Jesus, limpahkanlah berkat ini atas keluarga kami. |
Oleh : Fredrik Dandel, ST.
Bacaan : Mazmur 128:1-6
“Berbahagialah
setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang
ditunjukkan-Nya! ...........................
Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut
akan TUHAN”. (Ayat
1 dan 4)
“Orang
laki-laki” yang dimaksudkan
dalam ayat di atas adalah seorang
suami atau kepala keluarga. Sedangkan
seorang yang takut akan TUHAN dan yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya
dapat disimpulkan kedalam satu kata, yakni : “Saleh”. Itulah sebabnya khotbah
ini diberikan judul / topik : “Berkat Allah atas Suami yang Saleh”.
Begitu
pentingnya kedudukan seorang suami / kepala keluarga di hadapan Allah, sehingga
Allah menaruh perhatian secara khusus kepada-nya. Hal ini bukanlah berarti
bahwa Allah tidak menganggap penting kedudukan wanita sebagai seorang Istri
dalam sebuah keluarga, namun kedudukan Suami sebagai kepala Istri (baca : I
Korintus 11:3; I Tim. 2 : 12 & 13) membuat seorang suami memiliki prioritas utama bagi
Allah untuk menyalurkan berkat-Nya atas sebuah rumah tangga..
Oleh karena itu, jikalau seorang suami atau kepala keluarga
takut akan TUHAN dan mau menurut jalan yang ditunjukan-Nya atau dengan
perkataan lain mau hidup saleh di hadapan Allah, maka berkat-berkat yang
tertulis dalam Mazmur 128 ini akan dicurahkan
Allah kedalam rumah tangganya.
Berkat-berkat tersebut adalah
seperti berikut :
1. Kebahagiaan untuk menikmati hasil jerih payah tangannya.
Ayat 2 berkata seperti
begini : “Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu,
berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!.”
Tanggung jawab utama seorang suami atau kepala keluarga adalah memberikan
nafkah kepada seluruh anggota keluarganya. Tentunya dengan bekerja, kebutuhan tersebut
diharapkan akan dapat terpenuhi, sekalipun ada juga orang yang telah bekerja
sekuat tenaga, membanting tulang setiap hari namun kenyataannya belumlah mampu
sepenuhnya memenuhi kebutuhan makan, minum dan pakai anggota keluarganya.
Sebagai orang
yang beriman, kita percaya bahwa Allah akan selalu menggenapi Firman-Nya. Matius
6:31 – 34 berkata seperti begini : “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami
makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu
dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di
sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan
Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Seorang suami yang mau hidup saleh dihadapan Allah, maka hasil pekerjaannya akan diberkati oleh
Allah, dan seluruh anggota keluarganya diberi karunia untuk menikmati
berkat itu.
Ada orang yang dikaruniai
kekayaan tetapi tidak dikaruniai kuasa untuk menikmatinya (baca Pengkhotbah
6:1-3). Tetapi keluarga yang saleh akan
dikaruniai kuasa untuk menikmati berkat dari hasil jerih payah tangannya. (Baca Pengkhotbah 5:17-18).
2. Isteri akan seperti pohon anggur yang subur.
Ayat 3 berkata seperti
begini : “Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam
rumahmu.”
Apakah artinya isteri akan
menjadi seperti pohon anggur?
Mazmur 104 : 15 : “….. dan anggur yang menyukakkan hati manusia
……...”
Pengkhotbah 10 : 19 : “Untuk tertawa orang
menghidangkan makanan; anggur meriangkan hidup ………...”
Jadi anggur itu menyukakkan hati
dan meriangkan hidup.
Kalau kepala rumah tangga atau
suami itu mau hidup saleh di hadapan Allah, maka
isterinya akan menyukakan hati, baik hati Tuhan maupun hati suami, dan akan
meriangkan hidup anggota keluarga dalam rumahnya. Dan indahnya bahwa kesukaan dan keriangan itu tak
akan pernah layu, dia akan selalu tumbuh subur setiap waktu oleh karena yang
memeliharanya adalah TUHAN semesta alam, Allah yang mengaruniakan berkat
tersebut oleh karena kasih-Nya.
Suatu hal perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah tangga yang
harmonis, kita harus memperhatikan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam
suratnya kepada Jemaat di Korintus : “Janganlah kamu merupakan pasangan
yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya.” (baca : II Korintus 6 : 14a).
3. Anak-anak seperti tunas pohon zaitun.
Ayat 3 : “…........... anak-anakmu seperti tunas pohon Zaitun sekeliling
mejamu!.”.
Apakah artinya anak-anak seperti
tunas pohon zaitun?
Pohon zaitun adalah salah satu pohon yang paling berharga bagi orang Ibrani
pada zaman purba. Orang Timur menganggap zaitun simbol kecantikan, kekuatan,
berkat Ilahi dan kemakmuran. Betlehem, Hebron, Gilead, Lakhis dan Basan
semuanya terkenal pada zaman Alkitab karena kemakmurannya berkat hutan-hutan
zaitun. (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini).
Beberapa kegunaan dari pohon zaitun diantaranya adalah sebagai berikut :
- Rumpun zaitun umumnya dihargai sebagai sumber minyak. Pada upacara pemahkotaan minyaknya dipakai melambangkan kekuasaan. Minyak zaitun juga merupakan bahan dasar pengolahan salep, juga dipakai untuk merias rambut. Disamping itu minyak zaitun dipakai sebagai bahan bakar (Mat. 25 : 3), obat (Luk. 10:34; Yak. 5:14), dan makanan (2 Taw. 2:10). Minyak zaitun yang dicampur dengan mur, kayu manis, tebu dan kayu teja dibuat menjadi minyak urapan yang kudus dan digunakan untuk mengurapi alat-alat Kemah Pertemuan dan Harun serta anak-anaknya. (Keluaran 30:22-30).
- Kayu zaitun digunakan untuk lemari halus. Batang-batang pohon zaitun dikeringkan beberapa tahun, kayunya yang berwarna kuning sawi bermotif indah, bila dipelitur menjadi permukaan yang halus. Cabang-cabang pohon zaitun digunakan untuk membangun pondok-pondok pada Hari Raya bulan ketujuh (Neh. 8 : 15).
- Buah zaitun yang segar atau yang diasamkan dan yang dimakan dengan roti, termasuk makanan penting Palestina pada zaman purba.
- Minyak zaitun itu juga berbau harum. Hosea 14 : 7 : “Ranting - rantingnya akan merambak, semaraknya akan seperti pohon zaitun dan berbau harum seperti yang di Libanon.”
Karena banyaknya kegunaan pohon zaitun sehingga lazim dimanfaatkan untuk
banyak tujuan. Pohon zaitun dianggap layak dinamai raja pepohonan (Hak. 9:8).
Kalau seorang suami atau kepala keluarga mau hidup saleh di hadapan
Allah, maka anak-anaknya akan bertumbuh dalam kehidupan yang berbau
harum dan akan berguna baik untuk Tuhan maupun untuk sesama
manusia.
4. Dikaruniai umur panjang.
Ayat 5-6 : “Kiranya
Tuhan memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem
seumur hidupmu, dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas
Israel.”
Dari ayat ini jelas bahwa
seseorang dapat melihat anak-anak dari anak-anaknya, atau dengan perkataan lain melihat cucunya, oleh karena ia dikarunia umur panjang.
Mazmur 91:14,16 berkata : “Sungguh, hatinya melekat
kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya,…… dengan
panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya
keselamatan dari padaKu.”
Dikarunia umur panjang adalah harapan setiap umat manusia. Sekalipun ada
juga keinginan yang timbul di hati orang yang saleh seperti Rasul Paulus untuk
segera berjumpa dengan KRISTUS karena baginya itu memang jauh lebih baik. (baca
: Filipi 1 : 21 – 26).
Persoalannya adalah bahwa semasa kita hidup dan dikaruniai umur panjang
apakah kita mau mengisi hidup kita tersebut dengan hal-hal yang berguna baik
untuk diri kita sendiri, keluarga kita, sesama bahkan terlebih untuk TUHAN ?.
Allah bukan hanya mengaruniakan umur panjang kepada umat-Nya yang hidup
berkenan kepada-Nya, tetapi ia juga mengaruniakan kebahagiaan untuk menikmati
buah-buah dari apa yang telah ia perbuat semasa hidupnya.
Seorang suami atau kepala keluarga yang mau hidup saleh di hadapan Allah,
maka keluarganya akan dikaruniakan kebahagiaan untuk menikmati
hasil jerih payah tangannya, istrinya akan menyukakan hati dan memberikan keriangan
dalam hidup mereka, anak-anaknya
dipermuliakan dan hidup berguna untuk TUHAN dan manusia, serta dikaruniai umur panjang dan kebahagiaan untuk menikmati hari-hari hidupnya
tersebut.
Bapak atau suami adalah kunci sukses dalam keluarga.
BalasHapusSetuju Bro... Thanx
Hapus