaum perempuan dan kaum awam dalam pelayanan.
- Panggilan pertobatan dan hidup dalam kesucian.
- Menekankan panggilan untuk menjadi saksi hingga ke seluruh dunia sebagai bentuk tanggungjawab terhadap respon eskhatologis.
- Memberi tempat untuk nubuat, bicara dalam bahasa roh sebagai bentuk nyata baptisan Roh Kudus.
- Memberi kepedulian terhadap isu-isu social, keadilan, ekonomi, politik, ras, budaya, dll.
- Komitmen yang kuat terhadap pelayan praktis di gereja local. Sehingga ketika berbicara mengenai spiritualitas Pentakosta, maka tidak bisa tidak, beberapa karakteristik di atas akan tercakup didalamnya.
GEREJA LOKAL
Pengertian Gereja Lokal Menurut Dr. Th. Van den End, Gereja lokal adalah persekutuan orang-orang percaya yang lahir baru oleh Firman dan Roh Kudus di suatu tempat. Gereja Lokal dapat juga disebut dengan gereja setempat. Martin B. Dainton dalam bukunya yang berjudul Gereja Milik Siapa, mengungkapkan bahwa istilah gereja lokal menunjuk pada sidang jemaat setempat dan bukan sekali kali pada aliran atau denomonasi gerejani.
Gereja lokal bukanlah menunjuk kepada suatu aliran atau denominasi gereja. Aliran dan denominasi gereja merupakan akibat dari perbedaan pemahaman tentang penafsiran kebenaran Firman Tuhan dan berbagai kepentingan. Sebelum terjadi perpecahan dalam gereja, sudah terdapat suatu istilah gereja lokal. Gereja lokal menunjuk kepada persekutuan orang-orang percaya yang berkumpul pada tempat atau kota tertentu. Alkitab menyebutkan tentang kumpulan orang-orang percaya atau Gereja setempat diantaranya gereja di Yerusalem (Kisah 8 : 1; Kisah 11 : 22), Gereja di Korintus (I Kor. 1,2; II Kor. 1 :1). Dengan demikian gereja lokal merupakan suatu persekutuan orang orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dalam suatu kehidupan baru dan berkumpul dalam suatu lingkup tempat tertentu.
IV. DAMPAK SPIRITUALITAS PENTAKOSTA BAGI PERTUMBUHAN GEREJA LOKAL
Berbagai karunia Roh Kudus yang diberikan setelah peristiwa Pentakosta telah mendatangkan pertumbuhan gereja Yerusalem demikian pesatnya. Hal yang sama juga terjadi setelah peristiwa Pentakosta Modern di Azusa Street. Sampai hari ini, manifestasi berbagai karunia-karunia Roh Kudus terus terjadi dan menghasilkan pertumbuhan gereja yang spektakuler.
Steven Talumewo, menyebutkan setidaknya terdapat 10 factor yang menyebabkan Gerakan Pentakosta berkembang pesat, yakni : (1) Hal-hal Supernatural atau Mukjizat, (2) Sifat nondenominasi, (3) Kesederhanaan, (4) Misi dan Pekabaran Injil, (5) Kebaktian massa dan kesembuhan ilahi, (6) Literatur, (7) Musik dan pujian, (8) Pengharapan, (9) Urapan Allah dan (10) Berkorban.
Schwarz dan Schalk menuliskanbahwa Roh Kudus adalah Pribadi yang menginspirasi ibadah dalam gereja dan membawa pertambahan jumlah pengunjung gereja. Mereka dengan tegas menyatakan bahwa pertumbuhan kuantitatif adalah pekerjaan Roh. Manusia atau para pelayan mendapat bagian untuk bekerja dan membangun bagian kualitatifnya.
Dampak Spiritualitas Pentakosta dalam pertumbuhn gereja local sebagaimana dimaksud, diantaranya dapat diuraikan melalui contoh kesaksian sebagai berikut :
Doa Puasa dan Peperangan Rohani.
Keberhasilan Thomas Muthee memenangkan kota Kiambu, Kenya, bagi Kristus adalah contoh pekerjaan pelayanan yang dilakukan bersama Roh Kudus, seperti dituturkan Peter Wagner dalam bukunya Berdoa Dengan Penuh Kuasa. Dikisahkan oleh Direktur Fuller Seminary ini bahwa pelajaran Church Planting (Perintisan Gereja) tidak banyak membantu dalam peperangan memenangkan kota ini. Beberapa Perndeta telah pulang dengan kegagalan. Kemenangan Thomas hanya terjadi setelah ia dan isterinya berpuasa selama 6 bulan. Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa kota tersebut telah dikuasai oleh roh perdukunan (witch-craft). Setelah doa peperangan untuk menghancurkan roh-roh jahat perdukunan di udara, Thomas dan isterinya mulai melakukan penginjilan dan mereka berhasil memenangkan kota ini.Sebuah gerakan doa yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Artinya karunia Roh Kudus yang diberikan kepada Thomas Muthee adalah berdoa dengan penuh kuasa dan Thomas Muthee memenangkan Kiambu Kenya bagi Kristus.
Mujizat / Kesembuhan Ilahi
Dalam buku yang berbeda, Peter Wagner juga mengisahkan beberapa penginjilan yang berhasil di Amerika Latin. Sebuah cerita penginjilan yang dahsyat terjadi di Mexico City. Seorang anak laki-laki berumur 12 tahun menderita lumpuh, bisu dan tuli. Orang tua si anak tersebut pergi kepada seorang penginjil, Ausencio Gonzalez, untuk meminta agar anak mereka didoakan. Ketika mereka sampai di rumah sakit tempat si anak tersebut dirawat, petugas rumah sakit melarang mereka melakukan ritual doa secara Pentakostal, karena takut mengganggu pasien lain. Ausencio mengajak mereka keluar dan berhenti di pintu masuk stasiun kereta bawah tanah yang ramai. Ausencio Gonzalez memberitahukan kepada umum bahwa Tuhan akan menyembuhkan anak tersebut meskipun para dokter di rumah sakit tidak bisa melakukan apa- apa, bahkan mengatakan bahwa si anak tidak memiliki harapan untuk sembuh. Pada waktu mereka selesai berdoa, Ausencio berkata, “Berdiri!” Ayah anak itu memberi tanda sebab anak itu tuli. Anak itu berdiri dan keluar dari kursi roda! Ia sembuh. Namun, ia belum bisa berbicara dan tidak bisa mengatakan apa yang ia rasakan. Sekali lagi Ausencio berdoa dan meminta Tuhan mengangkat keadaan tuli dan bisu anak tersebut. Seketika anak itu memanggil, “Mama,” dan “Papa”, kemudian mereka mengajarnya menyayikan lagu “Cristo viene muy pronto”.
Banyak orang yang ada di jalan keluar stasiun kereta bawah tanah tersebut menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pada saat itu juga, setelah mereka menyaksikan mukjizat yang hebat itu. Beberapa dari mereka berlari ke rumah sakit dan membawa kawan- kawan serta sanak keluarga mereka yang sakit dan sedang dirawat di rumah sakit itu, agar didoakan Ausencio Gonzalez. Seorang pria berusia 36 tahun menderita penyakit jantung parah. Para dokter menyarankan operasi jantung sebagai satu-satunya jalan keluar dari kemungkinan kematian. Kelompok Ausencio lalu berdoa baginya, setelah ia mau menerima Kristus dalam hidupnya. Ausencio menuntunnya berdoa dan ia berteriak dengan penuh keyakinan, “Aku sudah sembuh!” Sebagai batu uji, Ausencio menyuruhnya berlari cepat dan kembali segera dan ia melakukannya tanpa rasa sakit. Ia sembuh seketika tanpa kardiogram!
Pengusiran Setan
Derek Prince menceritakan bagaimana karunia pengusiran setan telah membawa pertambahan jumlah pengunjung gerejanya. Dia yang adalah seorang Injili dari kalangan Baptis,diberi mandat untuk melakukan pelayanan exorcisme. Ketika itu, salah seorang kerabat temannya mengalami kerasukan yang membanting-banting tubuh sang korban. Karena satu-satunya pendeta yang hadir di situ, ia merasa terpanggil untuk melakukan pengusiran setan. Akhirnya pelayanan exorcisme berjalan dengan sangat sukses. Dari pengalaman pertama ini, Tuhan kemudian membawanya ke dalam berbagai pengalaman pelayanan exorcisme dan occultisme yang lebih dahsyat. Dengan itu juga ia mengajarkan bahwa pengusiran setan tidak memiliki pola tertentu dan sama sekali tidak membutuhkan pengetahuan, kecuali iman dan nama Yesus yang penuh kuasa. Pelayanan ini akan menghasilkan jiwa-jiwa yang lebih sungguh-sungguh mengasihi Yesus.
Karunia Bernubuat
Bickle dan Sullivant justru merangsang pembacanya untuk mengembangkan karunia bernubuat. Mereka menjelaskan pertumbuhan jemaat muda dewasa yang spektakuler di gereja mereka disebabkan karena gereja mereka diperlengkapi Tuhan dengan karunia kenabian. Ibadah mereka juga dirancang dengan desain yang serupa dengan ibadah yang dianjurkan rasul Paulus untuk jemaat Korintus (I Korintus 14). Kegembiraan ibadah dimulai diawal yang akan memudarberangsur-angsur dengan digantikan lagu-lagupenyembahan dan berakhir pada pekerjaan Roh Kudus dalam nubuatan sebelum Firman Tuhan. Kesenyapan dan puncak seluruh ibadah mereka adalah Firman Tuhan. Dalam hal ini justru mereka menunggu Tuhan berbicara secara pribadi kepada mereka melalui nubuat sebelum Firman yang diteguhkan dengan Firman Tuhan yang menjadi acara puncak.
Kuasa Doa dan Minyak Urapan
Tentang hal ini, penulis mempunyai kesaksian, salah satu diantaranya terjadi pada Tahun 2004 ketika kami baru saja kembali ke rumah kami usai tragedi kemanusiaan Ambon. Suatu sore, saya dan isteri serta kakak ipar kami yang juga adalah gembala sidang kami sedang duduk di depan rumah kami, seorang pemuda teman saya melintas di depan kami. Kami saling menyapa, diapun menceritakan keadaan penyakit kusta basah yang ia derita yang membuat ia sangat tertekan, ia telah melakukan berbagai upaya penyembuhan baik secara medis, tradisional, juga sudah didoakan oleh Pendeta dan Majelis Jemaat tempat ia bergereja, namun tidak pernah membuahkan hasil yang diharapkan. Kamipun sepakat untuk mendoakan dia, disediakan minyak kelapa dalam botol kecil (Lih. Yak. 5:14-16). Usai didoakan, iapun diolesi dengan minyak yang telah kami doakan tersebut. Apa yang terjadi kemudian, pagi harinya setelah bangun tidur, terdengar suara teriakannya yang nyaring sambil memuji Tuhan, ia berlari ke rumah kami yang kebetulan hanya berjarak 15 meter dan menunjukkan dirinya yang telah sembuh dari kusta basah yang ia derita. Hal ini telah membuat heboh lingkungan di sekitar kami, ibadah pos pelayanan yang kami lakukan di rumah kami, dihadiri oleh banyak warga yang kemudian memberi diri masuk dalam persekutuan bersama kami.
Masih terdapat banyak lagi kesaksian yang meyakinkan bahwa hal-hal yang terkait dengan Spiritualitas Pentakosta itu sendiri memang merupakan suatu hal yang sangat berdampak dalam mempengaruhi pertumbuhan gereja local, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
V. PENUTUP
Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja, senantiasa mendambakan Gereja Tuhan dapat terus bertumbuh dan berkembang. Matius 28:18-20, berkata seperti demikian : Yesus mendekati mereka dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman. Pernyataan kebenaran firman Allah ini, menjadi jelas sekali bahwa Yesus sangat menghendaki agar gereja/jemaat bertumbuh. Alasannya sangat jelas, ”Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Ptr. 3:9).
Gereja yang adalah Tubuh Kristus tidak boleh mengalami stagnasi, apalagi penurunan pertumbuhan. Gereja yang sehat dan hidup dicirikan dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan baik secara kualitas maupun kuantitasnya, sebagaimana Roh Allah itu tidak pernah sakit atau bahkan mati, gereja juga tidak boleh sakit, apalagi mati.
Tidak dapat disangkal bahwa spiritualitas Pentakosta yang menekankan Baptisan Roh Kudus dengan Karunia-Karunia Roh Kudus merupakan faktor yang sangat efektif dalam memberikan dampak bagi pertumbuhan gereja-gereja local. Dengan demikian setiap pemimpin gereja yang mengharapkan terjadinya pertumbuhan dalam gerejanya, perlu tetap mempertahankan atau senantiasa mau menghidupkan Spiritualitas Pentakosta dalam setiap pelayanan yang dilakukan di jemaatnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
- Bickle, M. dan Sullivant, M (2000). Growing In The Prophetic (Mengembangkan Pelayanan Profetik). Dit. Sarah IswantiTioso. Batam: Dospel Press.
- Dr. Steven H. Talumewo, M.Th. (2008). Sejarah Gerakan Pentakosta. ANDI – Yogyakarta.
- Fredy Simanjuntak (2019). Kontroversi Kegerakan Pentakosta Yang Ke Tiga (Third Pentacost Movement Controversy). Artikel.
- Henry C. Thiessen (2015). Teologi Sistematika. BPK Gunung Mulia
- Johny Sumarauw dan Made Astika. Analisis Pendayagunaan Karunia-Karunia Roh Terhadap Pertumbuhan Jemaat Gereja Pantekosta di Indonesia El Shaddai Makassar. Jurnal JAFFRAY, Vol. 13, No. 1, April 2015.
- Junifrius Gultom (2015). Teologi Misi Pentakosta – Isu-Isu Terpilih. BPK Gunung Mulia Lembaga Alkitab Indonesia (2002).
- Alkitab, Cetakan Kesepuluh. Penerbit Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta
- Marthina Novalina (2020). Spiritualitas Orang Kristen Dalam Menghadirkan Kerajaan Allah di Tengah Tantangan Radikalisme. Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia. Vol. 1 No. 1 : 26 – 37.
- Pdt. Dr. Gunaryo Sudarmanto. Mitos Misi Pertumbuhan Gereja Masa Kini, Artikel. Pew Research Center (2011). Global Christianity – A Report on the Size and Distribution of the World’s Christian Population. https://www.pewforum.org/2011/12/19/global-christianity-exec/ (diakses 22 Desember 2021).
- Prince, D. (1998). Mereka Akan Mengusir Setan-setan (markus 16:17) Hal-Hal Yang Perlu ANda Ketahui Tentang Setan – Musuh Yang Tidak Kasat Mata. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil “Immanuel”.
- Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.
- Schwarz, CA dan Schalk, C. Pertumbuhan Gereja Alamiah. Pedoman Penerapan Praktis. Dit. Tan Mellisa dan Natalia W Sugiarto. TT: Metanoi, 2002:86
- Wagner CP (2000). Berdoa Dengan Penuh Kuasa, Seri Prajurit Doa. Jakarta Nafiri Gabriel.
- Wagner, CP. (2005). Pertumbuhan Gereja dan Peranan Roh Kudus.. Malang: Penerbit Gandum Mas.
- Yohanes Liu. Karunia-Karunia Roh Kudus sebagai Faktor Pendorong (Promoting Factor) Pertumbuhan Gereja. Artikel