Minggu, 19 Desember 2021

MENELUSURI PRAKTEK PASTORAL KONSELING DALAM KITAB PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh. 

            Pastroral Konseling merupakan sesuatu yang hal sangat penting dalam perjalanan kehidupan umat manusia di sepanjang sejarah dan abad. Sadar atau tidak sadar, setiap orang membutuhkan pelayanan pastoral konseling ini. Alkitab mengkisahkan bahwa pelayanan Pastoral Konseling ini dimulai dari Allah, tatkala manusia pertama Adam dan Hawa terjerumus masuk ke dalam dosa. Ketika mereka menyadari bahwa mereka telah berbuat sesuatu yang melanggar kehendak Allah Sang Pencipta, keduanya sangat ketakutan, bahkan cenderung untuk menghindari diri dari Allah. Namun demikian, Allah sendiri yang karena kasih-Nya mau mencari dan menjumpai manusia. (Kej. 3). Allah bertindak sebagai Konselor, untuk mengatasi persoalan hidup yang dialami oleh manusia.

Demikianpun halnya ketika pada suatu peristiwa yang terjadi antara Kain dan Habel, dimana Kain membunuh adiknya Habel. Allah juga bertindak sebagai Konselor dengan menjumpai Kain. Dosa pembunuhan pertama yang dilakukan oleh Kain, telah mempengaruhi kejiwaannya, ia cenderung menjadi bertambah jahat, setelah hatinya cemburu kepada Habel dan membunuh adiknya Habel, ia kemudian berupaya untuk menyembunyikan kesalahannya tersebut dari hadapan Allah yang sesungguhnya Sang Maha Tahu. Darah adiknya Habel menuntut pembelaan kepada Tuhan atas tindakan tidak adil dari sang kakak. Allah bertindak sebagai Konselor untuk menyelesaikan persoalan hidup yang dialami oleh Kain dengan cara menghukum dia atas perbuatan dosanya tersebut. (Kej. 4).

Masih terdapat juga sederetan kisah dalam Perjanjian Lama dimana Allah bertindak sebagai Konselor untuk mengatasi persoalan hidup manusia yang dikasihi-Nya, diantaranya : Persoalan hidup yang dialami oleh seseorang yang sangat dikasihi Allah, yakni Abraham yang belum memiliki keturunan; persoalan keluarga antara kedua anak Abraham, yakni Ishak dan Ismael; juga bagaimana ketika Allah menguji iman Abraham dengan memintanya untuk mengorbankan anaknya Ishak; berbagai persoalan hidup yang dialami oleh bangsa Israel ketika mereka berada di Mesir bahkan sampai mereka berada dalam pengembaraan di Padang Gurun; bagaimana beban tanggungjawab besar yang dialami oleh hamba-Nya Musa dalam memimpin Bangsa Israel; sampai kepada persoalan hidup yang dialami oleh Bangsa Israel ketika bangsa tersebut telah menjadi suatu bangsa yang besar dimasa kepemimpinan Hakim-Hakim bahkan Raja-Raja; dan yang tak kalah menariknya adalah suatu pergumulan besar yang dialami oleh seorang Ayub. Semua persoalan hidup tersebut sangat membutuhkan peran penting seorang Konselor, dan Allah sebagai Konselor Sejati, tak pernah membiarkan umat-Nya berada dalam keadaan krisis yang berkepanjangan tanpa ada penyelesaian. Ia dengan sabar dan setia, menjumpai, menegur, menunjukkan jalan keluar kepada umat-Nya, sehingga mereka dapat menjadi pemenang dalam menghadapi krisis yang mereka alami.

Demikianpun halnya dalam Perjanjian Baru. Sejarah di masa Perjanjian Baru memberi kesaksian kepada kita sampai saat ini, dimana Allah dalam pribadi Yesus Kristus, senantiasa mau bertindak sebagai Konselor dalam mengatasi persoalan hidup manusia. Pergumulan hidup yang sangat beragam dialami oleh manusia, baik melalui kelemahan tubuh jasmani : lumpuh, buta, tuli, bisu, juga kematian, kelaparan, perzinahan, pernikahan, dan lain sebagainya, dapat diselesaikan oleh Yesus dengan kasih-Nya.

Suatu hal yang menjadi teladan bagi kita dalam pendekatan Konseling yang dilakukan oleh Yesus adalah bahwa apa yang Ia kerjakan terhadap orang-orang merupakan suatu proses, dimana Ia dengan sabar menjumpai dan melewatkan waktu dengan orang-orang yang mengalami pergumulan hidup. Ia menolong orang-orang mengatasi masalah hidup dengan perhatian yang dalam. Ia tidak hanya melihat kesulitan-kesulitan mereka, tetapi Ia juga melihat kemampuan mereka dan pengharapan-pengharapan serta iman yang mereka miliki. Ia melakukan pendekatan konseling dengan dasar belas kasih-Nya kepada orang lain (lihat Markus 8 : 2).

Akhirnya melalui refleksi singkat ini, saya mengajak kita semua selaku calon Konselor ataupun Konselor Kristen, baiklah kita meneladani Allah dalam pribadi Yesus Kristus, sehingga kita mampu menjadi Konselor yang baik, dan berguna bagi banyak orang. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar