Jumat, 30 Mei 2025

Pentingnya Roh Kudus Bagi Orang Percaya. Yohanes 14:15-31.

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, S.T, S.Th, M.Ag, M.Th.

Pendahuluan:

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Dalam kehidupan ini, kita semua pasti pernah mengalami perpisahan, entah karena jarak, perbedaan, atau kematian. Perpisahan seringkali menghadirkan rasa takut, cemas, bahkan hampa. Murid-murid Yesus pun menghadapi momen semacam itu. Mereka mendengar bahwa Sang Guru, yang selama ini berjalan bersama mereka, akan segera pergi. Mereka takut dan bingung. Tetapi Yesus, sebagai Gembala yang baik, tidak membiarkan mereka larut dalam kekhawatiran.

Dalam Yohanes 14, kita mendapati sebuah penghiburan yang agung. Yesus memberikan janji luar biasa bahwa meskipun Ia akan pergi secara fisik, Dia akan tetap hadir secara rohani melalui pribadi ketiga dari Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus. Roh Kudus bukan hanya pengganti Yesus, melainkan kehadiran Allah sendiri di tengah-tengah dan dalam diri umat-Nya. Janji ini bukan hanya untuk para murid di abad pertama, tetapi juga untuk kita semua yang percaya kepada-Nya hari ini.

Melalui bagian ini, kita akan belajar bahwa kehadiran Roh Kudus sangat penting bagi setiap orang percaya. Tanpa Dia, kita seperti anak yatim secara rohani — berjalan sendiri dan kehilangan arah. Tapi dengan Dia, kita diperlengkapi, dikuatkan, dan dituntun untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita membuka hati untuk memahami lebih dalam siapa Roh Kudus itu dan apa peran-Nya dalam hidup kita sebagai pengikut Kristus.

I. Roh Kudus Diberikan kepada Orang yang Mengasihi dan Menaati Kristus (ayat 15–17)

“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.” (Yoh. 14:15-16).

Yesus memulai dengan sebuah pernyataan yang sangat dalam: kasih kepada-Nya dinyatakan lewat ketaatan. Ini bukan kasih yang sekadar di bibir, melainkan yang nyata dalam hidup sehari-hari. Dan kepada orang yang demikian, Yesus menjanjikan seorang Penolong yang lain, yaitu Roh Kudus.

Kata “Penolong” (Yunani: Paraklētos) berarti seorang yang mendampingi, membela, menghibur, dan menolong. Roh Kudus bukan sekadar kekuatan, tetapi pribadi ilahi yang menyertai kita selama-lamanya.

Yesus menekankan bahwa dunia tidak dapat menerima Roh Kudus karena mereka tidak mengenal Dia. Tapi kita, sebagai orang percaya, bukan hanya mengenal-Nya, melainkan juga ditinggali oleh-Nya (bdk. 1 Korintus 6:19).

Roh Kudus bukan hanya penolong dari luar, tetapi kehadiran Tuhan yang tinggal di dalam hati orang percaya.

II. Roh Kudus Membawa Kehadiran Kristus dalam Hidup Kita (ayat 18–21)

“Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” (Yoh. 14:18)

Yesus tahu bahwa pra murid akan merasa kehilangan. Ia tahu betapa sulitnya menghadapi dunia tanpa pemimpin. Tapi Dia meyakinkan mereka: "Aku datang kembali kepadamu." Ini bukan hanya menunjuk pada kebangkitan, tapi lebih dalam — menunjuk pada kehadiran-Nya melalui Roh Kudus.

Roh Kudus adalah wujud nyata bahwa Yesus tidak meninggalkan kita sendirian. Di dalam Dia, kita tidak seperti anak yatim secara rohani. Kita tidak kehilangan arah. Kita tahu bahwa kita milik Yesus, dan Yesus hidup di dalam kita (Galatia 2:20).

Ayat 21 menegaskan bahwa siapa yang mengasihi dan menuruti perintah-Nya akan menerima pernyataan diri dari Yesus. Roh Kuduslah yang membuat kita mengalami kehadiran Kristus secara pribadi, bukan sekadar secara intelektual, tetapi secara nyata dan rohani.

III. Roh Kudus Mengajarkan dan Mengingatkan Firman Tuhan (ayat 25–26)

“Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh. 14:26).

Roh Kudus berpera penting dalam pemahaman kebenaran firman Tuhan. Ia adalah pengajar ilahi yang membawa kita masuk dalam kedalaman pengenalan akan Kristus. Ketika kita membaca Alkitab, bukan hanya pikiran kita yang bekerja, tetapi Roh Kudus yang menerangi hati dan pikiran kita (1 Korintus 2:10–12).

Bahkan saat kita lupa atau bingung, Roh Kudus mengingatkan kembali perkataan Kristus. Dalam pelayanan, penghiburan, atau keputusan hidup, Roh Kudus sering membawa kembali firman Tuhan yang dulu pernah kita dengar atau baca. Inilah pekerjaan-Nya yang terus aktif.

Itulah sebabnya penting bagi kita untuk membuka diri kepada pimpinan-Nya dan menyediakan ruang bagi firman Tuhan dalam hati kita (Mazmur 119:11). Karena Roh Kudus memakai firman yang tertanam dalam hati untuk mengajar dan menuntun kita.

IV. Roh Kudus Memberikan Damai Sejahtera dan Menuntun kepada Ketaatan (ayat 27–31)

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu… Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh. 14:27)

Dunia menawarkan damai yang bersifat sementara dan semu, tapi Yesus memberi damai yang melampaui pengertian (Filipi 4:7). Damai ini datang karena kehadiran Roh Kudus, Penolong yang selalu ada bersama kita.

Roh Kudus menguatkan hati kita saat menghadapi penderitaan, ketidakpastian, dan tekanan hidup. Saat kita merasa gentar, Dia mengingatkan janji-janji Tuhan. Dia bukan hanya membawa ketenangan, tetapi memberi keberanian untuk taat dan tetap setia, seperti teladan Yesus dalam ayat 31 yang berkata: “Supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku.”

Jadi, Roh Kudus membawa damai dan sekaligus menuntun kita kepada ketaatan sejati, bukan karena terpaksa, tetapi karena kasih kepada Tuhan.

Penutup :

Saudara yang terkasih,

Kita telah melihat bahwa Roh Kudus bukanlah konsep yang jauh dan abstrak. Ia adalah pribadi Allah yang tinggal di dalam kita, yang diberikan kepada mereka yang mengasihi dan menaati Kristus. Ia membawa kehadiran Yesus dalam hidup kita, mengajar dan mengingatkan kita akan firman-Nya, serta mencurahkan damai sejahtera surgawi yang tidak bisa diberikan oleh dunia. Tanpa Roh Kudus, kita akan mudah tersesat, lemah, dan goyah dalam iman kita.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk hidup dalam keintiman dengan Roh Kudus setiap hari. Dia bukan hanya untuk hari Minggu atau saat kita berdoa saja, tetapi Dia adalah Penolong yang setia setiap saat. Marilah kita membuka hati, mendengarkan suara-Nya, dan taat pada pimpinan-Nya. Jangan menolak-Nya, jangan padamkan pekerjaan-Nya, sebab hanya dalam penyertaan-Nya kita bisa bertahan dan bertumbuh dalam iman.

Akhirnya, marilah saat ini kita belajar untuk menginstopeksi diri kita : Apakah Roh Kudus sungguh hadir dan memimpin hidup kita? Apakah kita memberi-Nya tempat untuk bekerja dalam hati dan pikiran kita? Jika belum, mari kita berdoa agar Tuhan memperbarui hati kita. Jika sudah, marilah kita terus hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Sebab hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah hidup yang penuh damai, pengertian akan kebenaran, dan kekuatan untuk setia kepada Kristus sampai akhir.

Yesus Naik ke Sorga, Gereja Diutus. Kisah Para Rasul 1:6-11

 Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, S.T, S.Th, M.Ag, M.Th.

Pendahuluan:

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini kita memperingati satu peristiwa penting dalam sejarah iman kita, kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Momen ini sering dianggap sebagai “penutup” dari pelayanan Yesus di bumi, tetapi sesungguhnya, ini adalah awal dari karya besar Allah melalui gereja-Nya. Kenaikan bukan titik akhir, melainkan titik tolak.

Bayangkan perasaan para murid waktu itu. Mereka baru saja menyaksikan Yesus bangkit dari kematian. Harapan mereka kembali menyala. Lalu tiba-tiba, Yesus naik ke langit. Apakah ini akhir? Apakah mereka ditinggalkan? Tidak. Sebaliknya, kenaikan Kristus adalah deklarasi surgawi bahwa pekerjaan penebusan telah selesai, dan kini giliran gereja untuk melanjutkan misi-Nya di dunia.

Melalui Kisah Para Rasul 1:6–11, Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa tugas kita bukan hanya menunggu, tetapi melangkah. Bukan hanya mengagumi kemuliaan Kristus, tapi menjadi saksi-Nya. Hari ini, mari kita renungkan bagaimana kenaikan Kristus memanggil kita untuk hidup dalam kuasa, ketaatan, dan pengharapan. Mari kita gali bersama pesan besar ini dalam empat bagian utama.

I. Kesalahpahaman tentang Kerajaan Allah (Ayat 6)

“Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”

Murid-murid Yesus bertanya tentang pemulihan kerajaan Israel, karena mereka masih terjebak dalam pemikiran Mesias sebagai pemimpin politik. Dalam konteks sejarah mereka, harapan akan pemulihan Israel dari penjajahan Romawi sangat kuat. Namun, harapan ini terlalu sempit. Mereka membayangkan kerajaan fisik, bukan kerajaan rohani yang menjangkau seluruh bangsa. Ini menunjukkan bahwa bahkan setelah kebangkitan-Nya, para murid masih memerlukan pengertian baru tentang maksud Allah.

Yesus tidak menegur pertanyaan mereka secara langsung, tetapi Ia mengalihkannya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan sabar menghadapi keterbatasan pemahaman kita, tetapi Ia juga tidak akan membiarkan kita tinggal dalam pengertian yang salah. Sebab, Kerajaan Allah tidak dibangun oleh kekuatan militer atau strategi politik, tetapi melalui pertobatan dan penyebaran Injil. Seperti tertulis dalam Lukas 17:21, “Kerajaan Allah ada di antara kamu.”

Aplikasi bagi kita jelas: banyak orang Kristen hari ini pun lebih tertarik pada kemenangan duniawi daripada ketaatan rohani. Kita ingin Tuhan mengubah situasi kita, tapi sering mengabaikan panggilan untuk mengubah hati. Seperti murid-murid, kita perlu dibawa kembali kepada fokus utama Tuhan bahwa kerajaan-Nya datang ketika Injil diberitakan, bukan ketika ambisi kita terpenuhi.

II. Amanat Agung dan Kuasa dari Roh Kudus (Ayat 7–8)

“Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku...”

Yesus menjawab bahwa waktu dan masa adalah urusan Bapa, itu di luar tanggung jawab kita (ayat 7). Fokus murid seharusnya bukan pada spekulasi profetik, melainkan pada ketaatan misi. Banyak orang hari ini sibuk menebak “akhir zaman,” padahal panggilan Yesus bukan untuk menebak waktu, tetapi untuk menjadi saksi. Yesus mengalihkan fokus murid dari waktu ke tanggung jawab.

Ayat 8 menjadi inti dari seluruh kitab Kisah Para Rasul. Di sinilah kita menemukan pola penyebaran Injil: Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Ini bukan sekadar urutan geografis, tetapi mencerminkan panggilan global gereja. Perintah ini sejalan dengan Matius 28:19–20, yaitu “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Namun, Yesus juga tahu bahwa tugas ini terlalu besar jika hanya dilakukan dengan kekuatan manusia. Karena itu, Dia menjanjikan kuasa Roh Kudus.

Kuasa Roh bukan hanya untuk membuat kita merasa kuat, tapi agar kita mampu bersaksi. Banyak gereja rindu melihat mujizat, tapi lupa bahwa tujuan kuasa adalah untuk misi. 2 Timotius 1:7 mengatakan bahwa Allah memberikan Roh “bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Tanpa kuasa Roh, kita hanya menjadi institusi agama. Tapi dengan Roh, kita menjadi saksi yang hidup.

III. Kenaikan Yesus: Kristus yang Ditinggikan (Ayat 9)

“...terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.”

Peristiwa kenaikan Yesus bukan sekadar simbolik, tetapi nyata dan historis. Para murid menyaksikan secara langsung saat Yesus terangkat dan awan menutup-Nya. Dalam Alkitab, awan seringkali menjadi lambang kemuliaan Allah (Shekinah), seperti dalam Keluaran 13:21 atau Daniel 7:13. Ini menegaskan bahwa Yesus naik bukan sebagai penghilang yang kabur, tetapi sebagai Raja yang masuk ke dalam kemuliaan surgawi.

Kenaikan Yesus juga menegaskan posisi-Nya yang sekarang. Ia tidak lagi berjalan di antara kita secara fisik, tetapi Ia memerintah dari surga. Dalam Ibrani 1:3, dikatakan bahwa “Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi.” Ini berarti Kristus bukan hanya Juruselamat, tetapi juga Raja atas gereja dan dunia. Dari tempat-Nya di surga, Ia mengutus Roh Kudus dan memimpin gereja.

Bagi kita, kenaikan Yesus adalah sumber penghiburan dan kekuatan. Kita tidak mengikuti pemimpin yang sudah mati, tetapi Raja yang hidup dan bertahta. Ia tidak meninggalkan kita sendirian. Justru dengan naik-Nya, Ia memampukan kita untuk menjadi tubuh-Nya di bumi. Seperti tertulis dalam Efesus 1:20–23, Yesus adalah kepala atas segala sesuatu bagi jemaat-Nya.

IV. Janji Kedatangan Kembali dan Misi Gereja (Ayat 10–11)

“Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.”

Para murid masih berdiri menatap langit. Tapi malaikat datang dan berkata, “Mengapa kamu berdiri melihat ke langit?” Ini adalah teguran lembut tapi tegas: jangan hanya menatap, bergeraklah! Penantian akan Kristus bukan alasan untuk pasif. Janji bahwa Yesus akan kembali bukan untuk kita hitung waktunya, tapi untuk kita jalani misi-Nya dengan setia.

Yesus akan datang kembali, itu pasti. Wahyu 1:7 berkata, “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” Tapi sementara itu, kita hidup dalam masa “tengah” antara kenaikan dan kedatangan. Di masa inilah gereja harus hidup dengan iman, melayani dengan kasih, dan bersaksi dengan kuasa. Kita dipanggil bukan hanya untuk menanti, tapi untuk bekerja.

Tugas gereja di zaman ini bukan menonton langit, melainkan menjangkau dunia. Kita adalah umat yang menanti sambil bekerja. 1 Korintus 15:58 mengingatkan kita: “Karena itu, tetaplah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan.” Jangan hanya menjadi penonton sejarah, jadilah pelaku rencana Allah. Jangan hanya menanti langit terbuka, bawalah Injil ke dunia yang gelap.

Penutup:

Saudara-saudari, dari Kisah Para Rasul 1:6–11 kita belajar bahwa kenaikan Yesus bukanlah akhir dari karya-Nya, melainkan permulaan dari misi kita sebagai gereja-Nya. Yesus tidak naik ke surga untuk menjauh dari kita, tetapi untuk memimpin kita dari surga dengan kuasa-Nya melalui Roh Kudus. Ia memanggil kita bukan hanya untuk menantikan kedatangan-Nya kembali, tetapi untuk mengisi waktu penantian itu dengan kesaksian, pelayanan, dan ketaatan.

Hari ini kita diingatkan agar tidak menjadi orang-orang yang hanya berdiri memandang langit, melainkan menjadi murid-murid yang melangkah turun ke dunia, membawa kabar baik kepada semua orang. Kristus sudah memberikan kuasa-Nya, pesan-Nya, dan janji-Nya—sekarang Dia menantikan ketaatan kita.

Maka mari kita bertanya dengan jujur: Apakah saya hanya seorang pengagum Kristus yang pasif, atau saya sudah menjadi saksi Kristus yang aktif? Hari ini, saat kita memperingati kenaikan-Nya, mari kita perbarui komitmen kita. Yesus telah naik, dan kini Dia mengutus kita. Bersediakah engkau menjawab panggilan-Nya?

Rabu, 14 Mei 2025

KETIKA HATI ENGGAN MENDENGAR

Oleh : Fredrik Dandel

Ia menyebut diri sebagai jiwa yang setia,
Lidahnya fasih menyebut nama Ilahi,
Namun tiap kali cahaya mulai menyapa,
Langkahnya justru menjauh dengan diam-diam.
 
Pekerjaan Tuhan mengetuk lembut di dada,
Namun ia sibuk menata alibi dunia,
"Aku Tidak Lagi," katanya dalam bisu yang nyata,
Padahal kesempatan itu pilihan mereka.
 
Lalu, saat kebenaran tak lagi mengundang,
Ia merasa tersolimi, merasa terbuang,
Bukan karena tak mengerti arah terang,
Tapi karena ia memilih jalan yang berliku... dan kosong.
 
Dan di ujung sepi, ia bertanya lirih,
"Kenapa aku yang harus terluka dan tersisih ?"
Padahal luka dan derita itu bukan pemberian Ilahi,
Tapi cermin dari hati yang tahu, tapi tak mau mengerti.

Selasa, 06 Mei 2025

BAYANG DI BALIK JUBAH

FD-Ondong, 24042025

 

Berbalut jubah, berseru nama Ilahi,

Langkahnya teduh, tutur pun berseri,

Namun di balik bening rupa dan janji,

Terselip niat yang tak sepenuhnya suci.

 

Ia berjalan sambil menatap sekitar,

Mencari celah di tiap saudara,

Bukan untuk membimbing yang tersasar,

Namun menyulam kisah tuk dunia mendengarnya.

 

Katanya sayang, katanya peduli,

Tapi aib pun dijadikan cerita,

Lembut bahasanya, halus senyumnya,

Tapi menusuk di saat yang tak disangka.

 

Wahai jiwa yang meniti jalan kebenaran,

Pernahkah engkau bercermin diam-diam?

Di balik nasihat yang tampak bijaksana,

Ada bayang dirimu yang tak kalah kelam.

 

Tuhan tak hanya dengar lantunan lisan,

Namun menakar jernihnya niat dan perbuatan,

Sebelum engkau membersihkan cela di luar,

Tidakkah hendak kau lap debu di dalam?