Sabtu, 25 Februari 2023

Teologi Proper Materi 1 (Allah Ada)

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh

(Mahasiswa Magister Teologi Sekolah Tinggi Teologi Rumah Murid Kristus - Bitung) 

Teologi proper adalah studi tentang Allah dan sifat-sifat-Nya. Teologi proper memberi kita pemahaman tentang siapa Allah dan apa yang Dia lakukan. Memang sungguh mustahil bagi kita untuk memahami Allah secara sempurna, dengan pengetahuan kita. Namun demikian kita dapat mendiskripsikan Allah berdasarkan Alkitab. Alkitab menjelaskan kepada kita hal-hal yang penting dalam menjawab berbagai pertanyaan, apakah Allah ada, bagaimana sifat-sifat Allah, siapa nama Allah, serta bagaimana memahami hakikat Allah Tritunggal.Dalam tulisan pertama ini, penulis membahas tentang Keberadaan Allah untuk menjawab suatu isu penting tentang Apakah Allah ada ? serta bagaimana sifat-sifat Allah ?. 

 ALLAH ADA 

Apakah Allah benar-benar ada? Pertanyaan ini, menjadi suatu pertanyaan yang sangat menggelitik, suatu pertanyaan yang sesungguhnya dapat dijawab dengan mudah, namun seringkali menjadi pertanyaan yang selalu berulang dari masa ke masa, mengingat didapati adanya manusia sebagai ciptaan Allah yang tidak mempercayai bahwa Allah benar-benar ada. Raja Daud mengatakan bahwa hanya orang bodoh yang berkata di dalam hatinya, “tidak ada Allah” (Mzm. 14:1). Golongan yang menyangkal keberadaan Allah disebut sebagai Atheis. Atheis sebenarnya terbagi atas dua, yaitu atheis teoritis dan atheis praktis. Atheis teoritis menyangkal keberadaan Allah dengan menggunakan argumentasi-argumentasi rasional. Sedangkan atheis praktis, menyangkal keberadaan Allah di dalam praktek hidup mereka. Umumnya mereka hidup seolah-olah tidak ada Allah. (band. Maz. 10:4; 14:1; Ef. 2:12). 

Sebagai tameng terhadap serangan dari pihak atheis ini, maka ada pihak yang mau membuktikan keberadaan dengan menggunakan argumentasi-argumentasi rasional, diantaranya : 

a.      Argumentasi Kosmologis (sebab akibat) ; 

Dunia ini tidak terjadi dengan sendirinya. Segala sesuatu dalam dunia ini terjadi karena ada penyebabnya. Tuhan diyakini sebagai sebab yang pertama. Kelemahan argumentasi ini adalah bahwa bila segala sesuatu ada sebabnya, maka tentunya Tuhan juga ada sebabnya. 

b.    Argumentasi Teologis ; 

Di dalam alam semesta terdapat suatu keteraturan. Planet tidak bertabrakan, dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa pasti ada sesuatu yang mengatur keberadaannya, Tuhan diyakini sebagai pengatur alam semesta ini. Kelemahan argumentasi ini adalah : Masih belum dapat dibuktikan bahwa Tuhanlah yang mengaturnya. Bagaimana terhadap kejahatan yang terjadi dalam dunia ini, yang menimbulkan kekacauan ? 

c.    Argumentasi Ontologis ; 

Di dalam diri setiap orang terdapat kesadaran tentang Allah, karena itu Allah pasti ada. Kelemahan argumentasi ini adalah : Apa yang dipikirkan manusia belum tentu ada. Contoh : tokoh Supermen atau Robinhood sang pahlawan yang menjadi dambaan banyak orang, sebenarnya tidak pernah ada walaupun banyak orang memikirkan tentang keberadaannya. 

d.    Argumentasi Moral (Anthropological); 

Di dalam diri setiap orang terdapat kesadaran moral (tahu membedakan antara yang baik dan yang jahat. Darimana datangnya kesadaran itu? Tentu dari Tuhan. Kelemahan argumentasi ini adalah : anggapan tentang norma-norma yang baik dan jahat tidak selalu sama untuk setiap masyarakat/bangsa. 

e.     Argumentasi Congruity (Persamaan); 

Jikalau kita memiliki anak kunci yang cocok dengan kuncinya, kita memiliki kunci yang benar. Jika Allah ada, segala sesuatu yang berhubungan dengan penciptaan, agama, alam dan sejarah manusia telah terjawab. Orang atheis meninggalkan semua hal ini tanpa keterangan. 

f.    Berdasarkan Alkitab ; 

Alkitab menyatakan dengan sangat jelas bahwa Allah ada. Dalam Kejadian 1 : 1 berkata : “Pada mulanya Allah …..”. selanjutnya dalam Roma 1 : 19-20 : “Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” Dan masih banyak ayat-ayat firman Tuhan dalam Alkitab yang menyatakan keberadaan Allah, diantaranya Kel. 3:14; Kel. 20:2; Yes. 51:12; Ul. 32:39; Yes. 6:1-8; Yer. 1:4-10; Kis. 26:12-18, Ibr. 11:6 dll. Sesungguhnya Allah tidak memerlukan penjelasan mengenai keberadaanNya. Allah tidak perlu membuktikan kebenaran Alkitab ataupun mau berdebat dengan manusia tentang keberadaan-Nya. IA MENSAHKANNYA…. !!! 

g.    Berdasarkan Pengalaman Pribadi ; 

Setiap orang orang Kristen memiliki kesaksian pribadi tentang pengalamannya dengan Allah. Ini sebenarnya sudah cukup membuktikan bahwa Allah ada dan hidup. Pengalaman-pengalaman tersebut diantaranya adalah : Allah menjawab doa-doa. Kenyataan bahwa manusia berdoa dan doa-doanya terjawab, membuktikan bahwa Allah ada. Allah menyelamatkan jiwa orang berdosa. Banyak kesaksian orang yang diubahkan oleh kuasa Tuhan, orang bertobat dan lahir baru. Allah menyembuhkan orang sakit. Setiap kali terjadi mujizat, membuktikan bahwa Allah ada dan berkuasa. Manusia suka bersekutu dengan Allah. Orang mengalami kehadiran Allah dalam peribadatan, jiwanya disegarkan melalui lawatan Roh Kudus. 

SIFAT-SIFAT ALLAH 

Memahami sifat-sifat Allah merupakan sesuatu hal yang sangat penting, karena hal itu akan dapat mempengaruhi pandangan / sikap hidup kita terhadap Allah. Contoh : Bangsa Israel tidak mau bergerak maju ke Kanaan karena mereka rupanya memiliki suatu pandangan yang keliru tentang Allah (Ul. 1:26-27). Dengan mengetahui sifat-sifat Allah, akan menuntun kita sehingga kita mau memuliakan dan memuji Dia. 

Sifat-sifat Allah dapat digolongkan dalam tiga kategori, yakni sifat-sifat non moral, sifat moral, dan sifat dalam kebesaran-Nya/ Keberadaan-Nya. 

a.    Sifat Non Moral 

Sifat-sifat non moral adalah sifat-sifat yang tidak melibatkan hal-hal moral. Sifat-sifat tersebut, yakni Mahahadir, Mahatahu, Mahakuasa dan Tidak Berubah. Ketiga sifat Allah yang pertama merupakan kata majemuk yang dalam bahasa Latin disebut Omni yang berarti “segala-galanya”. 

1).    Allah adalah Mahahadir (Omnipresent). 

Omnipresent berarti bahwa Allah ada dimana-mana pada saat yang bersamaan. Allah hadir dalam seluruh alam semesta yang Dia ciptakan, namun Allah tidak pernah bisa dibatasi oleh alam semesta yang Dia ciptakan itu. Ia melebihi segala ruang, dan tidak terbatas dalam ruang manapun juga. (Mazmur 139:7-12, Yer. 23:24, Yes. 66:1, Kis. 7:48-49, |Kis. 17:24-28, Roma 10:6-8, dll.). 

2).    Allah adalah Mahatahu (Omniscient)

Omniscient artinya Allah sempurna dalam pengetahuan; Allah mengetahui segala sesuatu; pengetahuan Allah tidak pernah terbatas; Allah mengenal diri-Nya sendiri serta segala ciptaan-Nya secara sempurna sejak kekekalan. Mazmur 139:2, Amsal 15:3, Ayub 11:7-8, Yes. 40:26-27, Yes. 46:9-10, Mat. 10:29-30, Kis. 15:18, I Yoh. 3:20. 

Lingkup pengetahuan Allah tak terhingga. 
  1. Allah mengenal diri-Nya sendiri secara sempurna. Tidak ada mahkluk ciptaan yang mengenal dirinya sendiri secara menyeluruh dan sempurna seperti itu. 
  2. Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus saling mengenal secara sempurna. Yesus mengatakan, “………….. tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat. 11:27). Paulus menulis, “………… tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” (I Kor. 2:11; dan lihat juga Roma 8:27). 
  3. Allah mengetahui hal-hal yang benar-benar ada. (Maz. 147:4, Mat. 10:29, Maz. 33:11-15, Ams. 5:21, Kel. 3:7, dll). Satu hal yang Allah tidak tahu, bahwa Allah tidak tahu Allah lain selain Dia sendiri. 
  4. Allah mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi. Contoh : Allah tahu sebelumnya bahwa Kehila akan melaporkan tempat tinggal Daud kepada Saul bila Daud tetap saja mendekam di kawasan tersebut (I Sam. 23:11-12). 
  5. Allah mengetahui masa depan. Allah telah mengetahui masa depan, sebelum hal itu terjadi. (Yes. 46:9-10, Daniel 2 dan 7; Mat. 24,25; Kis. 15:18). 

3).    Allah adalah Mahakuasa (Omnipotient). 

Omnipotient berarti Allah sempurna dalam kuasa; Kekuasaan Allah tidak terbatas; Allah sanggup melakukan segala sesuatu yang mau dilakukan-Nya. Namun kehendak Allah itu dibatasi oleh watak-Nya, sehingga Ia dapat melakukan segala sesuatu yang sesuai dengan kesempurnaan-Nya. Ada hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh Allah karena bertentangan dengan watak-Nya, misalnya : Allah tidak mungkin menyenangi kejahatan (Hab. 1:13), menyangkal diri-Nya (II Tim. 2:13), berdusta (Tit. 1:2; Ibr. 6:18). 

4).    Allah tidak berubah (Imutable). 

Allah tidak berubah artinya, hakikat, sifat-sifat, kesadaran dan kehendak Allah tidak berubah. Semua perubahan kepada keadaan yang lebih baik atau yang lebih buruk. Akan tetapi Allah tidak mungkin berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk, karena Allah sangat sempurna. 

Alkitab menyatakan bahwa di dalam Tuhan tidak ada perubahan atau pertukaran (Yak. 1:17), Watak-Nya tidak berubah (Maz. 102:27-28, Mal. 3:6, Ibrani 1:12), kuasa-Nya tidak berubah (Maz. 33:11, Yes. 46:10), janji-Nya tidak berubah (I Raja-Raja 8:56, II Kor. 1:20), Kasih dan kemurahan-Nya (Maz. 103:17) atau keadilan-Nya (Kej. 18:25, Yes. 28:17). 

Allah juga bersifat kekal. Kekekalan Allah berhubungan dekat dengan sifat Allah yang tidak berubah. (Kel. 3:14, Maz. 90:2, Hab. 1:12).

b.                  Sifat Moral

Sifat-sifat moral adalah sifat-sifat yang mengandung unsur moral dalam hakikat ilahi. Sifat-sifat tersebut, yakni Kudus, Benar dan Adil, Baik, Kasih, Murah Hati dan Setia.

1)                  Allah adalah Kudus

Kekudusan merupakan sifat Allah yang paling utama dari sifat-sifat Allah yang lain. Pada zaman Perjanjian Lama, Allah menghendaki diri-Nya dikenal sebagai Allah yang kudus. (Im. 11:44-45; Yos. 24:19; I Sam. 6:20; Mzm. 22:4; Yes. 40:25; Yeh. 39:7; Hab. 1:12). 

Meskipun dalam Perjanjian Baru, kekudusan Allah tidak disebutkan sesering dalam Perjanjian Lama, namun sifat ini juga dinyatakan (Yoh. 17:11; Ibr. 12:10; I Pet. 1:15-16; Why. 4:8)

Tiga hal penting yang harus kita pelajari dari Kekudusan Allah yaitu :

a)               Allah tidak dapat bersekutu dengan orang berdosa. Ada suatu jurang pemisah antara Allah yang kudus itu dengan manusia yang berdosa. (Yes. 59:1-2; Hab. 1:13). Itulah sebabnya ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka Allah mengusir manusia dari Taman Eden.

b)               Karena Allah adalah kudus, maka Ia menghendaki umat-Nya yang menghampiri-Nya juga kudus. Manusia yang telah berdosa dapat kembali kepada Allah melalui penebusan dan pendamaian dalam Darah Yesus. Apa yang dituntut oleh kekudusan Allah telah  disediakan oleh kasih Allah yang menyelamatkan. (Roma 5:6-8; Ef. 2:1-9; I Pet. 3:18).

c)             Kita harus menghampiri Allah “dengan hormat dan takut”. (Ibr. 12:28). 

2)              Allah Benar dan Adil

Kebenaran dan keadilan Allah merupakan unsur kekudusan Allah yang Nampak di dalam cara Allah menghadapi manusia ciptaan-Nya. (II Taw. 12:6; Ezr. 9:15; Neh. 9:33; Yes. 45:21; Dan. 9:14; Yoh. 17:25; II Tim. 4:8; Why. 16:5). Hukum Taurat, khususnya Dasa Titah, mengungkapkan kehendak dan keadilan Allah. Hukum itu menuntut ketaatan dan menghukum pelanggaran. Dalam keadilan-Nya, Allah tidak terpisah dengan pengadilan-Nya dan memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. 

3)              Allah itu Baik.

Kebaikan Allah mencakup semua sifat Allah yang sesuai dengan gambaran kita tentang seseorang yang sempurna. Kebaikan Allah meliputi sifat-sifat seperti kekudusan-Nya, keadilan-Nya, kebenaran-Nya, kasih-Nya, kemurahan-Nya, belas kasihan-Nya dan anugerah-Nya.

Kebaikan Allah berkaitan dengan keempat sifat yang disebutkan paling akhir.

a)              Kasih Allah. Kasih Allah merupakan kesempurnaan dari tabiat Allah yang selalu mendorong Allah untuk menyatakan diri-Nya. Alkitab banyak kali memberi kesaksian bahwa Allah itu kasih. (II Kor. 13:11; I Yoh. 4:8, 16; Yoh. 3:16; Ef. 2:4).

b)               Kemurahan Allah. Kemurahan Allah dinyatakan dalam perhatian-Nya terhadap kesejahteraan mahkluk-mahkluk ciptaan-Nya serta senantiasa menyediakan apa yang diperlukan oleh mereka sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing (Ay. 39:3; Mzm. 104:21; 145:15; Mat. 6:26). Kemurahan Allah berlaku atas semua orang, baik orang yang percaya maupun orang yang tidak percaya. (Mat. 5:45; band. Kis. 14:17).

c)                Belas kasihan Allah. Belas kasihan Allah merupakan kebaikan-Nya yang dinyatakan kepada orang-orang yang berada di dalam penderitaan atau kesukaran. Allah disebut sebagai “kaya dengan rahmat” (Ef. 2:4), “Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan” (Yak. 5:11), dan memiliki rahmat yang besar (I Pet. 1:3).

d)               Anugerah Allah. Anugerah atau kasih karunia Allah merupakan kebaikan Allah yang ditunjukkan kepada orang-orang yang sebenarnya tidak layak menerima kebaikan itu. (Ef. 1:6; Ef. 2:7: I Pet. 5:12).

 c.                Sifat Dalam Kebesaran-Nya / Keberadaan-Nya.

Sifat Allah dalam kebesaran-Nya / Keberadaan-Nya, yakni Allah sebagai Roh, Allah sebagai Pribadi, Ia adalah Allah yang hidup dan Allah Itu Esa.

1)                  Allah Sebagai Roh

Allah bukanlah sesuatu yang bersifat fisik. Yesus sendiri bersabda bahwa, “Allah adalah Roh” (Yoh. 4:24). Roh itu nyata tetapi tidak memiliki tubuh fisik seperti kita. Gambaran-gambaran dalam Alkitab bahwa Allah seperti mempunyai tangan, mata, dan sebagainya adalah merupakan bentuk theophani (penampakan diri Allah yang bersifat sementara, band. Luk. 24:39).

Karena Allah adalah roh, maka Ia tidak terikat pada tempat (Yoh. 4:21, Kis. 17:24). Salah satu sifat Allah yang tak terbatas, hanya memungkinkan jika Ia adalah  Roh adanya. Karena Allah adalah roh, maka Ia harus disembah dalam roh, yang tidak dibatasi oleh tempat, bentuk atau batasan-batasan yang lain, dan dalam kebenaran sebagaimana dibedakan dari pengertian-pengertian yang palsu dan pengajaran-pengajaran yang salah. Doktrin Alkitab tentang Allah sebagai roh sekaligus merupakan bantahan terhadap praktek-praktek pemujaan berhala / alam (sebagai roh, maka Allah tidak dapat digambarkan dengan objek-objek yang dapat dilihat secara fisik).

2)              Allah Sebagai Pribadi

Allah tidak kelihatan, tetapi Dia bukanlah uap atau kekuatan yang tidak berpribadi. Allah adalah Roh yang berpribadi. Sebagai pribadi, maka Allah mempunyai perasaan, kehendak, kesadaran, dapat memilih ataupun berhubungan dengan pribadi yang lain (manusia).

Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa Allah adalah suatu pribadi, yakni Allah mempunyai nama (Yahweh, Elohim, dll), sebagai pribadi Allah berpikir, merasakan dan melaksanakan aktifitas-Nya sendiri. Pemazmur mengemukakan, “…… Dia melakukan apa yang dikehendaki-Nya:. (Maz. 115:3). Dia merasa senang, susah, dan marah ketika melihat umat-Nya. Pemazmur berkata : “Allah adalah Hakim yang adil dan murka setiap saat”. (Maz. 7:21). Kisah dalam penciptaan manusia bersaksi tentang kepribadian Allah. Allah menciptakan dalam citra-Nya sendiri. Allah tanpa kepribadian tidak akan mampu menciptakan manusia.

3)    Allah Yang Hidup.

Hidup adalah keberadaan Allah sendiri. Hidup Allah tidaklah berasal dari luar diri-Nya, melainkan dari dalam diri-Nya sendiri. Yesus berbicara tentang Allah Bapa yang mempunyai hidup dalam diri-Nya (Yohanes 5:26). Sebelum segala sesuatu ada, Allah telah ada, Allah telah hidup. Bahkan semua yang telah ada di dalam dunia ini menjadi memungkinkan untuk hidup karena berasal dari Allah yang hidup. Rasul Paulus menjelaskan, “…….. yang memberikan hidup kepada segala sesuatu ….”. (I Tim. 6:13). Tidak ada makhluk yang hidup dari dirinya sendiri, seluruh kehidupan adalah karena karunia Allah.

Kehidupan fisik diteruskan dari Adam kepada kita. Namun Adam yang terakhir, yaitu Yesus Kristus, adalah “……. Roh yang menghidupkan….. Dia yang berasal dari Sorga:. (I Kor. 15:45, 48). Saat kedatangan-Nya yang pertama kali ke dalam dunia, Kristus mati untuk kita dan kemudian dibangkitkan dari kematian. Kebangkitan itulah yang membuktikan bahwa Ia hidup, dan kehidupan-Nya adalah Kekal untuk selama-lamanya. Itulah sebabnya, kita yang berada di dalam Yesus Kristus diberikan kehidupan yang kekal itu. “…….. telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa:. (2 Tim. 1:10).

4)                  Allah Itu Esa.

Keesaan Allah adalah suatu kebenaran yang mutlak, yang tidak perlu lagi dibantah. Dari awal hingga sampai akhirnya. Alkitab mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah. “Dengarlah, hai orang Israel : Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa !”. (Ul. 67:4). “Akulah Tuhan, allahmu, …… jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”. (Kel. 20:2, 3). “Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak aka nada lagi.” (Yes. 43:10).

Perjanjian Baru juga menegaskan hal yang sama. “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (Yak. 2:19). “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”. (I Tim. 2:5).

Penutup

Dari penjelasan sebagaimana diuraikan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa Roma 11:33 barangkali merupakan ayat ringkasan yang baik untuk menjelaskan teologi proper : "Oh, alangkah dalamnya kekayaan dan kebijaksanaan dan pengetahuan Allah! Betapa tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan tidak terduga jalan-jalan-Nya!


DAFTAR PUSTAKA

  1. Daniel Sampeliling (1995). Doktrin Tentang Allah. Diktat Sekolah Pekerja Kristus. Pengurus Daerah Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia. Ambon.
  2. Departemen Teologi Gereja Bethel Indonesia. (2011). Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia : Cetakan Kelima. Penerbit Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia. Jakarta.
  3. French L. Arrington. (2015). Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. ANDI.
  4. Henry C. Tiessen. (2020). Teologi Sistematika: Vol. Kesepuluh (Vernon D. Doerksen, Ed.). Penerbit Gandum Mas.
  5. Hizkia Elfran Mawey, SE, M.Th. (2019). Pribadi Allah. Materi Kuliah STT RMK. Bitung.