Kamis, 16 Desember 2021

TAFSIRAN BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR DALAM LUKAS 16 : 1–9

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh.

Pendahuluan

    Dari judul bacaan firman Tuhan ini, maka sudah dapat diketahui bahwa kisah ini merupakan suatu perumpamaan. Perumpamaan adalah ceritera-ceritera yg dipakai dengan maksud untuk menjelaskan suatu ajaran moral atau kebenaran rohani, karena ceritera tersebut memiliki beberapa persamaan dengan ajaran/ kebenaran tersebut. 

Penerapan Prinsip Perumpamaan 

Jenis Perumpamaan diatas merupakan perumpamaan berupa cerita yang menunjuk kepada suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu dan berkenaan dengan pengalaman seseorang. Suatu cerita dalam bentuk perumpamaan, namun terkesan seperti benar-benar terjadi (suatu pengalaman yang real terjadi di tengah kehidupan sehari-hari umat.

Karakteristik Perumpamaan : 

Latar Belakang perumpamaan ini terdapat di ayat 1 – 2. Dikisahkan bahwa ada seorang bendahara yang bekerja pada seorang tuan yang kaya. Suatu waktu tuannya tersebut memanggil bendahara ini untuk dimintai keterangan atas laporan yang dituduhkan kepadanya karena telah menyalahgunakan milik tuannya dengan menghamburkannya untuk kepentingannya sendiri. Konsekuensi dari perbuatan tersebut, jika terbukti benar, maka bendahara tersebut tidak akan lagi bekerja sebagai bendahara atau dengan kata lain diberhentikan tidak dengan hormat (dipecat). 

Sedangkan Isi perumpamaan ini terdapat pada ayat 3 –7, yang mengkisahkan suatu upaya / tindakan penyelamatan diri dari bendahara yang akan dipecat oleh tuannya tersebut. Karena ia merasa tidak memiliki keahlian lain selain dalam pekerjaannya sebagai bendahara, sedangkan untuk mencangkul ia tidak bisa, dan untuk mengemis ia merasa malu. Maka agar supaya ia boleh mendapat perkenaan orang lain dan mau menampung dia di rumah mereka, ia memilih suatu tindakan yang terkesan berbuat kebaikan kepada orang lain, untuk menarik hati orang-orang tersebut, yakni dengan memotong hutang orang yang berhutang kepada tuannya itu mulai dari nilai 20% sampai dengan 50%, kemudian ia memberikan surat hutang baru sesuai presentase baru tersebut kepada orang-orang yang berhutang kepada tuannya tersebut. 

Penutup dalam perumpamaan ini terdapat dalam ayat 8 dan ayat 9, dimana tuan yang kaya itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik, yakni dengan memakai sisa kekuasaan yang ada padanya atas keuangan yang dipercayakan oleh tuan yang kaya tersebut kepadanya, dengan berbuat baik kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkannya. 

Penerapan Prinsip Penafsiran Umum (sejarah dan latar belakang dari aspek social dan geografi) : 

Bagi orang Yahudi, Minyak dan Gandum merupakan suatu kebutuhan pokok yang mau tidak mau harus mereka penuhi dalam kehidupan mereka. Berlimpahnya pohon zaitun di Palestina memungkinkan perdagangan minyak yang pesat. Minyak zaitun banyak digunakan untuk mempersiapkan makanan, sebagai ganti mentega dalam memasak makanan. Suatu pemakaian umum yang lain dalam lingkungan rumah tangga adalah untuk bahan bakar lampu kecil. Minyak Zaitun tumbuk yang murni juga dipergunakan untuk memasang lampu di Bait Suci (Tabernakel Musa) agar tetap menyala (Kel. 27 : 20-21; Im. 24 : 2 – 3). Sedangkan Gandum merupakan bahan makanan pokok untuk membuat roti lebih lezat ketimbang biji-biji yang lain manapun. Roti merupakan makanan pokok bagi orang Yahudi sampai saat ini. Dalam peribadatan di Kemah Suci, Musa dan Para Imam diperintahkan oleh Allah untuk tetap meletakkan roti sajian di atas meja yang disebut sebagai Meja Roti Sajian (Kel. 25 : 23 – 30; Im. 24 : 5 – 9. 

Karena begitu pentingnya minyak dan gandum ini, maka dalam setiap rumah kediaman orang Yahudi harus tetap tersedia kedua bahan makanan pokok ini, disamping bahan makanan yang lainnya. Ingat suatu peristiwa tentang seorang Janda di Sarfat, yang dimintakan oleh Elia untuk menyediakan roti baginya. Janda tersebut bahkan sampai berani bersumpah bahwa di dalam rumahnya sudah tidak ada lagi roti sedikitupun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Selanjutnya melalui keiklasan yang menunjukkan cintanya kepada Tuhan, Janda di Sarfat ini akhirnya menerima mujizat dari Tuhan, sehingga ia terselamatkan dari ancaman kematian karena kelaparan, dan memuliakan Allah-nya (1 Raja-Raja 7 : 7 – 24). Lihat juga kisah Minyak Seorang Janda dalam 2 Raja-Raja 4 : 1 – 7, dimana Janda salah seorang dari para nabi yang dililit oleh hutang dan mengadukan persoalannya kepada Elisa. Janda tersebut meskipun sudah tidak memiliki apa-apa dalam rumahnya, namun ia masih menyimpan sedikit minyak dalam buli-buli, yang melalui sedikit minyak dalam buli-buli itu, Elisa membuat mujizat yang kemudian dapat menolong janda tersebut keluar dari lilitan hutangnya. 

Untuk memenuhi kebutuhan pokok akan minyak dan gandum ini, orang Yahudi yang berkekurangan, bahkan mereka sampai mau berhutang kedua bahan pokok ini. Kisah dalam perumpamaan ini, menggambarkan sesuatu hal yang real terjadi di kalangan umat Yahudi pada masa itu. Mungkin juga kisah Minyak seorang Janda sebagaimana dalam 2 Raja-Raja 4 : 1 – 7 tersebut, menunjukkan bahwa sang janda tersebut dililit hutang akan kedua kebutuhan pokok tersebut, yakni Minyak dan Gandum. Karena meskipun gandum sudah tidak ada lagi padanya, tapi masih ada tersisa sedikit minyak yang dia simpan dalam buli-buli. 

Merupakan suatu kebiasaan dari dahulu kala bahkan sampai saat ini, bahwa seseorang yang berhutang, akan diberi Surat Hutang sebagai suatu bukti otentik atas hutang seseorang kepada orang lain. Penerapan akan hal ini ditunjukkan dalam perumpamaan ini, bahwa Bendahara tersebut, menanyakan besaran hutang dengan meminta surat hutang, kemudian ia memberikan surat hutang yang baru sebagai dasar orang yang berhutang tersebut membayar hutang mereka. 

Menurut komentari Alkitab New Jerusalem Bible (Wikipedia) dijelaskan bahwa biasanya para bendahara mendapatkan komisi dari hasil penjualan tuannya. Dengan mengurangi surat hutang seseorang, bendahara tersebut tidak merugikan tuannya, melainkan hanya mengorbankan keuntungan pribadinya. Itulah sebabnya ia dipuji tuannya sebagai “cerdik”. 

Kesimpulan 

Bendahara dalam Perumpamaan Lukas 16 : 1 – 9 di atas menggambarkan semua anak manusia, sedangkan tuan dari bendahara itu menggambarkan Tuhan kita. Karena kasih-Nya, Allah telah mempercayakan miliknya kepada kita untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, namun seringkali kita berlaku tidak baik (tidak jujur). Ketidakjujuran kita (bendahara dalam perumpamaan ini) adalah dengan menghamburkan (suatu tindakan yang merugikan) milik tuan kita. Hal ini tentunya berkonsekuensi kepada penghukuman (pemecatan dari jabatan sebagai bendahara), meskipun sesungguhnya Tuan kita sangat mengasihi kita, namun Ia tetap memberlakukan penghukuman itu sebagai konsekuensi dari pelanggaran / kesalahan / dosa kita kepadaNya. (ay 1 - 2). 

Reaksi sang bendahara setelah dipecat, merupakan upayanya untuk menyelamatkan dirinya. Mempertimbangkan apa yang harus dilakukan merupakan suatu hikmat yang perlu dilakukan, disamping untuk mendapat perkenaan Allah (dengan perbuatan baik kepada orang lain - dan rupanya dia berhasil), juga untuk mendapat perkenaan manusia (mendapatkan tempat perlindungan / penampungan yang layak). Dengan mengurangi beban hutang orang yang berhutang kepada tuannya, yang berhutang minyak 100 tempayan diberikannya surat hutang baru 50 tempayan minyak, yang berhutang 100 pikul gandum, diberikannya surat hutang baru 80 pikul gandum, yang tentu saja dengan mengorbankan keuntungan yang seharusnya ia dapatkan, bendahara tersebut berusaha untuk berbuat baik dan menyenangkan hati orang yang berhutang kepada tuannya tersebut dengan harapan orang tersebut kelak akan dapat menolong dia (ay 3 – 7). 

Tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik (ay 8). Sang majikan meskipun sangat marah dengan perbuatan jahat yang dilakukan oleh bendahara tersebut, namun tetap memuji akal dan pikiran si bendahara itu untuk dirinya sendiri. Tampaknya bagian akhir dari dari ayat ini berasal dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus benar-benar berkata.“Aku memuji orang yang seperti ini, yang tahu melakukan apa yang baik untuk dirinya sendiri, bagaimana memanfaatkan peluang yang ada saat ini, dan bagaimana menyiapkan apa yang perlu bagi masa depannya.” Yesus tidak memuji bendahara tersebut karena ia telah melakukan kesalahan terhadap tuannya, tetapi karena ia telah bertindak bijaksana untuk dirinya sendiri. Oleh sebab itu, perlakukanlah segala yang kita miliki dengan baik, dan memakainya untuk perbuatan saleh dan amal, maka kita akan menuai keuntungan dari perbuatan kita itu di dunia yang akan datang. 

Maksud dari pengajaran Kristus dalam perumpamaan ini adalah untuk menyadarkan dan mendorong kita semua untuk memanfaatkan dunia ini tanpa menyalahgunakannya. Hal ini berarti mengelola semua milik kita dan kegunaannya sedemikian rupa sehingga menyelamatkan kita dan bukan untuk melawan kita di dunia yang lain. Dan ini bergantung dari bagaimana kita memanfaatkan milik kita sekarang ini di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar