Buah Pala |
Yoh. 15 : 16 & 17
16 “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-Ku kepadamu : Kasihilah seorang akan yang lain.”
Allah telah memilih kita sebagai anak-Nya (milik kepunyaan-Nya) sebelum dunia ini dijadikan. (Ef. 1:4&5). Sebagai milik kepunyaan-Nya, Ia menghendaki supaya kita menghasilkan buah yang baik dan tetap. Buah yang dimaksudkan tersebut adalah : Buah Pertobatan (Mat. 3:8); Buah Kebenaran (Flp. 1:11; Yak. 3:18); Buah Roh (Gal. 5:22), serta Buah Injil / Buah Pelayanan (Rm.1:13; Kol. 1:6).
Mat. 21:18-22 dan Mrk. 11:12-14 mencatat bahwa ketika Yesus lapar dan pergi mendapati pohon ara dengan harapan akan mendapatkan sesuatu dari pohon tersebut, namun pohon tersebut tidak berbuah, dan akhirnya dikutuk sampai kering dan mati.
Tentunya kita tidak ingin sehingga kasih karunia Allah berpaling dari kehidupan kita. Oleh sebab itu kita harus berbuah. Agar supaya pohon tersebut (kehidupan kita) dapat bertumbuh dan menghasilkan buah, maka yang perlu kita perhatikan adalah :
Pertama : Benih yang Baik;
Suatu pohon berasal dari suatu benih. Benih yang baik akan menghasilkan pohon yang berkualitas (baik), sedangkan benih yang tidak baik akan menghasilkan pohon yang tidak baik pula. Oleh sebab itu, seorang penabur yang baik akan memilih benih yang baik untuk ditaburkan di ladangnya.
Benih yang baik dalam pengertian rohaninya berbicara tentang : Firman Allah (Luk. 8:11), Mat. 13:38 mengatakan bahwa benih yang baik itu adalah anak-anak Kerajaan.
1 Petrus 1:23 berkata : Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fanal. Oleh firman Allah yang hidup dan yang kekal.”
Kedua : Tanah Yang Baik;
Benih yang baik harus ditanam pada suatu tanah yang baik. Dalam suatu perumpamaan (Mat. 13:1-23, Mrk. 4:1-20 dan Luk. 8:4-15), Tuhan Yesus mengajarkan tentang seorang penabur yang keluar menaburkan benih. Benih tersebut ada yang jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian lagi jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.
Tanah tempat benih yang jatuh tersebut berbicara tentang sikap hati manusia dalam menerima Firman Allah. Tanah yang baik adalah sikap hati yang baik, yaitu dengan menyambut Firman (Mrk. 4:20), mengerti Firman (Mat.13:23) serta menyimpannya dengan baik (Luk.8:15)
2Kor. 3:3 berkata : Karena ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
Ketiga : Perawatan Yang Baik;
Suatu pohon dari benih yang baik yang ditanam pada tanah yang baik harus pula dirawat dengan baik untuk menghasilkan buah yang banyak dan berkualitas. Buah yang dikeluarkan ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat dan ada yang seratus kali lipat.
Sekiranya pohon yang tumbuh tersebut belum menghasilkan buah, maka yang kita perbuat adalah : mencangkul tanahnya dan memberinya pupuk (Luk.13:6-9; bnd. Yes.5:1-7). Hati yang keras akan menghambat proses pertumbuhan dan pembuahan rohani oleh sebab itu, hati tersebut perlu dilembutkan sehingga Firman Allah dapat leluasa bertumbuh dan menghasilkan buah dalam kehidupan kita. Maz. 95:7b & 8 berkata : “Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun.”
Tetapi jikalau buah yang dihasilkannya sedikit, maka yang diperbuat oleh pengusaha tersebut adalah : memotong ranting yang tidak berbuah dan membersihkan ranting yang berbuah sehingga dapat lebih banyak berbuah (Yoh.15:1&2). Untuk memotong dan membersihkan ranting tersebut, maka alat yang dipakai adalah pedang (Firman Allah). Yoh. 15:3 berkata : “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.” Ibr. 4:12 berkata : “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.Dan tidak ada suatu mahkluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”
Sekiranya dalam kehidupan ini kita rindu untuk menghasilkan buah bagi Allah dan sesama, maka kita harus mendengar Firman Allah (Benih Yang Baik), menerima Firman Allah dengan sikap hati yang baik (Tanah Yang Baik), serta mau menjaga dan memelihara Firman Allah tersebut di dalam diri kita (Perawatan Yang Baik). Niscaya Allah akan mendapati kita berbuah dan buah tersebut menyenangkan hati Tuhan. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus. Amin.