Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)
Untuk
mencapai suatu tujuan, harap, damba atau cita-cita, kita tentunya memerlukan
keteguhan hati dalam berjuang. Tidak ada sesuatu yang dapat kita capai tanpa
perjuangan tentunya, dan dalam perjuangan itu, kita membutuhkan semangat atau Mental
Yang Kuat. Jika disandingkan dengan defenisi Iman dalam Ibrani 11 : 1 maka
Mental Yang Kuat itu merupakan iman.
Kisah dalam
Bil. 13 : 25 – 33 yang merupakan ayat bacaan kita ini, mengkisahkan tentang 10
orang pengintai yang dipilih oleh Musa berdasarkan perintah Tuhan kepadanya,
untuk memata-matai tanah Kanaan, suatu negeri yang dijanjikan Allah kepada
Abraham dan keturunannya untuk dimiliki (Tanah Perjanjian). Namun ke-10
pengintai yang telah melaksanakan tugas mereka tersebut ternyata memilki suatu
pandangan yang terbagi 2, antara yang Optimis Dapat Memenangkan Negeri Kanaan,
dan yang Pesimis Akan Kemenangan Tersebut.
Mari kita
periksa kisah ini secara lebih detil, tentang Apa Tujuan Sebenarnya dari Misi
ke-10 Pengintai ini, Bagaimana Seharusnya Mereka Bersikap, dan Apa Konsekuensi
dari Sikap / Laporan Mereka Tersebut ?
I. Tujuan Misi Pengintai ke Tanah Kanaan.
Sebenarnya
bangsa Israel, termasuk ke-10 orang pengintai yang semuanya adalah
kepala-kepala di antara orang Israel (ay.3-16) menyadari bahwa tujuan daripada tugas
yang dipercayakan kepada mereka hanyalah supaya mereka mengetahui cara /
strategi tentara Israel dalam menyerang dan menduduki tanah Kanaan yang sudah diserahkan
oleh Tuhan kepada mereka.
Mari kita perhatikan ayat 18 – 20, yang merupakan misi pengintaian itu, yang terbagi atas 2 bagian :
- Bagaimana keadaan negeri itu : apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak, apakah mereka diam di tempat-tempat yang terbuka atau ditempat-tempat yang berkubu; (persoalan jumlah, kekuatan dan perlindungan).
- Apakah negeri itu baik atau buruk, apakah tanah mereka gemuk atau kurus, apakah ada pohon-pohonan atau tidak; (persoalan hasil bumi / kemakmuran).
Jika kita
perhatikan dengan seksama pada ayat yang ke 2a, sesungguhnya tanah Kanaan itu
telah Allah berikan kepada mereka. “Suruhlah beberapa orang mengintai tanah
Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; …”. Ayat ini merupakan
penegasan Janji Allah kepada Abraham (Kej. 15:18); Negeri itu merupakan tanah
yang dijanjikan Allah, kalau Allah sudah berjanji memberikannya, maka Ia
sendirilah yang pasti akan menggenapinya. 2 Petrus 3 : 9a : ”Tuhan
tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai
kelalaian, …..”
Dalam hal
ini, jika ke-10 Pengintai yang adalah pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel ini,
meyakini akan janji Tuhan, maka seharusnya mereka tidak perlu berselisih
pandang tentang keadaan negeri Kanaan tersebut. Namun seperti inilah keadaan
kita selaku manusia, ada orang yang memandang janji Tuhan dengan yakin, namun
ada juga orang kemudian menjadi ragu. Hal ini tentunya tergantung dari sikap
hati kita dalam menerima janji firman Allah tersebut. Perhatikan perumpamaan tentang
seorang penabur dalam Mat. 13:1-30; Mrk. 4:1-20 dan Luk. 8:4-15).
II. Bagaimana Seharusnya Mereka Bersikap ?
Penerimaan
kita akan kebenaran firman Allah, akan menentukan cara kita bersikap terhadap
kebenaran firman Allah tersebut, dan ini akan teruji ketika kita menghadapi
berbagai tantangan dalam hidup kita.
Ke-10
pengintai yang adalah pemimpin-pemimpin suku bangsa Israel tersebut ternyata
memiliki sikap yang berbeda ketika mereka diperhadapkan dengan suatu kenyataan
yang mereka lihat terhadap suku bangsa yang mendiami tanah Kanaan.
Benar mereka
sepakat bahwa negeri tersebut memang negeri yang berlimpah susu dan madunya,
bahkan mereka membawa hasilnya; bahwa orang-orang yang mendiami negeri itu
merupakan bangsa yang kuat-kuat dan merupakan keturunan Enak (orang-orang
raksasa); bahwa kota-kota mereka berkubu dan sangat besar. Namun mestikah
dengan kenyataan tersebut akan melunturkan semangat kita ? akan melemahkan iman
kita ? tidakkah mereka sadar akan perbuatan ajaib yang telah Tuhan lakukan
kepada mereka, baik ketika mereka di Mesir sampai ketika mereka akan memasuki
tanah yang Tuhan sudah janjikan kepada mereka ? tidakkah mereka sadar akan
perkara-perkara ajaib / mujizat Allah tersebut ? bagaimana ketika mereka
menyeberangi laut Teberau yang telah terbelah menjadi dua, bagaimana ketika
Allah memberi mereka makan manna dan juga burung-burung ? dan sederatan perkara
ajaib yang telah Allah nyatakan kepada mereka ? tinggal selangkah saja, mereka
sudah akan memasuki tanah Perjanjian tersebut, mestikah mereka harus kembali
lagi ke Mesir, dan kemudian mati di tengah jalan ?
Bersyukurlah bahwa diantara ke-10 pengintai tersebut, ada 2 orang, yakni Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune yang memiliki iman yang teguh keyakinan akan janji Allah kepada umat pilihan-Nya. Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)
III. Apa Konsekuensi dari Sikap Mereka ?
Segala
sesuatu terkait dengan sikap kita, apalagi menyangkut hubungan dengan Allah,
tentunya memiliki konsekuensi.
Ketika sikap kita berkenaan kepada Allah atau
kita memilih sikap yang benar dalam menghadapi suatu permasalahan atau pergumulan hidup, maka tentunya kita akan mendapatkan mahkota yang setimpal
dengan itu. I Kor. 9:25 berkata : “Tiap-tiap orang yang turut
mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka
berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk
memperoleh suatu mahkota yang abadi”.
Yosua bin
Nun dan Kaleb bin Yefune mendapat perkenaan Tuhan untuk tetap hidup dan dapat
masuk ke negeri Kanaan atau Tanah Perjanjian tersebut. (Bil. 14 : 30 dan 38).
Sedangkan kepada
ke 8 orang pengintai yang lain itu, apakah yang terjadi kepada mereka ?.
setelah mereka membuat hati umat Israel berontak kepada Musa dan kepada Tuhan,
mereka akhirnya mati. (Bil. 14 : 36 - 38). Bahkan bukan hanya mereka saja yang
mati, semua orang-orang Israel yang terpengaruh dengan informasi yang mereka
sampaikan, tidak ada satupun yang masuk ke tanah Kanaan, mereka semua mati di
padang gurun, dari yang berumur 20 tahun ke atas. (Bil. 14:29), sesuai dengan
permintaan mereka dalam persungutan mereka. (Bil. 14 : 2). “Ah, sekiranya kami
mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini !!!”.
Persungutan
akan mendatangkan celaka bagi kita. I Tes. 5:18 : “Mengucap syukurlah dalam segala
hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.
Doa : Tuhan ajarlah kami mengerti maksud dan kehendak-Mu dalam setiap kehidupan kami, sehingga kami memiliki Iman Yang Teguh di dalam Engkau, dan olehnya kami dapat menikmati mahkota kehidupan yang telah Engkau janjikan. Amin.