Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh.
Pendahuluan :
Istilah Kerajaan Allah, dalam King James Version disebutkan : “Kingdom of God” yang diterjemahkan dari bahasa Yunani : “Basileia tou Theou”. Kerajaan Allah
dan Kerajaan Sorga atau Kerajaan Langit (Yunani : Basileia ton Ouranon),
menggambarkan suatu gagasan yang sama.
Kata “Kerajaan Allah” disebut sebanyak lebih dari tujuh puluh kali di dalam Perjanjian
Baru. Istilah ini tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama. Namun Kerajaan Allah merupakan konsep yang berakar dalam Perjanjian
Lama, yang kemudian ditekankan oleh Yohanes Pembaptis;dan penggenapan melalui Yesus Kristus;dalam zaman Perjanjian Baru. Di dalam Perjanjian Lama, ada beberapa nats yang berbicara mengenai perkataan yang searti dengan Kerajaan atau pemerintahan Allah, terutama dalam Kitab Mazmur dan
Nabi-Nabi.
Nabi Daniel menyinggung tentang perihal Kerajaan Allah ini ketika menyingkapkan mimpi Raja Nebudkadnezar, yakni mimpi tentang patung yang amat besar, yang kepalanya terbuat dari emas tua, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggannya dari tembaga, pahanya dari
besi dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat). Pada
Daniel 2 : 44 dikatakan : Tetapi pada
zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak
akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasan tidak akan beralih lagi kepada
bangsa lain : kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya,
tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya. Hal mana mengingatkan
kita kepada janji Allah dengan Daud yang disebut sebagai Perjanjian Daud dalam
2 Samuel 7 : 9 - 16. Ayat 12 – 14 : “………………
maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku
akan mengokohkan kerajaannya. Dialah
yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan
menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.”
Pengertian :
Meskipun dalam pelayanan misiNya di dunia, Tuhan Yesus sangat menekan arti pentingnya Kerajaan Allah ini. Luk. 4:43 : …………. Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”
Bandingkan dengan Luk. 9:2 : Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang.
Namun Tuhan Yesus tidak pernah mendefinisikan secara gamblang apa yang dimaksudkanNya dengan “Kerajaan Allah”. Ketika dihadapan Pontius Pilatus,
sebagai jawaban atas tuduhan Ia sebagai pemberontak, Tuhan Yesus menjawab : “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku
dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” (Yoh.
18:36).
Lalu apa sesungguhnya pengertian Kerajaan Allah itu ? Rasul Paulus memberi penjelasan tentang Kerajaan Allah sebagai berikut :
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Roma 14 : 17. Selanjutnya :
Sebab Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tetapi dari kuasa. 1 Kor. 4 : 20. Bandingakan dengan Mat. 12:28 : “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Perihal kalimat sudah datang kepadamu, jelas dikatakan dalam doa Bapa Kami : …… datanglah KerajaanMu di bumi seperti di Sorga.
Dari penjelasan-penjelasan sebagaimana tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut :
- Kerajaan Allah adalah menyangkut pemerintahan Allah, dimana Allah yang berdaulat atas semua ciptaanNya.
- Kerajaan Allah adalah menyangkut perihal rohani, yakni soal : kebenaran, damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus, dan Kuasa.
- Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga itu ada di Sorga, ada di dunia, bahkan ada di dalam diri manusia tertentu.
Jika Kerajaan Allah termasuk juga ada dalam dunia ini dan ada di dalam diri manusia, maka marilah kita memiliki suatu kewajiban / kerinduan
untuk “Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah”. Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana caranya kita “Menghadirikan / Membangun Kerajaan Allah” tersebut ?
Pertama : Menempatkan Kerajaan Allah Sebagai Tujuan Utama Dalam Hidup Kita
Untuk menghadirkan / membangun Kerajaan Allah, pertama sekali kita membutuhkan komitmen. Komitmen tersebut adalah menempatkan Kerajaan Allah
sebagai tujuan utama dalam hidup kita. Bukan berarti kita tidak memiliki tujuan-tujuan lain dalam hidup ini. Namun tujuan utama hidup kita adalah
Kerajaan Allah.
Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Tidak dapat disangkali bahwa sebagai manusia
kita tetap membutuhkan hal-hal jasmani, persoalan makan, minum, pakai, tempat
tinggal bahkan hal-hal jasmani lainnya. Tetapi sesungguhnya hal-hal itu
bukanlah yang utama dalam hidup ini. Mat. 6:25b : Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih
penting dari pada pakaian ?
Sesungguhnya Allah mengetahui segala keperluan
saudara dan saya. Jika kita mengutamakan Kerajaan Allah, mengutamakan otoritas
Allah dalam kehidupan kita, mengutamakan hal-hal rohani (kebenaran, damai
sejahtera, sukacita dan kuasa Allah) dalam hidup kita, maka kita tidak perlu
kuatir akan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah kita. Allah sanggup memenuhi segala
sesuatunya itu, sebab Ia adalah Pencipta langit dan bumi ini. Segala sesuatu Ia
yang menjadikannya, dari tidak ada menjadi ada.
Ketika kita menempatkan Kerajaan Allah sebagai sesuatu hal
yang utama dalam hidup kita, maka akan tersedia upah yang besar bagi kita, baik
dalam hidup ini maupun pada hidup yang akan datang. Luk. 18: 29 : ……….
Akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang
ia akan menerima hidup yang kekal.”
Kedua : Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !!!.
Langkah kedua untuk kita Menghadirkan / Membangun Kerajaan
Allah adalah Bertobat dan percaya kepada Injil. Tuhan Yesus dalam misi untuk
memberitakan Injil Allah berkata dalam Mrk.
1:15 sebagai berikut : ……”waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !.”
Kita tidak mungkin menghadirkan / membangun Kerajaan Allah jika
kita tidak bertobat dari kehidupan kita yang lama dan menjadi manusia baru. Pertobatan
itu sangat penting artinya dalam kehidupan kerohanian kita. Bertobat berarti :
sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan
memperbaiki tingkah laku dan perbuatan tersebut (KBBI). Dalam Kemah Suci
pertobatan terkena kepada Mesbah Korban Bakaran. Para Imam ditugaskan oleh
Allah untuk mempersembahkan korban bakaran bagi umat Israel yang melakukan
kesalahan / dosa kepada Allah untuk diperdamaikan dengan Allah. Untuk itu, umat
Israel wajib menyediakan domba atau lembuh jantan yang tidak bercacat sebagai
korban penghapus dosa. Korban lembuh dan atau domba jantan yang tak bercacat
celah tersebut digenapi dalam Perjanjian Baru dalam pribadi Yesus yang
merupakan Juruselamat Dunia.
Oleh sebab itu, kita yang sudah bertobat dan
menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita, harus percaya akan berita
Injil Kerajaan Allah. Yoh. 3 : 16 berkata : “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.” Membangun Kerajaan Allah, berarti kita
menerima kabar keselamatan tersebut. Membangun Kerajaan Allah, berarti kita
harus menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan menuju kepada Bapa.
Yoh. 14:6 : Kata Yesus kepadanya : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak
ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Ketiga
: Hasilkanlah Buah Kerajaan Allah itu.
Mat. 21:43 berkata : “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil
dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah
Kerajaan itu.” Ini artinya bahwa jika kita tidak mau kehilangan Kerajaan
Allah, maka kita harus menghasilkan buah Kerajaan Allah tersebut.
Buah yang
dimaksudkan tersebut terdiri atas empat hal, yaitu : Buah Pertobatan (Mat.
3:8); Buah Kebenaran (Flp. 1:11; Yak. 3:18); Buah Roh (Gal. 5:22), serta Buah
Injil / Buah Pelayanan (Rm.1:13; Kol. 1:6).
Tentang buah Injil / buah pelayanan, dalam Luk. 9:2 berkata
: “dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk
menyembuhkan orang.” Selanjutnya dalam Luk. 9:60 : … Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah
dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.
Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah berarti kita bukan saja
hanya menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, tetapi kita juga harus memberitakan
Injil Kerajaan Allah tersebut, sebab Yesus Kristus telah menjadi teladan bagi
kita dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah sampai kita dapat menempuh jalan
keselamatan tersebut. Maka kitapun memiliki kewajiban untuk memberitakan Injil
Kerajaan Allah tersebut, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada
di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala
lidah mengaku : “Yesus Kristus adalah Tuhan,”bagi kemuliaan Allah, Bapa !
(Filipi 2 : 10-11).
Sesaat sebelum Tuhan Yesus Kristus terangkat ke
Sorga, dalam pesan terakhirnya kepada murid-muridNya yang bersama dengan Dia,
Tuhan Yesus berkata : “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa
yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang
percaya : ……………” Mrk. 16 : 15 – 18, yang dikenal dengan Amanat Agung.
Penutup :
Ketika kita terpanggil dan memiliki kerinduan untuk Menghadirkan / Membangun Kerajaan Allah, maka suatu hal juga yang tidak boleh kita lupakan
adalah bahwa, kita yang mau membangun Kerajaan Allah, maka kita tentunya ingin
untuk masuk dan menikmati Kerajaan Allah tersebut.
Untuk menikmati Kerajaan Allah, maka sikap hati
kita adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam Lukas
6:20; Mat. 5:3 sebagai berikut : “Berbahagialah
hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” Artinya kita
harus sadar bahwa segala sesuatu adalah karena kasih karunia Allah kita. Haleluyah
….. Amin.