Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, S.T, S.Th, M.Ag, M.Th.
Pendahuluan: Saat Hati Gelisah
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan, malam ini kita datang dengan hati yang campur aduk. Ada kesedihan karena kehilangan orang yang kita kasihi, oma yang selama ini hadir dalam hidup keluarga dengan doa, senyuman, dan kasihnya. Tapi di sisi lain, ada penghiburan yang datang dari firman Tuhan, penghiburan yang bukan buatan manusia, tapi berasal dari Yesus sendiri.
Dalam Yohanes 14, kita melihat bagaimana Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya beberapa saat sebelum Ia disalibkan. Mereka ketakutan, cemas, dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dalam suasana gelap itu, Yesus justru menguatkan mereka: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku." (ayat 1). Kata-kata ini juga ditujukan untuk kita hari ini.
Kita boleh menangis, karena Yesus pun menangis saat sahabat-Nya Lazarus wafat (Yohanes 11:35). Tapi di tengah air mata, Yesus menawarkan damai. Ia berkata: “Jangan gelisah. Percaya saja.” Ini bukan sekadar kata-kata penghiburan, tapi fondasi bagi iman kita. Karena ketika kita percaya kepada Yesus, kita tidak berjalan sendiri di tengah duka.
I. Tuhan Mengerti Hati yang Gelisah (Yoh. 14:1)
Yesus tahu persis bagaimana rasanya ditinggalkan. Ia tahu murid-murid-Nya akan panik ketika Ia tidak lagi bersama mereka secara fisik. Maka Dia tidak menyuruh mereka “kuat saja” atau “jangan menangis.” Sebaliknya, Ia memberi dasar bagi kedamaian: percaya kepada-Nya.
Terkadang saat kehilangan, kita merasa bingung: “Mengapa Tuhan izinkan ini terjadi? Kenapa harus oma?” Kita mungkin tidak menemukan semua jawabannya sekarang. Tapi Yesus tidak menjanjikan semua jawaban langsung, Dia menjanjikan penyertaan dan penghiburan. Dan itu cukup.
Mazmur 46:2 berkata, “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” Di saat seperti inilah kita bisa mengalami janji itu secara pribadi. Hati kita boleh gelisah, tapi firman-Nya berkata: di dalam Kristus, ada penghiburan yang sejati.
II. Surga Itu Nyata dan Sudah Disediakan (Yoh. 14:2–3)
Yesus melanjutkan dengan berkata bahwa di rumah Bapa-Nya ada banyak tempat tinggal. Ia menegaskan bahwa Dia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita. Ini bukan kata-kata kiasan, tapi janji yang nyata: surga itu sungguh ada, dan tempat itu telah dipersiapkan bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Bagi oma yang telah menjalani hidup dalam iman kepada Yesus, janji ini sudah digenapi. Ia kini tidak lagi terbatas oleh tubuh yang melemah. Ia telah dipanggil pulang ke rumah yang kekal. Mungkin kita tidak bisa lagi mendengar suaranya di dunia ini, tapi kita percaya, berdasarkan janji Yesus, bahwa oma kini ada di hadirat Tuhan yang mulia.
2 Korintus 5:1 berkata, “Jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga...” Dunia ini sementara, tapi surga kekal. Dan berita baiknya adalah: ada tempat di rumah Bapa, dan oma sudah di sana.
III. Yesus Adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh. 14:4–7)
Ketika Tomas bertanya, “Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi, bagaimana kami tahu jalan ke situ?”, Yesus menjawab dengan sangat tegas: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (ayat 6). Ini adalah pernyataan yang sangat penting bagi setiap orang yang ingin tahu tentang hidup sesudah kematian.
Yesus tidak hanya menunjukkan jalan, Dia adalah Jalan itu. Ia satu-satunya yang sanggup membawa manusia berdosa kembali kepada Bapa. Bukan karena kita baik, bukan karena amal atau upaya kita sendiri, tapi karena kasih karunia-Nya. Ini yang menjadi dasar pengharapan kita malam ini.
Kisah Para Rasul 4:12 berkata, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia...” Jika oma mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia telah melalui Jalan itu. Dan kita semua juga diundang untuk mengenal dan mengikuti Dia, agar kita pun bertemu kembali kelak di rumah Bapa.
IV. Doa dalam Nama Yesus Menjadi Sumber Kekuatan (Yoh. 14:8–14)
Yesus tahu bahwa para murid akan merasa kehilangan. Karena itu, Ia menegaskan bahwa walau secara fisik Ia tidak bersama mereka, namun kuasa-Nya tetap tersedia melalui doa. Ia berkata, “Apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya...” (ayat 13). Janji ini berlaku juga untuk kita hari ini.
Di tengah duka, kita bisa datang kepada Tuhan dengan hati yang remuk. Kita bisa berdoa dalam nama Yesus, dan Dia akan memberi penghiburan, kekuatan, dan damai sejahtera yang melampaui akal. Doa bukan hanya kata-kata ke langit, doa adalah jalan berjumpa dengan Tuhan.
Mazmur 34:19 berkata, “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” Dalam kehilangan, doa menjadi napas kehidupan rohani kita. Mari kita terus berdoa, saling menguatkan, dan percaya bahwa Tuhan mendengar.
Penutup: Hidup Kekal dan Pengharapan Kita
Malam ini kita kehilangan, tapi kita juga bersyukur. Kehilangan karena oma telah pergi, tapi bersyukur karena kita tahu ke mana ia pergi. Ia telah kembali ke rumah Bapa, rumah yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
1 Tesalonika 4:14 berkata, “Karena jika kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan bersama-sama dengan Dia.” Ini adalah harapan yang menguatkan kita semua. Perpisahan ini bukan akhir.
Saudara-saudara, mari kita hidup dengan iman yang sama seperti oma. Jangan hanya mengenang, tapi juga meneladani. Supaya kelak, ketika waktu kita tiba, kita pun disambut di rumah Bapa, tempat yang telah disediakan oleh Kristus sendiri.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, terima kasih atas penghiburan dari Firman-Mu. Engkau tahu hati kami yang berduka. Kuatkan kami, dan berikan damai di tengah kehilangan. Terima kasih karena oma kini bersama-Mu di rumah Bapa. Biarlah pengharapan akan surga menjadi kekuatan kami hari demi hari. Di dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar