Nats Matius 28:1–10.
Kebangkitan Yesus
28:1 Setelah hari Sabat lewat,
menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria
Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
28:2 Maka terjadilah gempa
bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke
batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.
28:3 Wajahnya bagaikan kilat
dan pakaiannya putih bagaikan salju.
28:4 Dan penjaga-penjaga itu
gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.
28:5 Akan tetapi malaikat itu
berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku
tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.
28:6 Ia tidak ada di sini,
sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah
tempat Ia berbaring.
28:7 Dan segeralah pergi dan
katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang
mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia.
Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."
28:8 Mereka segera pergi dari
kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat
untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa
dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan
memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
28:10 Maka kata Yesus kepada mereka:
"Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya
mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."
Gambaran Umum Kitab Matius
1. Penulis
Tradisi gereja mula-mula secara konsisten
menyatakan bahwa penulis Injil ini adalah Matius, seorang mantan pemungut cukai
(Matius 9:9), yang juga dikenal sebagai Lewi. Ia adalah salah satu dari dua
belas rasul Yesus. Sebagai pemungut cukai, Matius kemungkinan besar terpelajar,
terlatih dalam menulis, dan terbiasa mencatat secara sistematis. Ia memiliki
latar belakang Yahudi namun terbuka terhadap pengaruh Romawi, sehingga dapat
menjembatani kedua budaya dalam tulisannya.
2. Tahun Penulisan
Kebanyakan sarjana konservatif memperkirakan
Injil Matius ditulis antara tahun 60–70 M, sebelum kehancuran Bait Allah di
Yerusalem (tahun 70 M), karena tidak disebutkan secara eksplisit. Namun,
beberapa pandangan liberal menempatkan penulisan setelah tahun 70 M. Ditulis
dalam konteks awal gereja yang sedang bertumbuh namun menghadapi penolakan dari
kalangan Yahudi.
3. Keadaan Ekonomi, Sosial, Politik, dan Agama
Ekonomi: Rakyat Yahudi umumnya hidup dalam
kondisi ekonomi sulit karena penjajahan Romawi. Pajak tinggi diberlakukan oleh
pemerintah Romawi dan para pemungut cukai sering dianggap kolaborator yang
menindas.
Sosial: Masyarakat terpecah secara sosial:
antara orang Yahudi yang taat hukum Taurat, kelompok Farisi, Saduki, Esseni,
Zelot, dan kelompok marginal seperti orang berdosa, pemungut cukai, wanita, dan
orang bukan Yahudi. Ada ketegangan antara orang Yahudi dan orang Samaria, serta
diskriminasi terhadap orang bukan Yahudi (bangsa-bangsa lain).
Politik: Palestina berada di bawah kekuasaan
Kekaisaran Romawi. Raja Herodes dan para penguasa lokal (seperti Pilatus)
bertindak sebagai perpanjangan tangan Roma. Ada banyak ketegangan antara
keinginan orang Yahudi akan kebebasan (Mesias politik) dan kekuasaan Roma.
Agama: Agama Yahudi sangat dipengaruhi oleh
hukum Taurat, dengan dominasi para Farisi dan Saduki dalam kehidupan keagamaan.
Harapan akan datangnya Mesias sangat kuat, namun disalahpahami sebagai sosok
pembebas politik, bukan juru selamat rohani. Sistem Bait Allah sangat sentral,
dan banyak praktik keagamaan telah menjadi ritual kosong.
4. Tujuan Penulisan
Injil Matius memiliki beberapa tujuan utama:
a.
Menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang Dijanjikan. Matius menekankan
bahwa kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus adalah penggenapan nubuat
dalam Perjanjian Lama. Frasa “hal itu terjadi supaya genaplah...” muncul
berulang kali (lihat Matius 1:22; 2:15; 2:17; dst).
b.
Meyakinkan orang Yahudi bahwa Yesus adalah Raja dan Anak Daud. Silsilah
dalam pasal 1 dimulai dari Abraham dan Daud, menunjukkan kesinambungan kerajaan
Israel menuju Mesias. Tema “Kerajaan Sorga” menjadi sangat menonjol.
c.
Mengajar jemaat awal tentang hidup sebagai murid Kristus. Lewat
ajaran-ajaran seperti Khotbah di Bukit (pasal 5–7), Matius menekankan etika
Kerajaan Sorga dan kehidupan rohani yang sejati. Injil ini menjadi semacam buku
pengajaran (katekese) bagi komunitas Kristen awal.
d.
Menunjukkan bahwa Injil juga untuk semua bangsa. Meski fokusnya Yahudi,
Matius juga menyatakan bahwa Injil ini untuk segala bangsa (lih. Matius
28:19–20 – Amanat Agung). Orang-orang non-Yahudi seperti perempuan kafir (dalam
silsilah) dan perwira Romawi disorot sebagai contoh iman.
Struktur Matius 28:1–10.
I. Kunjungan Ke Kubur dan Keajaiban Ilahi (ay.
1–4)
28:1 Setelah hari Sabat lewat,
menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria
Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
28:2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab
seorang malaikat
Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk
di atasnya.
28:3 Wajahnya bagaikan kilat
dan pakaiannya putih bagaikan salju.
28:4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.
II. Pengumuman Kebangkitan Oleh Malaikat (ay.
5–7)
28:5 Akan tetapi malaikat itu
berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.
28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah
tempat Ia berbaring.
28:7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati.
Ia
mendahului kamu ke Galilea; di
sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya
kepadamu."
III. Respon Para Perempuan Ketika Mendengar
Kabar Kebangkitan Yesus (ay. 8)
28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan
dengan
sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
IV. Perjumpaan Pribadi Dengan Yesus Yang Bangkit
(ay. 9)
28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.
V. Pesan Yesus Kepada Perempuan-Perempuan Itu (ay.
10)
28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di
sanalah mereka akan melihat
Aku."
Khotbah Ekspository – Matius 28:1–10
Tema: Kemenangan Kristus Memberi
Harapan Baru
Pendahuluan:
Kematian sering dipandang sebagai akhir dari
segala sesuatu. Namun, melalui kebangkitan Yesus Kristus, kita belajar bahwa di
dalam Allah, akhir bukanlah kehancuran melainkan permulaan hidup yang baru.
Mazmur 30:5 mengingatkan, "sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi
terdengar sorak-sorai." Demikian pula, melalui Matius 28:1–10, kita
diperlihatkan bagaimana kemenangan Kristus mengubah kesedihan menjadi sukacita
dan membawa harapan baru kepada umat-Nya.
Poin 1: Kuasa Allah Mengguncang Dunia (ayat 1–4)
Pada pagi pertama setelah Sabat, Maria Magdalena
dan Maria yang lain pergi ke kubur Yesus. Apa yang mereka temui bukanlah
suasana tenang, melainkan kegemparan yang besar. Terjadi gempa bumi yang
dahsyat, sebuah tanda intervensi langsung dari Allah. Seorang malaikat Tuhan
turun dari langit, menggulingkan batu besar dari pintu kubur, lalu duduk di
atasnya. Ini adalah gambaran bagaimana Allah sendiri membuka jalan bagi
kemenangan Kristus atas kematian.
Wajah malaikat itu bagaikan kilat dan pakaiannya
putih seperti salju, memperlihatkan kemuliaan surgawi yang tidak dapat
ditandingi oleh kekuatan dunia. Para penjaga yang ditempatkan untuk mengamankan
kubur menjadi gemetar ketakutan dan seolah-olah mati. Mereka yang seharusnya
menjaga kematian justru tidak berdaya di hadapan kuasa hidup yang lebih besar.
Peristiwa ini menggambarkan bahwa tidak ada kuasa manusia, bahkan tidak ada
kekuatan duniawi, yang dapat menahan rencana keselamatan Allah.
Peristiwa ini mengingatkan kita pada Habakuk
3:6, "Ia berdiri, maka bumi bergoyang; Ia melihat, maka bangsa-bangsa
gemetar." Kuasa Allah yang mengguncang bumi di pagi itu adalah tanda bahwa
kemenangan Yesus adalah karya ilahi, bukan ciptaan manusia. Dunia diguncang
bukan oleh kekuatan politik atau militer, tetapi oleh kuasa kebangkitan yang
berasal dari Allah sendiri.
Poin 2: Kebangkitan Kristus Adalah Janji yang
Digenapi (ayat 5–7)
Malaikat yang muncul itu menenangkan para
perempuan yang ketakutan dengan kata-kata penuh penghiburan: "Jangan
takut." Lalu ia menyampaikan kabar besar: Yesus yang disalibkan itu tidak
ada di kubur karena Ia telah bangkit. Berita ini bukanlah sesuatu yang baru
atau mengejutkan bagi mereka yang mendengarkan ajaran Yesus, sebab Ia sendiri
telah berulang kali menubuatkan kebangkitan-Nya (lihat Matius 16:21).
Dalam perintah malaikat untuk melihat kubur yang
kosong dan menyampaikan berita itu kepada murid-murid, kita melihat penggenapan
janji ilahi. Kebangkitan Yesus adalah bukti bahwa semua perkataan-Nya adalah
benar dan dapat dipercaya. 2 Korintus 1:20 berkata, "Sebab Kristus adalah
'ya' bagi semua janji Allah," menunjukkan bahwa dalam Kristus, seluruh
rencana keselamatan Allah mencapai puncaknya.
Kebangkitan Yesus bukan hanya membuktikan
kuasa-Nya atas maut, tetapi juga menguatkan iman kita bahwa janji-janji Allah
tidak pernah gagal. Apa yang telah dijanjikan Allah dari zaman dahulu tergenapi
dalam Kristus. Kubur kosong itu bukan hanya tanda kemenangan, tetapi juga
meterai kesetiaan Allah atas segala firman-Nya.
Poin 3: Respon yang Benar: Takut dan Sukacita
(ayat 8)
Setelah menerima kabar dari malaikat, para
perempuan itu segera meninggalkan kubur dengan takut dan sukacita yang besar.
Ketakutan mereka bukanlah rasa takut yang menghancurkan, melainkan rasa hormat
dan kekaguman terhadap kuasa ilahi yang baru saja mereka saksikan. Mereka
menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan sesuatu yang sepenuhnya di luar
jangkauan pengalaman manusia biasa.
Sukacita yang besar meliputi hati mereka, sebab
berita tentang kebangkitan Yesus adalah berita tentang kehidupan dan
pengharapan yang baru. Kematian bukan lagi akhir, melainkan awal. Seperti yang
dinyatakan dalam 1 Petrus 1:8, "kamu bergembira karena sukacita yang mulia
dan yang tidak terkatakan," demikian pula sukacita para perempuan ini
meluap dalam ketaatan mereka untuk segera membawa berita itu kepada para murid.
Kombinasi rasa takut yang kudus dan sukacita
besar ini memperlihatkan respons yang tepat ketika seseorang berjumpa dengan
karya keselamatan Allah. Ini bukan ketakutan yang menjauhkan, melainkan yang
membawa mereka semakin dekat kepada misi yang Tuhan percayakan, yakni menjadi
saksi tentang kebangkitan Kristus yang hidup.
Poin 4: Perjumpaan Pribadi dengan Kristus yang
Bangkit (ayat 9–10)
Dalam perjalanan mereka untuk memberitakan
berita itu, tiba-tiba Yesus sendiri menjumpai mereka. Ia menyapa mereka dengan
kata-kata sederhana namun penuh kasih: "Salam bagimu." Ini adalah
perjumpaan pribadi yang mengukuhkan pengalaman iman mereka, bukan hanya
berdasarkan kesaksian malaikat, tetapi sekarang dari Yesus yang bangkit itu
sendiri. Sentuhan pribadi ini menjadi penguatan terbesar bagi iman mereka.
Para perempuan itu segera mendekati Yesus,
memeluk kaki-Nya, dan menyembah-Nya. Penyembahan mereka menunjukkan bahwa
mereka mengenali siapa Yesus sebenarnya: Tuhan yang hidup, Raja yang berkuasa
atas maut. Ini sejalan dengan penyembahan yang digambarkan dalam Wahyu 5:12,
"Anak Domba yang disembelih itu layak menerima kuasa, kekayaan, hikmat,
kekuatan, hormat, kemuliaan, dan puji-pujian." Dalam penyembahan mereka,
kita melihat pengakuan bahwa Yesus adalah pusat segala hormat dan kemuliaan.
Yesus lalu menguatkan mereka lagi dengan
kata-kata, "Jangan takut," dan memberikan mereka tugas untuk pergi
dan menyampaikan kabar itu kepada para saudara-Nya. Dalam pertemuan pribadi
dengan Kristus yang bangkit ini, para perempuan menerima misi ilahi — bukan
hanya untuk mengetahui kabar itu, tetapi untuk menjadi pembawa kabar kepada
orang lain. Dengan demikian, perjumpaan pribadi dengan Kristus selalu
melahirkan penyembahan dan pengutusan.
Penutup:
Matius 28:1–10 mengajarkan kita bahwa kemenangan
Kristus atas kematian bukan hanya peristiwa historis, melainkan fondasi dari
harapan kekal kita. Seperti disaksikan dalam Mazmur 16:11, "di hadapan-Mu
ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa,"
maka orang percaya pun dapat hidup dalam sukacita dan keyakinan penuh.
Kemenangan Kristus telah menjadi kemenangan kita.