Kamis, 16 Desember 2021

ARTI POHON DAN BUAH DALAM LUKAS 6 : 43 – 45

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh. 

Latar Belakang 

        Banyak orang lebih mudah mengenali pohon dengan melihat buahnya. Apalagi orang yang tinggal di perkotaan, yang jarang sekali melihat pohon, mereka hanya tahu buah dari pohon itu, misalnya buah nangka, mangga, durian dan lain sebagainya. Ketika suatu waktu orang ini berjalan ke luar kota dan melihat suatu pohon yang kebetulan waktu itu pohon tersebut berbuah, maka pasti lebih mudah mereka mengenal jenis pohon apakah itu. Tentunya mereka akan lebih mudah mengenali pohon itu adalah pohon nangka, jika pohon nangka tersebut berbuah. Tetapi jika pohon nangka tersebut tidak memiliki buah, mungkin mereka akan kesulitan mengenali pohon apakah itu. Tuhan Yesus, sang guru agung, memperlihatkan keterampilan mengajar menggunakan kebenaran umum untuk menjelaskan suatu kebenaran rohani. 

Analisa Cerita 

     Cerita dalam Lukas 6 : 43 - 45 ini tidak terlepas dari ayat sebelumnya, bagaimana Tuhan Yesus mengajarkan kepada banyak orang tentang mengasihi musuh dan berbuat baik kepada orang yang membenci kamu; serta perihal menghakimi, bagaimana kita diajarkan untuk mengampuni orang lain yang mungkin telah berbuat salah kepada kita, sebab Allah yang adalah Bapa kita juga mengasihi kita meskipun kita telah berdosa. Serta pada ayat sesudahnya, yakni bagaimana Tuhan Yesus mengajarkan kepada banyak orang termasuk kita perumpamaan tentang dua macam dasar, baik dasar dari batu yang kuat, maupun dasar dari pasir yang mudah goyah. 
      Pada perumpamaan dalam ayat 43 – 45 ini, Tuhan Yesus mencoba membandingkan karakter hidup manusia dengan pohon dan buahnya. Pohon yang adalah gambaran dari pribadi manusia itu sendiri, sedangkan buah karena merupakan sesuatu yang keluar dari pohon, maka ini tentunya adalah apa yang keluar dari pribadi manusia itu. 
       Menurut saya, ada 2 hal yang keluar dari dalam diri manusia itu, yang mengekspresikan bagaimana sesungguhnya pribadi orang itu, yakni : 
  1. Perkataan. Perkataan merupakan sesuatu yang dikeluarkan melalui mulut seseorang yang diwujudkan dalam suatu ungkapan bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain. Dengan bahasa, orang akan memahami tujuan seseorang menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Perkataan yang kasar, akan membuat orang lain tersakiti, dan kemudian berdampak kepada ketidaksukaan terhadap orang yang menyampaikannya. Juga dari nada bahasa, orang akan mengerti bahwa orang tersebut sedang marah atau tidak. Kemarahan biasanya akan diluapkan dengan nada bahasa yang tinggi, berupa teriakan. 
  2. Perbuatan. Perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang merupakan ekspresi dari pribadi orang tersebut. Perbuatan atau tindakan mencerminkan siapa sesungguhnya orang tersebut. Dalam Injil Yohanes 8 : 37 - 47, Tuhan Yesus dengan tegas menunjukkan kepada Orang Yahudi perihal siapa sesungguhnya bapa mereka dari apa yang mereka kerjakan. Benar bahwa secara jasmaniah mereka adalah keturunan Abraham, tetapi dari perbuatan mereka sama sekali tidak menunjukkan teladan baik dari Abraham. Yesus dengan berani menegaskan kepada mereka : “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu” ay. 44a. 

Hal-Hal Penting Yang Ditekankan dalam Perumpamaan ini 

        Hal penting yang ditekankan dalam perumpamaan tentang Pohon dan buahnya ini dapat disimpulkan dalam satu kalimat yakni : “Kita mengenal setiap pohon dari buahnya”. Yang penjelasannya diuraikan menjadi 2 hal, sebagai berikut : 
1. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik akan juga menghasilkan buah yang tidak baik. 
2. Kita tidak mungkin memetik buah ara dari semak duri dan dari duri-duri kita tidak bisa memetik buah anggur. 

Akhir Perumpamaan 

   Akhir dari perumpamaan ini, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa : “dari orang baik dengan perbendaharaan hatinya yang baik akan keluar barang yang baik (ay. 45). Sedangkan dari orang yang jahat dengan perbendaharaan hatinya yang jahat akan keluar barang yang jahat. Kalimat terakhir ayat 45 memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa sesuatu yang keluar dari mulut itu merupakan sesuatu yang meluap (keluar) dari dalam hatinya. 
      Dengan demikian kita dapat mengenali apakah seseorang mempunyai hati yang baik atau tidak baik dari perkataan-perkataan yang diucapkannya. Jika diperluas maknanya, maka hati yang baik bukan saja menghasilkan perkataan yang baik, tetapi juga pikiran yang baik, tindakan yang baik dan segala hal yang baik lainnya. 
     Pujian dan ucapan syukur akan keluar dari hati dan pikiran yang baik dari seseorang. Sedangkan hati dan pikiran yang negatif akan selalu melihat kekurangan dan kelemahan dari segala sesuatu. Dari mulut orang yang memiliki hati dan pikiran yang negatif akan keluar keluh kesah, ucapan ketidak-puasan atau juga makian (kata-kata kotor). 

Perbandingan Yang Cocok 

     Mengenai hal ini digambarkan juga dalam konteks dekat sebelumnya tentang selumbar di mata orang lain terlihat tetapi balok di mata sendiri tidak terlihat (ay. 41-42). Daripada melihat kekurangan dan kelemahan orang lain yang diumpamakan sebagai selumbar, lebih baik mawas diri untuk melihat kekurangan diri sendiri sehingga kita tidak gampang menghakimi orang lain (ay. 37). Hal ini tentu saja menegur para orang Farisi dan Ahli Taurat karena merekalah yang mengkritik Tuhan Yesus dengan keras. Merekalah yang disebutkan “orang buta menuntun orang buta” (ay. 39). 
     Dari konteks sesudahnya, yakni ayat 46-49 (tentang dua macam dasar), kita mendapati suatu standar dalam memiliki hati dan pikiran yang baik yang dapat menghasilkan hal-hal yang baik. Yaitu dengan mendengarkan perkataan Tuhan Yesus dan melakukannya. Karena jika orang melakukan perkataan Kristus maka ia seperti sebuah rumah yang didirikan di atas dasar batu, kokoh dan tidak akan goyah oleh air bah dan banjir. 

Pesan-Pesan Penting 

    Akhirnya suatu hal yang dapat dipetik dari pembelajaran diatas, adalah bahwa kita perlu merawat hati dan pikiran kita dengan segala sesuatu yang baik (positif), (Filipi 4 : 8 berkata : “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”). Sehingga kita dapat menjadi saksi, terang dan berkat bagi orang-orang di sekitar kita, mereka menjadi tahu bahwa kita adalah anak-anak Allah karena Allah sendiri yang menjadi sumber hati kita yang baik. Pohon akan dikenali dari dari buahnya, yaitu perbuatan kita sebagai anak-anak Allah. 

Kebenaran Rohani Yang Ditemukan 

     Dari uraian-uraian seperti yang disebutkan di atas, maka kita dapat menemukan kebenaran rohani dalam perumpamaan ini, yakni : 
  1. Hati merupakan cermin dari pribadi kita, yang diluapkan melalui perkataan dan perbuatan kita. 
  2. Kita perlu menyucikan hati kita supaya hati kita dapat ditempati dengan kebenaran Firman Allah, perhatikan perumpamaan tentang seorang penabur, dalam Mat. 13:1-23; Mrk. 4:1-20; dan Luk. 8:4-15; dan Roh Kudus, perhatikan I Kor. 6 : 19. 
  3. Dari perbendaharaan hati yang baik akan keluar sesuatu hal yang baik sesuai dengan Firman Allah, namun dari perbendaharaan hati yang tidak baik akan pula keluar sesuatu yang tidak baik. 

Kesimpulan 

     Arti POHON dalam Bacaan Lukas 6 : 43 – 45 diatas adalah berbicara tentang Pribadi Kita / Orang atau Manusia. Dalam diri manusia itu ada sesuatu hal yang sentral yakni hati kita. Kita perlu menyerahkan dan merawat hati kita suapaya dapat ditempati oleh Firman Allah dan Roh Kudus, sehingga kita akan menjadi pribadi yang baik dan berkenaan kepada Allah. Tetapi jika hati kita diserahkan untuk ditempati oleh Iblis (Iblis yang menjadi bapamu), maka pastinya hati kita menjadi jahat sesuai dengan karakter Iblis. 
    Sedangkan BUAH yang merupakan sesuatu yang keluar dari POHON, hal ini berarti sesuatu yang keluar dari Pribadi manusia itu sendiri yang berasal dari hatinya, yakni yang tercermin melalui perbuatannya maupun perkataannya dan yang menunjukkan siapa dirinya sesungguhnya. Dari perbendaharaan hati yang baik, akan mengeluarkan buah yang baik. Namun dari perbendaharaan hati yang tidak baik, akan mengeluarkan sesuatu hal yang tidak baik pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar