Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag, M.Th.
Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan, kita hidup di zaman di mana banyak orang merasa terikat oleh kegagalan masa lalu dan sulit memulai kembali. Namun Allah dalam firman-Nya menunjukkan bahwa Dia adalah Allah pemulih. Ezra pasal 1 membuka lembaran baru dalam sejarah umat Allah, setelah 70 tahun dalam pembuangan, Allah membuka jalan untuk pemulihan. Kitab ini menandai dimulainya kembalinya umat Israel ke Yerusalem dan pembangunan kembali Bait Suci. Inilah gambaran pemulihan rohani yang sejati.
Kitab Ezra ditulis oleh Ezra, seorang imam dan ahli Taurat, sekitar tahun 450–430 SM. Ia mencatat bagaimana Tuhan membangkitkan Raja Koresh, penguasa Persia, untuk menggenapi nubuat Yeremia. Sekalipun Israel berada di bawah kekuasaan bangsa asing, Allah tetap memegang kendali. Perintah Koresh bukan hanya tindakan politik, melainkan bagian dari rancangan Tuhan yang besar. Di tengah kekacauan politik dunia, Allah tetap setia pada janji-Nya.
Apa relevansi Ezra 1 bagi kita hari ini? Ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga seruan bagi kita untuk bangkit dan merespons panggilan Tuhan. Tuhan memanggil kita untuk membangun kembali kehidupan rohani yang telah rusak baik pribadi, keluarga, maupun gereja. Mari kita pelajari tiga kebenaran utama dari Ezra pasal 1.
1. Allah Berdaulat atas Sejarah dan Penguasa Dunia (Ezra 1:1–4)
Pada ayat pertama, kita membaca bahwa Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia, agar mengeluarkan perintah membangun kembali Bait Allah. Ini adalah penggenapan dari nubuat Yeremia (Yeremia 25:11–12; 29:10). Kedaulatan Allah tampak jelas di sini: bahkan seorang raja kafir dipakai-Nya untuk menggenapi rencana-Nya. Koresh mungkin tidak mengenal Tuhan sepenuhnya, tetapi hatinya tunduk kepada kehendak Allah. Ini mengajarkan kita bahwa Allah berkuasa atas bangsa-bangsa dan pemimpin-pemimpin besar.
Koresh mengakui dalam dekritnya bahwa Tuhan, Allah semesta langit, telah memberikan kerajaan kepadanya dan menugaskannya untuk membangun rumah bagi Tuhan di Yerusalem (Ezra 1:2). Koresh bukan hanya memberi izin, tapi juga mendorong umat untuk bertindak. Dalam hal ini, kita melihat bagaimana Allah tidak dibatasi oleh kebebalan umat-Nya; Ia bekerja bahkan melalui orang yang awalnya tidak mengenal Allah Israel. Hal ini memberi pengharapan besar bagi gereja dan bangsa bahwa tidak ada keadaan politik atau sosial yang dapat menghalangi rencana Allah. Allah dapat memakai siapa saja untuk memenuhi kehendak dan rencana-Nya.
Sebagai umat Tuhan saat ini, kita tidak perlu takut terhadap kekuatan dunia. Sebaliknya, kita percaya bahwa Allah tetap memegang kendali atas sejarah. Apakah kita percaya bahwa di tengah perubahan zaman, Allah masih mengatur dan memanggil kita untuk terlibat dalam rencana pemulihan-Nya?
2. Tuhan Membangkitkan Umat yang Mau Taat (Ezra 1:5–6)
Respon terhadap perintah Koresh datang dari orang-orang yang hatinya digerakkan oleh Tuhan (ay. 5). Mereka adalah para kepala kaum keluarga Yehuda dan Benyamin, serta para imam dan orang Lewi. Ini bukan tindakan impulsif, tetapi buah dari gerakan Allah di hati umat-Nya. Mereka bukan hanya sekadar kembali ke tanah air, tetapi merespons panggilan untuk membangun kembali hubungan dengan Tuhan melalui rumah ibadah.
Orang-orang yang tidak ikut kembali pun turut serta dalam pekerjaan Tuhan. Mereka memberikan emas, perak, barang-barang rumah tangga, dan persembahan sukarela (ay. 6). Dalam hal ini, seluruh komunitas ikut mendukung pemulihan walaupun tidak semua secara fisik terlibat. Kita belajar bahwa pemulihan rohani adalah tugas bersama, ada yang pergi membangun, ada yang tinggal dan memberi dukungan. Semua punya bagian.
Di zaman ini, Tuhan masih menggerakkan hati orang-orang untuk terlibat dalam pekerjaan-Nya. Pertanyaannya, apakah hati kita masih peka terhadap panggilan Tuhan? Ataukah kita terlalu sibuk dengan urusan sendiri hingga kehilangan kepekaan rohani? Mari berdoa agar hati kita digerakkan seperti mereka, untuk berani melangkah taat.
3. Pemulihan Ibadah dan Kekudusan Harus Dimulai dari Rumah Tuhan (Ezra 1:7–11)
Bagian akhir Ezra 1 mencatat bagaimana Koresh mengembalikan peralatan Bait Suci yang dahulu dirampas oleh Nebukadnezar (ay. 7–8). Ini adalah lambang pemulihan ibadah. Allah tidak hanya memanggil umat-Nya untuk kembali secara fisik, tetapi juga untuk memulihkan kehidupan rohani yang rusak. Peralatan itu, bejana-bejana emas, perak, dan lainnya melambangkan kesucian dan kemuliaan Allah. Ibadah yang sejati tidak boleh diabaikan.
Sesbazar, pemimpin pertama yang disebut sebagai "penghulu Yehuda", diberi tanggung jawab membawa barang-barang itu kembali ke Yerusalem (ay. 8, 11). Ini menandakan bahwa pemulihan tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada tatanan, tanggung jawab, dan kesungguhan yang harus menyertai setiap langkah. Tuhan memanggil pemimpin-pemimpin yang setia untuk menjaga kekudusan-Nya.
Saat ini, kita mungkin sedang membangun Bait Allah dari batu, itu penting, tetapi lebih penting bagi kita adalah membangun bait Allah yang hidup, tubuh kita sebagai tempat Roh Kudus berdiam (1 Korintus 6:19–20). Maka, panggilan untuk memulihkan ibadah berarti memulihkan kehidupan rohani pribadi dan komunitas. Sudahkah kita sungguh-sungguh menjaga kesucian hidup, ataukah kita membiarkan rumah Tuhan dalam diri kita menjadi rusak? Pemulihan harus dimulai dari dalam.
Penutup
Ezra pasal 1 bukan sekadar awal dari sejarah pemulangan bangsa Israel, tapi juga gambaran tentang bagaimana Allah bekerja untuk memulihkan umat-Nya. Tuhan yang berdaulat, Tuhan yang menggerakkan hati, dan Tuhan yang memulihkan ibadah, semua itu masih berlaku hari ini. Apa yang Tuhan lakukan di masa Ezra, Dia juga ingin lakukan dalam hidup kita hari ini.
Bangsa Israel pulang dari pembuangan, tetapi lebih dari itu, mereka dipanggil untuk kembali kepada Tuhan. Hari ini, Tuhan juga memanggil kita untuk kembali kepada-Nya. Entah kita telah jauh karena dosa, kelelahan, atau kekeringan rohani, Dia memanggil kita pulang. Maukah kita taat dan bangkit membangun kembali hidup rohani kita?
Mari kita menjawab panggilan Tuhan dengan iman dan ketaatan. Mari kita izinkan Tuhan menggerakkan hati kita, seperti Dia menggerakkan Koresh dan umat-Nya. Karena saat Tuhan bertindak, yang dibutuhkan hanyalah umat yang mau merespons dan membangun kembali rumah Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai tubuh Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar