Add caption |
Oleh : Fredrik Dandel, ST
Pertama : Belajar untuk menghargai/ mengasihi pribadi kita;
Sebelum orang lain menghargai/ mengasihi kita, baiklah terlebih dahulu kita menghargai/ mengasihi diri kita sendiri. Pada dasarnya semua manusia, tanpa kecuali mempunyai kecenderungan untuk itu. Sekalipun kedengarannya gampang, tetapi pada kenyataanya, menghargai/ mengasihi diri kita sendiri merupakan suatu persoalan yang sangat serius dihadapi oleh umat manusia dari masa ke masa. Kasus narkoba, judi, miras dan sebagainya sampai kepada bunuh diri adalah suatu contoh dari sekian banyak contoh yang dapat kita temui di sekeliling kita. Percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal. 5 : 19 – 21 / Perbuatan Daging) juga adalah merupakan perbuatan-perbuatan yang merusak diri kita sendiri.
Mengapa kita harus menghargai/ mengasihi pribadi kita? Kej. 1: 26 & 27 : Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. I Kor. 6 : 19 & 20 : Tubuhmu adalah tempat kediaman Roh Kudus.
Kedua : Belajar untuk menghargai/ mengasihi sesama;
Sekiranya menghargai/ mengasihi diri sendiri merupakan suatu persoalan yang serius dihadapi oleh seorang umat, terlebih lagi untuk menghargai/ mengasihi sesama. Persoalan akan timbul ketika kita dengan sadar atau tidak sadar menyakiti sesama kita. Tetapi jika kita, oleh kuasa Roh Kudus telah mampu untuk dapat belajar mengasihi/ menghargai pribadi kita sendiri, maka tentunya kita juga akan dapat belajar untuk menghargai/ mengasihi sesama kita.
Manusia itu adalah mahkluk social, yang tidak dapat hidup tanpa orang lain”. Kej. 2 : 18 berkata : “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Maz. 133 : Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”
Mengasihi sesama berarti kita belajar untuk mengerti apa yang patut dan tidak patut kita perbuat kepada sesama kita. KOLOSE 3 : 8 – 10 berkata : Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.
Ketiga : Belajar untuk menghargai/ mengasihi Allah ;
Alkitab berkata bahwa Allah itu adalah Kasih. Karena kasih-Nya, Allah rela mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal, yaitu Kristus Yesus Tuhan pada saat kita masih hidup dalam kegelimpangan dosa. Memang Allah mengasihi orang berdosa, tetapi Allah sangat membenci dosa. Roma 6 : 23 berkata : “Sebab upah dosa adalah maut , tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal di dalam Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Mengasihi Allah berarti kita : menanggalkan dosa, setiap hari dengan firman Allah, menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Jika kita mau belajar untuk menghargai/ mengasihi Allah, maka dipastikan bahwa Allah akan lebih lagi mengasihi dan menyayangi kita.
Sekiranya kita rindu untuk mendapatkan kasih, maka baiklah kita belajar untuk mengasihi diri kita, mengasihi sesama kita serta mengasihi Allah Bapa kita. Niscaya harapan/ kerinduan kita akan menjadi kenyataan dalam hidup setiap hari. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita semua. Amin.
Matius 7 : 12
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Kehendak / kebutuhan manusia yang paling utama adalah untuk dicintai dan dikasihi. Persoalannya adalah bahwa kebutuhan tersebut akan menjadi sulit kita nikmati, kecuali jika diri kita dengan pertolongan Tuhan yang mau memulainya terlebih dahulu. Lewat bacaan firman Tuhan di atas, kita diajarkan beberapa hal untuk dapat menikmati kasih itu :
Pertama : Belajar untuk menghargai/ mengasihi pribadi kita;
Sebelum orang lain menghargai/ mengasihi kita, baiklah terlebih dahulu kita menghargai/ mengasihi diri kita sendiri. Pada dasarnya semua manusia, tanpa kecuali mempunyai kecenderungan untuk itu. Sekalipun kedengarannya gampang, tetapi pada kenyataanya, menghargai/ mengasihi diri kita sendiri merupakan suatu persoalan yang sangat serius dihadapi oleh umat manusia dari masa ke masa. Kasus narkoba, judi, miras dan sebagainya sampai kepada bunuh diri adalah suatu contoh dari sekian banyak contoh yang dapat kita temui di sekeliling kita. Percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal. 5 : 19 – 21 / Perbuatan Daging) juga adalah merupakan perbuatan-perbuatan yang merusak diri kita sendiri.
Mengapa kita harus menghargai/ mengasihi pribadi kita? Kej. 1: 26 & 27 : Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. I Kor. 6 : 19 & 20 : Tubuhmu adalah tempat kediaman Roh Kudus.
Kedua : Belajar untuk menghargai/ mengasihi sesama;
Sekiranya menghargai/ mengasihi diri sendiri merupakan suatu persoalan yang serius dihadapi oleh seorang umat, terlebih lagi untuk menghargai/ mengasihi sesama. Persoalan akan timbul ketika kita dengan sadar atau tidak sadar menyakiti sesama kita. Tetapi jika kita, oleh kuasa Roh Kudus telah mampu untuk dapat belajar mengasihi/ menghargai pribadi kita sendiri, maka tentunya kita juga akan dapat belajar untuk menghargai/ mengasihi sesama kita.
Manusia itu adalah mahkluk social, yang tidak dapat hidup tanpa orang lain”. Kej. 2 : 18 berkata : “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Maz. 133 : Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”
Mengasihi sesama berarti kita belajar untuk mengerti apa yang patut dan tidak patut kita perbuat kepada sesama kita. KOLOSE 3 : 8 – 10 berkata : Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.
Ketiga : Belajar untuk menghargai/ mengasihi Allah ;
Alkitab berkata bahwa Allah itu adalah Kasih. Karena kasih-Nya, Allah rela mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal, yaitu Kristus Yesus Tuhan pada saat kita masih hidup dalam kegelimpangan dosa. Memang Allah mengasihi orang berdosa, tetapi Allah sangat membenci dosa. Roma 6 : 23 berkata : “Sebab upah dosa adalah maut , tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal di dalam Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Mengasihi Allah berarti kita : menanggalkan dosa, setiap hari dengan firman Allah, menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Jika kita mau belajar untuk menghargai/ mengasihi Allah, maka dipastikan bahwa Allah akan lebih lagi mengasihi dan menyayangi kita.
Sekiranya kita rindu untuk mendapatkan kasih, maka baiklah kita belajar untuk mengasihi diri kita, mengasihi sesama kita serta mengasihi Allah Bapa kita. Niscaya harapan/ kerinduan kita akan menjadi kenyataan dalam hidup setiap hari. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar