Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, S.T, S.Th, M.Ag, M.Th.
Pendahuluan:
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, hari ini kita memperingati satu peristiwa penting dalam sejarah iman kita, kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Momen ini sering dianggap sebagai “penutup” dari pelayanan Yesus di bumi, tetapi sesungguhnya, ini adalah awal dari karya besar Allah melalui gereja-Nya. Kenaikan bukan titik akhir, melainkan titik tolak.
Bayangkan perasaan para murid waktu itu. Mereka baru saja menyaksikan Yesus bangkit dari kematian. Harapan mereka kembali menyala. Lalu tiba-tiba, Yesus naik ke langit. Apakah ini akhir? Apakah mereka ditinggalkan? Tidak. Sebaliknya, kenaikan Kristus adalah deklarasi surgawi bahwa pekerjaan penebusan telah selesai, dan kini giliran gereja untuk melanjutkan misi-Nya di dunia.
Melalui Kisah Para Rasul 1:6–11, Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa tugas kita bukan hanya menunggu, tetapi melangkah. Bukan hanya mengagumi kemuliaan Kristus, tapi menjadi saksi-Nya. Hari ini, mari kita renungkan bagaimana kenaikan Kristus memanggil kita untuk hidup dalam kuasa, ketaatan, dan pengharapan. Mari kita gali bersama pesan besar ini dalam empat bagian utama.
I. Kesalahpahaman tentang Kerajaan Allah (Ayat 6)
“Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”
Murid-murid Yesus bertanya tentang pemulihan kerajaan Israel, karena mereka masih terjebak dalam pemikiran Mesias sebagai pemimpin politik. Dalam konteks sejarah mereka, harapan akan pemulihan Israel dari penjajahan Romawi sangat kuat. Namun, harapan ini terlalu sempit. Mereka membayangkan kerajaan fisik, bukan kerajaan rohani yang menjangkau seluruh bangsa. Ini menunjukkan bahwa bahkan setelah kebangkitan-Nya, para murid masih memerlukan pengertian baru tentang maksud Allah.
Yesus tidak menegur pertanyaan mereka secara langsung, tetapi Ia mengalihkannya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan sabar menghadapi keterbatasan pemahaman kita, tetapi Ia juga tidak akan membiarkan kita tinggal dalam pengertian yang salah. Sebab, Kerajaan Allah tidak dibangun oleh kekuatan militer atau strategi politik, tetapi melalui pertobatan dan penyebaran Injil. Seperti tertulis dalam Lukas 17:21, “Kerajaan Allah ada di antara kamu.”
Aplikasi bagi kita jelas: banyak orang Kristen hari ini pun lebih tertarik pada kemenangan duniawi daripada ketaatan rohani. Kita ingin Tuhan mengubah situasi kita, tapi sering mengabaikan panggilan untuk mengubah hati. Seperti murid-murid, kita perlu dibawa kembali kepada fokus utama Tuhan bahwa kerajaan-Nya datang ketika Injil diberitakan, bukan ketika ambisi kita terpenuhi.
II. Amanat Agung dan Kuasa dari Roh Kudus (Ayat 7–8)
“Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku...”
Yesus menjawab bahwa waktu dan masa adalah urusan Bapa, itu di luar tanggung jawab kita (ayat 7). Fokus murid seharusnya bukan pada spekulasi profetik, melainkan pada ketaatan misi. Banyak orang hari ini sibuk menebak “akhir zaman,” padahal panggilan Yesus bukan untuk menebak waktu, tetapi untuk menjadi saksi. Yesus mengalihkan fokus murid dari waktu ke tanggung jawab.
Ayat 8 menjadi inti dari seluruh kitab Kisah Para Rasul. Di sinilah kita menemukan pola penyebaran Injil: Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Ini bukan sekadar urutan geografis, tetapi mencerminkan panggilan global gereja. Perintah ini sejalan dengan Matius 28:19–20, yaitu “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Namun, Yesus juga tahu bahwa tugas ini terlalu besar jika hanya dilakukan dengan kekuatan manusia. Karena itu, Dia menjanjikan kuasa Roh Kudus.
Kuasa Roh bukan hanya untuk membuat kita merasa kuat, tapi agar kita mampu bersaksi. Banyak gereja rindu melihat mujizat, tapi lupa bahwa tujuan kuasa adalah untuk misi. 2 Timotius 1:7 mengatakan bahwa Allah memberikan Roh “bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Tanpa kuasa Roh, kita hanya menjadi institusi agama. Tapi dengan Roh, kita menjadi saksi yang hidup.
III. Kenaikan Yesus: Kristus yang Ditinggikan (Ayat 9)
“...terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.”
Peristiwa kenaikan Yesus bukan sekadar simbolik, tetapi nyata dan historis. Para murid menyaksikan secara langsung saat Yesus terangkat dan awan menutup-Nya. Dalam Alkitab, awan seringkali menjadi lambang kemuliaan Allah (Shekinah), seperti dalam Keluaran 13:21 atau Daniel 7:13. Ini menegaskan bahwa Yesus naik bukan sebagai penghilang yang kabur, tetapi sebagai Raja yang masuk ke dalam kemuliaan surgawi.
Kenaikan Yesus juga menegaskan posisi-Nya yang sekarang. Ia tidak lagi berjalan di antara kita secara fisik, tetapi Ia memerintah dari surga. Dalam Ibrani 1:3, dikatakan bahwa “Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi.” Ini berarti Kristus bukan hanya Juruselamat, tetapi juga Raja atas gereja dan dunia. Dari tempat-Nya di surga, Ia mengutus Roh Kudus dan memimpin gereja.
Bagi kita, kenaikan Yesus adalah sumber penghiburan dan kekuatan. Kita tidak mengikuti pemimpin yang sudah mati, tetapi Raja yang hidup dan bertahta. Ia tidak meninggalkan kita sendirian. Justru dengan naik-Nya, Ia memampukan kita untuk menjadi tubuh-Nya di bumi. Seperti tertulis dalam Efesus 1:20–23, Yesus adalah kepala atas segala sesuatu bagi jemaat-Nya.
IV. Janji Kedatangan Kembali dan Misi Gereja (Ayat 10–11)
“Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.”
Para murid masih berdiri menatap langit. Tapi malaikat datang dan berkata, “Mengapa kamu berdiri melihat ke langit?” Ini adalah teguran lembut tapi tegas: jangan hanya menatap, bergeraklah! Penantian akan Kristus bukan alasan untuk pasif. Janji bahwa Yesus akan kembali bukan untuk kita hitung waktunya, tapi untuk kita jalani misi-Nya dengan setia.
Yesus akan datang kembali, itu pasti. Wahyu 1:7 berkata, “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” Tapi sementara itu, kita hidup dalam masa “tengah” antara kenaikan dan kedatangan. Di masa inilah gereja harus hidup dengan iman, melayani dengan kasih, dan bersaksi dengan kuasa. Kita dipanggil bukan hanya untuk menanti, tapi untuk bekerja.
Tugas gereja di zaman ini bukan menonton langit, melainkan menjangkau dunia. Kita adalah umat yang menanti sambil bekerja. 1 Korintus 15:58 mengingatkan kita: “Karena itu, tetaplah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan.” Jangan hanya menjadi penonton sejarah, jadilah pelaku rencana Allah. Jangan hanya menanti langit terbuka, bawalah Injil ke dunia yang gelap.
Penutup:
Saudara-saudari, dari Kisah Para Rasul 1:6–11 kita belajar bahwa kenaikan Yesus bukanlah akhir dari karya-Nya, melainkan permulaan dari misi kita sebagai gereja-Nya. Yesus tidak naik ke surga untuk menjauh dari kita, tetapi untuk memimpin kita dari surga dengan kuasa-Nya melalui Roh Kudus. Ia memanggil kita bukan hanya untuk menantikan kedatangan-Nya kembali, tetapi untuk mengisi waktu penantian itu dengan kesaksian, pelayanan, dan ketaatan.
Hari ini kita diingatkan agar tidak menjadi orang-orang yang hanya berdiri memandang langit, melainkan menjadi murid-murid yang melangkah turun ke dunia, membawa kabar baik kepada semua orang. Kristus sudah memberikan kuasa-Nya, pesan-Nya, dan janji-Nya—sekarang Dia menantikan ketaatan kita.
Maka mari kita bertanya dengan jujur: Apakah saya hanya seorang pengagum Kristus yang pasif, atau saya sudah menjadi saksi Kristus yang aktif? Hari ini, saat kita memperingati kenaikan-Nya, mari kita perbarui komitmen kita. Yesus telah naik, dan kini Dia mengutus kita. Bersediakah engkau menjawab panggilan-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar