Oleh : Fredrik Dandel, ST.
|
Batu Derendung, nampak dari arah Singkaha. |
Kampung Mahuneni Kec. Siau Barat
Selatan, Kab. Kepl. Siau Tagulandang Biaro, Prov. Sulawesi Utara menyimpan
banyak potensi wisata, baik wisata alam maupun wisata sejarah yang belum
dioptimalkan dengan baik. Salah satu potensi wisata alam / pantai yang terdapat di
Kampung Mahuneni adalah Batu Derendung.
Batu Derendung merupakan endapan
dari batuan breksi lava yang membujur panjang ke arah laut membentuk delta yang
bagian permukaannya agak runcing yang kalau dicermati dengan saksama mirip stupa
pada sebuah candi. Bedanya, stupa pada candi merupakan buatan tangan manusia, stupa
pada batu derendung adalah asli buatan alam. Batuan erupsi gunungapi yang membeku menyusul pukulan ombak selama beratus
bahkan mungkin ribuan tahun lalu telah mengukir relief-relief indah yang menambah
keelokan batu Derendung.
|
Relief Batu Derendung, nampak bak stupa. |
Entah siapa yang lebih dahulu
menamai Batu Derendung, yang jelas bahwa Batu ini disebutkan sebagai Batu
Derendung, karena dipercayai batu ini sebagai dinding (derendung) yang berfungsi untuk membentengi / melindungi kampung
dari hempasan ombak baik ombak angin tenggara (Timuhe) maupun ombak angin barat (Bahe) yang terkenal ganas menghantam wilayah ini. Ada juga yang mengatakan bahwa batu ini merupakan dinding pembatas (derendung) antara Dusun Singkaha dengan Dusun Talawid Tua.
|
Kerikil Putih mengitari perjalanan ke Batu Derendung. |
Untuk mencapai lokasi di Batu Derendung dapat ditempuh
dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 200 meter menyusuri pesisir pantai
Singkaha ke arah barat laut. Disepanjang perjalanan ini, kita disuguhkan dengan
keelokan pesisir pantai dengan kerikil putih yang terhampar menawan hampir di
setiap sudut-sudut pantai. Memang ketika air laut sedang naik, perjalanan lewat
pantai ini tidak dapat ditempuh. Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah
dari Tambung ke arah Selatan menuju tepi pantai, melewati SMP dan SMK Negeri Talawid. Dapat pula dirintis jalan dari Kantor Camat Siau Barat Selatan, mendaki perbukitan Tambung. Sayangnya jalan ini masih sulit
untuk dilalui, karena memang belum pernah dikelolah. Ketika mencoba untuk
mensurvei jalan ini, penulis teringat perjalanan menuju wisata pantai Pintu
Kota yang menjadi icon Kota Ambon. Bedanya objek wisata Pintu Kota telah dioptimalkan dengan baik
oleh pemerintah setempat.