Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh.
Pastroral Konseling merupakan sesuatu yang hal sangat penting dalam perjalanan kehidupan umat manusia di sepanjang sejarah dan abad. Sadar atau tidak sadar, setiap orang membutuhkan pelayanan pastoral konseling ini. Alkitab mengkisahkan bahwa pelayanan Pastoral Konseling ini dimulai dari Allah, tatkala manusia pertama Adam dan Hawa terjerumus masuk ke dalam dosa. Ketika mereka menyadari bahwa mereka telah berbuat sesuatu yang melanggar kehendak Allah Sang Pencipta, keduanya sangat ketakutan, bahkan cenderung untuk menghindari diri dari Allah. Namun demikian, Allah sendiri yang karena kasih-Nya mau mencari dan menjumpai manusia. (Kej. 3). Allah bertindak sebagai Konselor, untuk mengatasi persoalan hidup yang dialami oleh manusia.
Demikianpun halnya ketika pada suatu peristiwa yang terjadi antara Kain
dan Habel, dimana Kain membunuh adiknya Habel. Allah juga bertindak sebagai
Konselor dengan menjumpai Kain. Dosa pembunuhan pertama yang dilakukan oleh
Kain, telah mempengaruhi kejiwaannya, ia cenderung menjadi bertambah jahat,
setelah hatinya cemburu kepada Habel dan membunuh adiknya Habel, ia kemudian
berupaya untuk menyembunyikan kesalahannya tersebut dari hadapan Allah yang
sesungguhnya Sang Maha Tahu. Darah adiknya Habel menuntut pembelaan kepada
Tuhan atas tindakan tidak adil dari sang kakak. Allah bertindak sebagai
Konselor untuk menyelesaikan persoalan hidup yang dialami oleh Kain dengan cara
menghukum dia atas perbuatan dosanya tersebut. (Kej. 4).
Masih terdapat juga sederetan kisah dalam Perjanjian Lama dimana Allah
bertindak sebagai Konselor untuk mengatasi persoalan hidup manusia yang
dikasihi-Nya, diantaranya : Persoalan hidup yang dialami oleh seseorang yang
sangat dikasihi Allah, yakni Abraham yang belum memiliki keturunan; persoalan
keluarga antara kedua anak Abraham, yakni Ishak dan Ismael; juga bagaimana
ketika Allah menguji iman Abraham dengan memintanya untuk mengorbankan anaknya
Ishak; berbagai persoalan hidup yang dialami oleh bangsa Israel ketika mereka
berada di Mesir bahkan sampai mereka berada dalam pengembaraan di Padang Gurun;
bagaimana beban tanggungjawab besar yang dialami oleh hamba-Nya Musa dalam
memimpin Bangsa Israel; sampai kepada persoalan hidup yang dialami oleh Bangsa
Israel ketika bangsa tersebut telah menjadi suatu bangsa yang besar dimasa
kepemimpinan Hakim-Hakim bahkan Raja-Raja; dan yang tak kalah menariknya adalah
suatu pergumulan besar yang dialami oleh seorang Ayub. Semua persoalan hidup
tersebut sangat membutuhkan peran penting seorang Konselor, dan Allah sebagai
Konselor Sejati, tak pernah membiarkan umat-Nya berada dalam keadaan krisis
yang berkepanjangan tanpa ada penyelesaian. Ia dengan sabar dan setia,
menjumpai, menegur, menunjukkan jalan keluar kepada umat-Nya, sehingga mereka
dapat menjadi pemenang dalam menghadapi krisis yang mereka alami.
Demikianpun halnya dalam Perjanjian Baru. Sejarah di masa Perjanjian
Baru memberi kesaksian kepada kita sampai saat ini, dimana Allah dalam pribadi
Yesus Kristus, senantiasa mau bertindak sebagai Konselor dalam mengatasi
persoalan hidup manusia. Pergumulan hidup yang sangat beragam dialami oleh
manusia, baik melalui kelemahan tubuh jasmani : lumpuh, buta, tuli, bisu, juga kematian,
kelaparan, perzinahan, pernikahan, dan lain sebagainya, dapat diselesaikan oleh
Yesus dengan kasih-Nya.
Suatu hal yang menjadi teladan bagi kita dalam pendekatan Konseling yang
dilakukan oleh Yesus adalah bahwa apa yang Ia kerjakan terhadap orang-orang
merupakan suatu proses, dimana Ia dengan sabar menjumpai dan melewatkan waktu
dengan orang-orang yang mengalami pergumulan hidup. Ia menolong orang-orang
mengatasi masalah hidup dengan perhatian yang dalam. Ia tidak hanya melihat
kesulitan-kesulitan mereka, tetapi Ia juga melihat kemampuan mereka dan
pengharapan-pengharapan serta iman yang mereka miliki. Ia melakukan pendekatan
konseling dengan dasar belas kasih-Nya kepada orang lain (lihat Markus 8 : 2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar