Rabu, 05 Desember 2012

Gunung Api Karangetang di Siau

Koleksi Gambar : Fredrik Dandel, ST.

Gunung Api Karangetang nampak juga Pelabuhan Pehe Siau.

Gunung Api Karangetang nampak dari Tepi Jalan Salili Siau.
Jalan Masuk ke Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang di  Kampung Salili.



Kantor Desa Salili berada tepat di depan Pos Pengamatan G.A. Karangetang.

Jumat, 23 November 2012

Pantai Bahu Kampung Talawid Kec. Siau Barat Selatan

Koleksi Foto : Fredrik Dandel, ST.


Beberapa meter ke arah barat adalah Pantai (Apeng Dasi).

Ingin menikmati Kelapa Muda, hubungi Pemiliknya (Bpk. Benjamin Kanarang, SH).
Beberapa meter ke arah Timur akan dijumpai Pantai Enemawira
Hamparan Pasir Putih yang menawan untuk dikunjungi.

Kamis, 22 November 2012

Pantai Enemawira Kampung Talawid Kec. Siau Barat Selatan.


Koleksi Foto : Fredrik Dandel, ST.

Beberapa meter ke arah Barat adalah Pantai Bahu.

Nikmati kelapa muda atau ikan bakar deng dabu-dabu.

Batu ini yang menjadi icon Pantai Enemawira.

Kelihatan dari Jauh Pulau Tagulandang.

Ke Timur adalah Dusun Medang, Kampung Kapeta.


Jumat, 26 Oktober 2012

PASAR TRADISIONAL KAMPUNG TALAWID Dimana Riwayat-mu Kini ?

Lokasi Eks Pasar Tradisional Kamp. Talawid, Kec. Sibarsel
Oleh : Fredrik Dandel, ST.

Teringat di masa kecil, tatkala pikiran telah mulai dapat membedakan peristiwa. Kampung Talawid, Kec. Siau Barat Selatan, Kab. Kepl. Siau Tagulandang Biaro di masa itu telah memiliki sebuah Pasar Tradisional. Alhasil diakhir Dekade 70-an dan memasuki awal Dekade 80-an pasar tersebut telah menyita perhatian para saudagar baik keturunan negeri tirai bambu sampai Uti-Uti yang bermukim di Kota Ulu berdatangan untuk mengadu untung.

Pasar yang biasanya dibuka 2 (dua) kali dalam seminggu, yakni pada hari Rabu dan Sabtu tersebut sangat terasa keramaian-nya, lebih-lebih di hari Sabtu. Beraktifitas antara pukul 04.30 s/d 08.00 WITA segala macam kebutuhan mulai dari rempah-rempah untuk dapur, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, kukis bermacam jenis sampai kepada kain, pakaian jadi serta bahan-bahan bangunan dapat kita temui di pasar ini.

Bangunan lama dari pasar tradisional ini terbuat dari kayu dengan atap senk, dibangun membentuk leter L memanjang kearah Barat searah rumah Kel. Takalamingan Mangerongkonda dan Kel. Umbaseng (rumah Tuta Hang dan keluarga) adalah bangunan los yang disisi kiri dan kanannya diletakan peti-peti tempat jualan berisi sekira 4 m3 yang sekaligus sebagai tempat menyimpan barang-barang jualan tatkala pasar ditutup. Sedangkan searah dengan pantai (ke selatan) dibangun toko-toko kecil berukuran sekitar 3 x 3 meter yang kalau tidak salah ingat semuanya berjumlah 6 buah toko, 2 buah toko membelakangi rumah Kel. Bogar (rumah Para Biki dan keluarga), 2 buah toko membelakangi Kel. Panese (rumah Para Asa dan keluarga yang sekarang menjadi rumah kediaman Bu Depris dan Makang Lis) dan sisanya 2 buah toko berada di sisi kanan, berhadapan dengan 2 toko yang membelakangi rumah Kel. Panese berjarak kurang lebih 3 meter selanya. Akses jalan menuju ke pasar lama ini memakai pekarangan sebelah kanan rumah Kel. Panese Sambalao berbatasan dengan rumah Kel. Wowor Eha. Urusan keamanan pasar serta barang-barang dagangan jangan disangsikan. Tuta Hang dengan tongkat kebanggaannya akan selalu siap 1 x 24 jam menggagalkan setiap tangan yang mencoba menjahilinya.

Karena keramaiannya, pertengahan Dekade 80-an pasar tersebut direnovasi oleh Pemerintah (mungkin dana PEMDA Kab. Sangihe Talaud) dari bangunan bertiang kayu menjadi bertiang beton dan bearatap senk. Dibangun memanjang ke arah Selatan tepatnya ke arah pantai, dengan beberapa toko disisi kiri bangunan. Seiring dengan perbaikan bangunan, akses jalan ke pasar turut pula dirubah seperti sekarang ini. Sedangkan Tuta Hang lelaki tua yang memiliki banyak peran penting di Kampung Talawid ini tetap setia dalam tanggungjawab mulia yang diemban kepadanya.

Entah kapan pasar ini berakhir atau menjadi sepi, seingat saya diawal Tahun 1991 waktu mana saya meninggalkan kampung ini ke negeri rantau, pasar ini masihlah beraktifitas seperti sediakala. Entah kapan pula bangunan pasar yang menjadi aset daerah dan kebanggaan kampung-kampung di selatan Pulau Siau ini dibongkar dan dialih fungsi menjadi bangunan rumah dinas camat, dokter dan babinsa. Walahualam ............. semuanya telah berubah ........ sebagai anak negeri, kita hanya dapat berharap, pemerintah Kec. Siau Barat Selatan dapat memperjuangkan terutama di tingkat Kabupaten sehingga di Kecamatan ini dapat kembali dibangun sebuah pasar yang representatif ............... dan Tuta Hang – Tuta Hang muda dapat kembali bertugas ......... semoga !!!.

Rabu, 24 Oktober 2012

Taman Makam Pahlawan (TMP) Kairagi Manado

 Koleksi Foto : Fredrik Dandel, ST.
Taman Makam Pahlawan Prop. Sulawesi Utara Kairagi Manado.

Patung Para Pahlawan dari Prov. Sulut di TMP Kairagi Manado.

Gerbang Masuk ke Makam Pahlawan di TMP Kairagi Manado.
   
Monumen TMP Kairagi Manado, Latar Belakang Makam Pahlawan.
  
Nama-nama Pahlawan yang dimakamkan di TMP Kairagi Manado.
 
Tata Tertib yang harus ditaati oleh Peziarah di TMP Kairagi Manado.


Kamis, 11 Oktober 2012

Makam Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis di Maumbi - Manado.

Koleksi Foto : Fredrik Dandel, ST.


Lokasi Makam Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis di Maumbi - Manado.

Dendrogium Madame Maria Walanda.

Makam Maria Walanda dan J.R.C. Walanda.
Posisi Makam berada di Belakang Monumen.


Pintu Masuk Lokasi Makam, Latar Belakang Gereja GMIM Imanuel Maumbi.
Relief Maria W. Maramis Lahir di Kema (Sekarang Minahasa Utara).

Relief Maria W. Maramis (Bersekolah atau Mengajar ?) di Airmadidi.
Relief Maria Maramis melalui PIKAT mendirikan Sekolah di Manado.
Relief Maria Maramis dan Beberapa Orang Lain Mendirikan PIKAT di Maumbi.


Keterangan tentang Pahlawan Maria Walanda Maramis Klik di sini http://id.wikipedia.org/wiki/Maria_Walanda_Maramis.

Selasa, 18 September 2012

Kota Bitung - Icon Kota Bhineka Tunggal Ika di Indonesia.

Oleh : Fredrik Dandel, ST.


Kota Bitung, Prov. Sulawesi Utara yang sering juga disebut sebagai Kota Bahari, ternyata bukan hanya terkenal dengan hasil kekayaan laut yang melimpah. Kehidupan umat yang beraneka ragam budaya, bahasa dan suku bangsa menjadikan kota Bitung layak dijadikan sebagai icon Kota Bhineka Tunggal Ika di Indonesia.  
Patung Ikan di Kota Bitung.

Memang tidaklah berlebihan jika gelar tersebut disandang pada kota dengan segudang prestasi ini.  Keterdapatan bangunan tempat ibadah dari berbagai aliran kepercayaan, antara lain : Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu dan lain-lainnya, menjadi salah satu bukti yang menguatkan argumen tersebut.

Keanekaragaman kepercayaan di Kota Bitung, tidak menjadi alasan bagi kelompok masyarakat untuk saling bermusuhan. Suasana yang aman, rukun dan damai dapat kita temui disetiap titik pemukiman masyarakat. Kondisi seperti begini tentunya tidak terlepas dari kesadaran atau rasa toleransi yang tinggi dari masyarakat serta kebijakan para pemimpin kota ini.

Berikut saya sajikan bangunan tempat ibadah dari berbagai kepercayaan yang ada di Kota Bitung. Seluruh hasil foto tersebut merupakan koleksi pribadi penulis. Kiranya dapat dijadikan sebagai contoh toleransi kehidupan antar umat beragama di daerah lain .............. !!!

1. Mesjid.
Mesjid Girian Weru di Girian, Kota Bitung.
  2. Gereja Protestan.
GMIM Sentrum Kota Bitung.
GMIM Tasik Wangurer Barat.
  3. Gereja Katolik.
Gereja Katolik Santa Familia Sagerat.
 4. Klenteng.
Klenteng Seng Bo Kiong.
5. Pura.
Pura Agung Utara Segara.
 6. Tempat Ibadah Agama Konghucu.
Tempat Ibadah Agama Konghucu Bitung.

Rabu, 12 September 2012

Menara Eiffel di Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara.

Oleh : Fredrik Dandel, ST.


Menara Eiffel dengan Latar Belakang Gereja Centrum.
Merupakan replika dari Menara Eiffel yang ada di Kota Paris – Prancis. Sebutan lain dari menara ini adalah Menara BRI, sebuah Bank (BRI) terletak dipersimpangan di sebelah Selatan Menara. Disebut juga sebagai Menara Kota Bitung, tulisan BITUNG berada tepat di persimpangan sebelah Selatan, di depan Bank BRI.

Didirikan sejak akhir Tahun 1980-an berdasarkan ide dari salah seorang Walikota Bitung yang dimasa mudanya sempat mengenyam pendidikan di Paris - Prancis, menara dengan ketinggian kurang lebih 30 meter ini berdiri kokoh di tengah kota Bitung tepatnya di Jalan Sam Ratulangi – Bitung. 
Di ujung menara dipasang jangkar kapal yang menggambarkan Bitung sebagai Kota Pelabuhan dan Kota Bahari. 

Suasana di Pusat Kota Bitung.
Beberapa Bangunan penting yang mengitari sekeliling Menara ini adalah : Rumah Sakit Angkatan Laut dan Gereja GMIM Centrum Kota Bitung di Sebelah Utara,  sedangkan disebelah Selatan adalah Bank BRI Cabang Bitung. Menara ini  juga berada tidak jauh dari Kantor Walikota Bitung serta Pasar di Pusat Kota Bitung.

Cara Mencapai Lokasi :
 
Dari Kota Manado : 
Dari Bandara Sam Ratulangi Manado, anda dapat menumpang taxi langsung menuju ke Kota Bitung, dipastikan sopir taxi yang ada disana mengetahui tentang keberadaan menara ini. 
Jika anda menumpang angkutan umum, anda harus melalui terminal Paal 2 di Manado, naik Bus jurusan Bitung dengan tarif Rp. 7.500,- anda akan diantar sampai ke Terminal Tangkoko - Bitung, selanjutnya dari Terminal Tangkoko anda dapat menumpang angkot ke pusat kota Bitung dengan tarif Rp. 2.500,-. Beritahukan kepada sopir bahwa anda akan turun di Menara BRI atau dekat Rumah Sakit Angkatan Laut. 

Dari Pelabuhan Bitung : 
Alat Transportasi di Kota Bitung.
Anda dapat menumpang ojek dengan membayar tarif Rp. 5.000,-. Atau naik angkot dengan tarif Rp. 2.500,-. Jarak dari Pelabuhan Bitung ke menara ini kurang lebih 300 meter. 
Atau jika anda mau bersabar ........... anda dapat menumpang Bendi (alat trasportasi yang ditarik dengan Kuda) transportasi yang satu ini hanya dapat ditemui di negeri Nyiur Melambai .................. pasti menyenangkan ................. !!!
 

Menara, Patung dan Monumen di Kota Bitung, Prov. Sulawesi Utara

Koleksi Foto : Fredrik Dandel, ST.
 
1. Menara Eiffel.
Menara Eiffel dengan Latar Belakang Gereja Centrum.
Patung Ikan.

3. Monumen Dr. J.P. Risal.
Monumen Dr. J.P. Risal.


4. Patung Dotu/Opo Xaverius Dotulong.

Patung Dotu/Opo Xaverius Dotulong.

 5. Tugu KB Mandiri.
 
Tugu Keluarga Berencana Mandiri.

6. Monumen Pahlawan Samudera.
 
Monumen Pahlawan Samudera.
7. Monumen J. Runtukahu & J. Pusung di Girian.

U Seke Ne Tuama Waranei Um Banua R. Runtukahu dan J. Pusung.

8. Patung Ikan di Kantor Walikota Bitung.

Patung Ikan Hiu dan Ikan Tuna, Lokasi Kantor Walikota Bitung.

Rabu, 29 Agustus 2012

BATU DERENDUNG (Potensi Wisata Kampung Mahuneni, Kec. Siau Barat Selatan, Kab. Sitaro, Prov. Sulut)


Oleh : Fredrik Dandel, ST.
Batu Derendung, nampak dari arah Singkaha.
Kampung Mahuneni Kec. Siau Barat Selatan, Kab. Kepl. Siau Tagulandang Biaro, Prov. Sulawesi Utara menyimpan banyak potensi wisata, baik wisata alam maupun wisata sejarah yang belum dioptimalkan dengan baik. Salah satu potensi wisata alam / pantai yang terdapat di Kampung Mahuneni adalah Batu Derendung.

Batu Derendung merupakan endapan dari batuan breksi lava yang membujur panjang ke arah laut membentuk delta yang bagian permukaannya agak runcing yang kalau dicermati dengan saksama mirip stupa pada sebuah candi. Bedanya, stupa pada candi merupakan buatan tangan manusia, stupa pada batu derendung adalah asli buatan alam. Batuan erupsi gunungapi yang membeku menyusul pukulan ombak selama beratus bahkan mungkin ribuan tahun lalu telah mengukir relief-relief indah yang menambah keelokan batu Derendung. 
Relief Batu Derendung, nampak bak stupa.

Entah siapa yang lebih dahulu menamai Batu Derendung, yang jelas bahwa Batu ini disebutkan sebagai Batu Derendung, karena dipercayai batu ini sebagai dinding (derendung) yang berfungsi untuk membentengi / melindungi kampung dari hempasan ombak baik ombak angin tenggara (Timuhe) maupun ombak angin barat (Bahe) yang terkenal ganas menghantam wilayah ini. Ada juga yang mengatakan bahwa batu ini merupakan dinding pembatas (derendung) antara Dusun Singkaha dengan Dusun Talawid Tua.
 
Kerikil Putih mengitari perjalanan ke Batu Derendung.
Untuk mencapai lokasi di Batu Derendung dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 200 meter menyusuri pesisir pantai Singkaha ke arah barat laut. Disepanjang perjalanan ini, kita disuguhkan dengan keelokan pesisir pantai dengan kerikil putih yang terhampar menawan hampir di setiap sudut-sudut pantai. Memang ketika air laut sedang naik, perjalanan lewat pantai ini tidak dapat ditempuh. Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah dari Tambung ke arah Selatan menuju tepi pantai, melewati SMP dan SMK Negeri Talawid. Dapat pula dirintis jalan dari Kantor Camat Siau Barat Selatan, mendaki perbukitan Tambung. Sayangnya jalan ini masih sulit untuk dilalui, karena memang belum pernah dikelolah. Ketika mencoba untuk mensurvei jalan ini, penulis teringat perjalanan menuju wisata pantai Pintu Kota yang menjadi icon Kota Ambon. Bedanya objek wisata Pintu Kota telah dioptimalkan dengan baik oleh pemerintah setempat.