Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh
(Mahasiswa Magister Teologi Sekolah Tinggi Teologi Rumah Murid Kristus - Bitung)
Teologi proper adalah studi tentang Allah dan sifat-sifat-Nya. Teologi proper memberi kita pemahaman tentang siapa Allah dan apa yang Dia lakukan. Memang sungguh mustahil bagi kita untuk memahami Allah secara sempurna, dengan pengetahuan kita. Namun demikian kita dapat mendiskripsikan Allah berdasarkan Alkitab. Alkitab menjelaskan kepada kita hal-hal yang penting dalam menjawab berbagai pertanyaan, apakah Allah ada, bagaimana sifat-sifat Allah, siapa nama Allah, serta bagaimana memahami hakikat Allah Tritunggal.Dalam tulisan pertama ini, penulis membahas tentang Keberadaan Allah untuk menjawab suatu isu penting tentang Apakah Allah ada ? serta bagaimana sifat-sifat Allah ?.
ALLAH ADA
Apakah Allah benar-benar ada? Pertanyaan ini, menjadi suatu pertanyaan yang sangat menggelitik, suatu pertanyaan yang sesungguhnya dapat dijawab dengan mudah, namun seringkali menjadi pertanyaan yang selalu berulang dari masa ke masa, mengingat didapati adanya manusia sebagai ciptaan Allah yang tidak mempercayai bahwa Allah benar-benar ada. Raja Daud mengatakan bahwa hanya orang bodoh yang berkata di dalam hatinya, “tidak ada Allah” (Mzm. 14:1). Golongan yang menyangkal keberadaan Allah disebut sebagai Atheis. Atheis sebenarnya terbagi atas dua, yaitu atheis teoritis dan atheis praktis. Atheis teoritis menyangkal keberadaan Allah dengan menggunakan argumentasi-argumentasi rasional. Sedangkan atheis praktis, menyangkal keberadaan Allah di dalam praktek hidup mereka. Umumnya mereka hidup seolah-olah tidak ada Allah. (band. Maz. 10:4; 14:1; Ef. 2:12).
Sebagai tameng terhadap serangan dari pihak atheis ini, maka ada pihak yang mau membuktikan keberadaan dengan menggunakan argumentasi-argumentasi rasional, diantaranya :
a. Argumentasi Kosmologis (sebab akibat) ;
- Allah mengenal diri-Nya sendiri secara sempurna. Tidak ada mahkluk ciptaan yang mengenal dirinya sendiri secara menyeluruh dan sempurna seperti itu.
- Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus saling mengenal secara sempurna. Yesus mengatakan, “………….. tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat. 11:27). Paulus menulis, “………… tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” (I Kor. 2:11; dan lihat juga Roma 8:27).
- Allah mengetahui hal-hal yang benar-benar ada. (Maz. 147:4, Mat. 10:29, Maz. 33:11-15, Ams. 5:21, Kel. 3:7, dll). Satu hal yang Allah tidak tahu, bahwa Allah tidak tahu Allah lain selain Dia sendiri.
- Allah mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi. Contoh : Allah tahu sebelumnya bahwa Kehila akan melaporkan tempat tinggal Daud kepada Saul bila Daud tetap saja mendekam di kawasan tersebut (I Sam. 23:11-12).
- Allah mengetahui masa depan. Allah telah mengetahui masa depan, sebelum hal itu terjadi. (Yes. 46:9-10, Daniel 2 dan 7; Mat. 24,25; Kis. 15:18).
b. Sifat Moral
Sifat-sifat
moral adalah sifat-sifat yang mengandung unsur moral dalam hakikat ilahi.
Sifat-sifat tersebut, yakni Kudus, Benar dan Adil, Baik,
Kasih, Murah Hati dan Setia.
1)
Allah
adalah Kudus
Kekudusan merupakan sifat Allah yang paling utama dari
sifat-sifat Allah yang lain. Pada zaman Perjanjian Lama, Allah menghendaki
diri-Nya dikenal sebagai Allah yang kudus. (Im. 11:44-45; Yos. 24:19; I Sam.
6:20; Mzm. 22:4; Yes. 40:25; Yeh. 39:7; Hab. 1:12).
Meskipun dalam Perjanjian Baru, kekudusan Allah tidak
disebutkan sesering dalam Perjanjian Lama, namun sifat ini juga dinyatakan
(Yoh. 17:11; Ibr. 12:10; I Pet. 1:15-16; Why. 4:8)
Tiga hal penting yang harus kita pelajari dari Kekudusan
Allah yaitu :
a) Allah
tidak dapat bersekutu dengan orang berdosa. Ada suatu jurang pemisah antara
Allah yang kudus itu dengan manusia yang berdosa. (Yes. 59:1-2; Hab. 1:13). Itulah
sebabnya ketika manusia jatuh ke dalam dosa, maka Allah mengusir manusia dari
Taman Eden.
b) Karena
Allah adalah kudus, maka Ia menghendaki umat-Nya yang menghampiri-Nya juga
kudus. Manusia yang telah berdosa dapat kembali kepada Allah melalui penebusan
dan pendamaian dalam Darah Yesus. Apa yang dituntut oleh kekudusan Allah
telah disediakan oleh kasih Allah yang
menyelamatkan. (Roma 5:6-8; Ef. 2:1-9; I Pet. 3:18).
c) Kita harus menghampiri Allah “dengan hormat dan takut”. (Ibr. 12:28).
2) Allah
Benar dan Adil
Kebenaran dan keadilan Allah merupakan unsur kekudusan Allah yang Nampak di dalam cara Allah menghadapi manusia ciptaan-Nya. (II Taw. 12:6; Ezr. 9:15; Neh. 9:33; Yes. 45:21; Dan. 9:14; Yoh. 17:25; II Tim. 4:8; Why. 16:5). Hukum Taurat, khususnya Dasa Titah, mengungkapkan kehendak dan keadilan Allah. Hukum itu menuntut ketaatan dan menghukum pelanggaran. Dalam keadilan-Nya, Allah tidak terpisah dengan pengadilan-Nya dan memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
3) Allah
itu Baik.
Kebaikan Allah mencakup semua sifat Allah yang sesuai dengan
gambaran kita tentang seseorang yang sempurna. Kebaikan Allah meliputi
sifat-sifat seperti kekudusan-Nya, keadilan-Nya, kebenaran-Nya, kasih-Nya,
kemurahan-Nya, belas kasihan-Nya dan anugerah-Nya.
Kebaikan Allah berkaitan dengan keempat sifat yang
disebutkan paling akhir.
a) Kasih
Allah. Kasih Allah merupakan kesempurnaan dari tabiat Allah yang selalu
mendorong Allah untuk menyatakan diri-Nya. Alkitab banyak kali memberi
kesaksian bahwa Allah itu kasih. (II Kor. 13:11; I Yoh. 4:8, 16; Yoh. 3:16; Ef.
2:4).
b) Kemurahan
Allah. Kemurahan Allah dinyatakan dalam perhatian-Nya terhadap kesejahteraan
mahkluk-mahkluk ciptaan-Nya serta senantiasa menyediakan apa yang diperlukan
oleh mereka sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing (Ay. 39:3; Mzm.
104:21; 145:15; Mat. 6:26). Kemurahan Allah berlaku atas semua orang, baik
orang yang percaya maupun orang yang tidak percaya. (Mat. 5:45; band. Kis.
14:17).
c) Belas
kasihan Allah. Belas kasihan Allah merupakan kebaikan-Nya yang dinyatakan
kepada orang-orang yang berada di dalam penderitaan atau kesukaran. Allah
disebut sebagai “kaya dengan rahmat” (Ef. 2:4), “Tuhan maha penyayang dan penuh
belas kasihan” (Yak. 5:11), dan memiliki rahmat yang besar (I Pet. 1:3).
d) Anugerah
Allah. Anugerah atau kasih karunia Allah merupakan kebaikan Allah yang
ditunjukkan kepada orang-orang yang sebenarnya tidak layak menerima kebaikan
itu. (Ef. 1:6; Ef. 2:7: I Pet. 5:12).
c. Sifat Dalam Kebesaran-Nya / Keberadaan-Nya.
Sifat
Allah dalam kebesaran-Nya / Keberadaan-Nya, yakni Allah sebagai Roh, Allah
sebagai Pribadi, Ia adalah Allah yang hidup dan Allah Itu Esa.
1)
Allah Sebagai Roh
Allah bukanlah sesuatu yang
bersifat fisik. Yesus sendiri bersabda bahwa, “Allah adalah Roh” (Yoh. 4:24).
Roh itu nyata tetapi tidak memiliki tubuh fisik seperti kita. Gambaran-gambaran
dalam Alkitab bahwa Allah seperti mempunyai tangan, mata, dan sebagainya adalah
merupakan bentuk theophani (penampakan diri Allah yang bersifat sementara,
band. Luk. 24:39).
Karena Allah adalah roh, maka Ia
tidak terikat pada tempat (Yoh. 4:21, Kis. 17:24). Salah satu sifat Allah yang
tak terbatas, hanya memungkinkan jika Ia adalah
Roh adanya. Karena Allah adalah roh, maka Ia harus disembah dalam roh,
yang tidak dibatasi oleh tempat, bentuk atau batasan-batasan yang lain, dan
dalam kebenaran sebagaimana dibedakan dari pengertian-pengertian yang palsu dan
pengajaran-pengajaran yang salah. Doktrin Alkitab tentang Allah sebagai roh
sekaligus merupakan bantahan terhadap praktek-praktek pemujaan berhala / alam
(sebagai roh, maka Allah tidak dapat digambarkan dengan objek-objek yang dapat
dilihat secara fisik).
2) Allah Sebagai Pribadi
Allah tidak
kelihatan, tetapi Dia bukanlah uap atau kekuatan yang tidak berpribadi. Allah
adalah Roh yang berpribadi. Sebagai pribadi, maka Allah mempunyai perasaan,
kehendak, kesadaran, dapat memilih ataupun berhubungan dengan pribadi yang lain
(manusia).
Alkitab dengan
tegas mengajarkan bahwa Allah adalah suatu pribadi, yakni Allah mempunyai nama
(Yahweh, Elohim, dll), sebagai pribadi Allah berpikir, merasakan dan
melaksanakan aktifitas-Nya sendiri. Pemazmur mengemukakan, “…… Dia melakukan
apa yang dikehendaki-Nya:. (Maz. 115:3). Dia merasa senang, susah, dan marah
ketika melihat umat-Nya. Pemazmur berkata : “Allah adalah Hakim yang adil dan
murka setiap saat”. (Maz. 7:21). Kisah dalam penciptaan manusia bersaksi
tentang kepribadian Allah. Allah menciptakan dalam citra-Nya sendiri. Allah
tanpa kepribadian tidak akan mampu menciptakan manusia.
Hidup adalah keberadaan Allah sendiri. Hidup Allah tidaklah
berasal dari luar diri-Nya, melainkan dari dalam diri-Nya sendiri. Yesus
berbicara tentang Allah Bapa yang mempunyai hidup dalam diri-Nya (Yohanes 5:26).
Sebelum segala sesuatu ada, Allah telah ada, Allah telah hidup. Bahkan semua
yang telah ada di dalam dunia ini menjadi memungkinkan untuk hidup karena
berasal dari Allah yang hidup. Rasul Paulus menjelaskan, “…….. yang memberikan
hidup kepada segala sesuatu ….”. (I Tim. 6:13). Tidak ada makhluk yang hidup
dari dirinya sendiri, seluruh kehidupan adalah karena karunia Allah.
Kehidupan fisik diteruskan dari Adam kepada kita. Namun Adam
yang terakhir, yaitu Yesus Kristus, adalah “……. Roh yang menghidupkan….. Dia
yang berasal dari Sorga:. (I Kor. 15:45, 48). Saat kedatangan-Nya yang pertama
kali ke dalam dunia, Kristus mati untuk kita dan kemudian dibangkitkan dari
kematian. Kebangkitan itulah yang membuktikan bahwa Ia hidup, dan kehidupan-Nya
adalah Kekal untuk selama-lamanya. Itulah sebabnya, kita yang berada di dalam
Yesus Kristus diberikan kehidupan yang kekal itu. “…….. telah mematahkan kuasa
maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa:. (2 Tim. 1:10).
4)
Allah Itu Esa.
Keesaan Allah adalah suatu kebenaran yang mutlak, yang tidak
perlu lagi dibantah. Dari awal hingga sampai akhirnya. Alkitab mengajarkan
bahwa hanya ada satu Allah. “Dengarlah, hai orang Israel : Tuhan itu Allah
kita, Tuhan itu Esa !”. (Ul. 67:4). “Akulah Tuhan, allahmu, …… jangan ada
padamu allah lain di hadapan-Ku”. (Kel. 20:2, 3). “Sebelum Aku tidak ada Allah
dibentuk, dan sesudah Aku tidak aka nada lagi.” (Yes. 43:10).
Perjanjian Baru juga menegaskan hal
yang sama. “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja?
Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
(Yak. 2:19). “Karena
Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”. (I Tim. 2:5).
Penutup
Dari penjelasan
sebagaimana diuraikan diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa Roma 11:33
barangkali merupakan ayat ringkasan yang baik untuk menjelaskan teologi proper :
"Oh, alangkah dalamnya kekayaan dan kebijaksanaan dan pengetahuan Allah!
Betapa tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan tidak terduga
jalan-jalan-Nya!
DAFTAR
PUSTAKA
- Daniel Sampeliling (1995). Doktrin Tentang Allah. Diktat Sekolah Pekerja Kristus. Pengurus Daerah Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia. Ambon.
- Departemen Teologi Gereja Bethel Indonesia. (2011). Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia : Cetakan Kelima. Penerbit Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia. Jakarta.
- French L. Arrington. (2015). Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. ANDI.
- Henry C. Tiessen. (2020). Teologi Sistematika: Vol. Kesepuluh (Vernon D. Doerksen, Ed.). Penerbit Gandum Mas.
- Hizkia Elfran Mawey, SE, M.Th. (2019). Pribadi Allah. Materi Kuliah STT RMK. Bitung.