Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh, MAg, MTh
Pendahuluan
Banyak orang berpikir bahwa sekali gagal dalam pelayanan, hidupnya tidak akan dipakai Tuhan lagi. Namun, Alkitab justru penuh dengan contoh orang-orang yang pernah jatuh, lalu dipulihkan, dan kemudian dipakai luar biasa. Salah satu kisah yang menguatkan kita adalah kisah Yohanes Markus. Ia memulai pelayanan dengan antusias, namun sempat mundur di tengah jalan. Meski demikian, akhir hidupnya menunjukkan bahwa Tuhan bisa memulihkan dan memakainya kembali.
Kisah Yohanes Markus tercatat dalam Kisah Para Rasul 13, di mana ia disebut sebagai pembantu Paulus dan Barnabas. Namun di ayat 13, Markus meninggalkan mereka dan kembali ke Yerusalem. Keputusan itu menimbulkan luka dalam hubungan pelayanannya dengan Paulus, bahkan menjadi alasan terjadinya perpisahan antara Paulus dan Barnabas (Kis. 15:36–39). Meski demikian, Markus tidak berhenti di situ. Tuhan membentuknya dan mengembalikannya pada jalur panggilan-Nya.
Hari ini kita akan belajar tiga hal dari perjalanan Yohanes Markus: (1) Memulai dengan kerelaan melayani, (2) Mengalami kegagalan di tengah jalan, dan (3) Dipulihkan untuk menjadi berguna. Semua ini mengajarkan bahwa masa lalu kita tidak harus menentukan masa depan pelayanan kita.
1. Memulai dengan Kerelaan Melayani
Kisah 13:5 – “Mereka mempunyai Yohanes sebagai pembantu mereka.”
Yohanes Markus adalah contoh anak muda yang dibesarkan dalam keluarga yang takut akan Tuhan. Ibunya, Maria, membuka rumahnya untuk pertemuan jemaat (Kis. 12:12). Dari kecil Markus sudah melihat iman yang hidup, dan itu membentuk hatinya untuk melayani. Ketika Paulus dan Barnabas berangkat dari Antiokhia, Markus siap ikut sebagai “pembantu” mereka. Kata “pembantu” di sini tidak merendahkan, justru menunjukkan kerelaan hati untuk melayani dalam hal apa pun yang dibutuhkan.
Sering kali kita berpikir melayani berarti langsung berada di depan, tetapi Markus mengajarkan bahwa pelayanan sejati dimulai dari kesediaan mengerjakan hal-hal sederhana. Yesus sendiri berkata, “Barangsiapa mau menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat. 20:26). Markus tidak menuntut posisi, ia hanya mau ikut terlibat dan membantu pekerjaan Tuhan.
Pelajaran bagi kita: Kerelaan adalah pintu awal untuk dipakai Tuhan. Tuhan mencari hati yang mau berkata, “Ini aku, utuslah aku” (Yes. 6:8), bahkan jika tugas yang diberikan sederhana. Sebelum Tuhan mempercayakan hal-hal besar, Dia ingin melihat kesetiaan kita dalam hal-hal kecil (Luk. 16:10).
2. Mengalami Kegagalan di Tengah Jalan
Kisah 13:13 – “Yohanes meninggalkan mereka dan kembali ke Yerusalem.”
Sayangnya, perjalanan pelayanan Markus tidak berjalan mulus. Dalam Kisah 13:13, ia meninggalkan Paulus dan Barnabas di Perga, lalu pulang ke Yerusalem. Alkitab tidak menjelaskan alasannya secara pasti, tetapi kemungkinan faktor kelelahan, rasa takut, atau kaget melihat beratnya pelayanan di ladang misi. Apapun alasannya, Paulus menganggap itu sebagai bentuk ketidaksetiaan (Kis. 15:38).
Kegagalan ini berdampak besar. Ketika Paulus hendak melakukan perjalanan misi kedua, Barnabas ingin membawa Markus lagi, tetapi Paulus menolak keras. Perbedaan pandangan ini membuat mereka berpisah pelayanan. Ini adalah momen kelam bagi Markus. Ia harus menerima bahwa seorang rasul besar tidak lagi percaya kepadanya.
Pelajaran bagi kita: kegagalan dalam pelayanan bisa melukai, bahkan memutuskan hubungan dengan orang yang kita hormati. Namun kegagalan bukanlah akhir cerita. Tuhan bisa memakai kegagalan sebagai proses pendewasaan, supaya karakter kita ditempa dan iman kita dimurnikan.
3. Dipulihkan untuk Menjadi Berguna
2 Timotius 4:11 – “Ambillah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya berguna bagiku.”
Waktu berlalu, dan Markus tetap melayani. Ia tidak menyerah meskipun pernah gagal. Ia setia bersama Barnabas, kemudian melayani bersama Petrus, yang menyebutnya “anakku” (1 Ptr. 5:13). Kedekatan ini membentuk Markus menjadi pelayan Tuhan yang matang. Dari kesaksian Petrus inilah Markus menulis Injil Markus, yang menonjolkan Yesus sebagai Hamba yang setia.
Pemulihan hubungan dengan Paulus terjadi di akhir hidup Paulus. Dalam 2 Timotius 4:11, Paulus justru meminta Markus datang karena “pelayanannya berguna bagiku.” Ini adalah titik balik luar biasa, orang yang dulu dianggap tidak layak, kini diakui berguna oleh rasul besar. Inilah bukti bahwa Tuhan mampu memulihkan reputasi, hubungan, dan panggilan seseorang.
Pelajaran bagi kita: Tidak ada kegagalan yang terlalu besar untuk ditebus oleh kasih karunia Allah. Yang penting adalah kita mau belajar, bertumbuh, dan tetap setia. Allah tidak melihat masa lalu kita sebagai penentu, tetapi hati kita hari ini sebagai penentu masa depan kita.
Penutup
Kisah Yohanes Markus mengajarkan bahwa perjalanan iman sering kali berliku: kita bisa memulai dengan baik, lalu jatuh, tetapi oleh kasih karunia Tuhan kita bisa dipulihkan. Markus pernah gagal, pernah diragukan, tetapi akhirnya menjadi penulis Injil dan pelayan yang berguna. Tuhan tidak mencari orang yang sempurna, tetapi orang yang mau dibentuk dan setia sampai akhir.
Kalau hari ini kita merasa pernah mengecewakan Tuhan atau gagal di dalam pelayanan, ingatlah kisah Markus. Jangan berhenti hanya karena pernah jatuh. Bangkitlah, izinkan Tuhan membentuk kita, dan teruslah melayani. Siapa tahu, suatu hari nanti, orang yang pernah meragukan kita justru akan berkata, “Pelayananmu berguna bagiku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar