Selasa, 17 Juni 2025

Kepastian Tempat Tinggal Kita di Rumah Bapa. Yohanes 14:1–14

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, S.T, S.Th, M.Ag, M.Th.

Pendahuluan: Saat Hati Gelisah

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan, malam ini kita datang dengan hati yang campur aduk. Ada kesedihan karena kehilangan orang yang kita kasihi, oma yang selama ini hadir dalam hidup keluarga dengan doa, senyuman, dan kasihnya. Tapi di sisi lain, ada penghiburan yang datang dari firman Tuhan, penghiburan yang bukan buatan manusia, tapi berasal dari Yesus sendiri.

Dalam Yohanes 14, kita melihat bagaimana Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya beberapa saat sebelum Ia disalibkan. Mereka ketakutan, cemas, dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dalam suasana gelap itu, Yesus justru menguatkan mereka: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku." (ayat 1). Kata-kata ini juga ditujukan untuk kita hari ini.

Kita boleh menangis, karena Yesus pun menangis saat sahabat-Nya Lazarus wafat (Yohanes 11:35). Tapi di tengah air mata, Yesus menawarkan damai. Ia berkata: “Jangan gelisah. Percaya saja.” Ini bukan sekadar kata-kata penghiburan, tapi fondasi bagi iman kita. Karena ketika kita percaya kepada Yesus, kita tidak berjalan sendiri di tengah duka.

I. Tuhan Mengerti Hati yang Gelisah (Yoh. 14:1)

Yesus tahu persis bagaimana rasanya ditinggalkan. Ia tahu murid-murid-Nya akan panik ketika Ia tidak lagi bersama mereka secara fisik. Maka Dia tidak menyuruh mereka “kuat saja” atau “jangan menangis.” Sebaliknya, Ia memberi dasar bagi kedamaian: percaya kepada-Nya.

Terkadang saat kehilangan, kita merasa bingung: “Mengapa Tuhan izinkan ini terjadi? Kenapa harus oma?” Kita mungkin tidak menemukan semua jawabannya sekarang. Tapi Yesus tidak menjanjikan semua jawaban langsung, Dia menjanjikan penyertaan dan penghiburan. Dan itu cukup.

Mazmur 46:2 berkata, “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” Di saat seperti inilah kita bisa mengalami janji itu secara pribadi. Hati kita boleh gelisah, tapi firman-Nya berkata: di dalam Kristus, ada penghiburan yang sejati.

II. Surga Itu Nyata dan Sudah Disediakan (Yoh. 14:2–3)

Yesus melanjutkan dengan berkata bahwa di rumah Bapa-Nya ada banyak tempat tinggal. Ia menegaskan bahwa Dia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita. Ini bukan kata-kata kiasan, tapi janji yang nyata: surga itu sungguh ada, dan tempat itu telah dipersiapkan bagi mereka yang percaya kepada-Nya.

Bagi oma yang telah menjalani hidup dalam iman kepada Yesus, janji ini sudah digenapi. Ia kini tidak lagi terbatas oleh tubuh yang melemah. Ia telah dipanggil pulang ke rumah yang kekal. Mungkin kita tidak bisa lagi mendengar suaranya di dunia ini, tapi kita percaya, berdasarkan janji Yesus, bahwa oma kini ada di hadirat Tuhan yang mulia.

2 Korintus 5:1 berkata, “Jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga...” Dunia ini sementara, tapi surga kekal. Dan berita baiknya adalah: ada tempat di rumah Bapa, dan oma sudah di sana.

III. Yesus Adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh. 14:4–7)

Ketika Tomas bertanya, “Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi, bagaimana kami tahu jalan ke situ?”, Yesus menjawab dengan sangat tegas: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (ayat 6). Ini adalah pernyataan yang sangat penting bagi setiap orang yang ingin tahu tentang hidup sesudah kematian.

Yesus tidak hanya menunjukkan jalan, Dia adalah Jalan itu. Ia satu-satunya yang sanggup membawa manusia berdosa kembali kepada Bapa. Bukan karena kita baik, bukan karena amal atau upaya kita sendiri, tapi karena kasih karunia-Nya. Ini yang menjadi dasar pengharapan kita malam ini.

Kisah Para Rasul 4:12 berkata, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia...” Jika oma mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia telah melalui Jalan itu. Dan kita semua juga diundang untuk mengenal dan mengikuti Dia, agar kita pun bertemu kembali kelak di rumah Bapa.

IV. Doa dalam Nama Yesus Menjadi Sumber Kekuatan (Yoh. 14:8–14)

Yesus tahu bahwa para murid akan merasa kehilangan. Karena itu, Ia menegaskan bahwa walau secara fisik Ia tidak bersama mereka, namun kuasa-Nya tetap tersedia melalui doa. Ia berkata, “Apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya...” (ayat 13). Janji ini berlaku juga untuk kita hari ini.

Di tengah duka, kita bisa datang kepada Tuhan dengan hati yang remuk. Kita bisa berdoa dalam nama Yesus, dan Dia akan memberi penghiburan, kekuatan, dan damai sejahtera yang melampaui akal. Doa bukan hanya kata-kata ke langit, doa adalah jalan berjumpa dengan Tuhan.

Mazmur 34:19 berkata, “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” Dalam kehilangan, doa menjadi napas kehidupan rohani kita. Mari kita terus berdoa, saling menguatkan, dan percaya bahwa Tuhan mendengar.

Penutup: Hidup Kekal dan Pengharapan Kita

Malam ini kita kehilangan, tapi kita juga bersyukur. Kehilangan karena oma telah pergi, tapi bersyukur karena kita tahu ke mana ia pergi. Ia telah kembali ke rumah Bapa, rumah yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

1 Tesalonika 4:14 berkata, “Karena jika kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan bersama-sama dengan Dia.” Ini adalah harapan yang menguatkan kita semua. Perpisahan ini bukan akhir.

Saudara-saudara, mari kita hidup dengan iman yang sama seperti oma. Jangan hanya mengenang, tapi juga meneladani. Supaya kelak, ketika waktu kita tiba, kita pun disambut di rumah Bapa, tempat yang telah disediakan oleh Kristus sendiri.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, terima kasih atas penghiburan dari Firman-Mu. Engkau tahu hati kami yang berduka. Kuatkan kami, dan berikan damai di tengah kehilangan. Terima kasih karena oma kini bersama-Mu di rumah Bapa. Biarlah pengharapan akan surga menjadi kekuatan kami hari demi hari. Di dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Minggu, 15 Juni 2025

Bangkit Membangun Kembali : Kedaulatan Allah dan Ketaatan Umat (Ezra 1:1-11)

Oleh : Pdm. Fredrik Dandel, ST, STh, M.Ag, M.Th.

Pendahuluan

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan, kita hidup di zaman di mana banyak orang merasa terikat oleh kegagalan masa lalu dan sulit memulai kembali. Namun Allah dalam firman-Nya menunjukkan bahwa Dia adalah Allah pemulih. Ezra pasal 1 membuka lembaran baru dalam sejarah umat Allah, setelah 70 tahun dalam pembuangan, Allah membuka jalan untuk pemulihan. Kitab ini menandai dimulainya kembalinya umat Israel ke Yerusalem dan pembangunan kembali Bait Suci. Inilah gambaran pemulihan rohani yang sejati.

Kitab Ezra ditulis oleh Ezra, seorang imam dan ahli Taurat, sekitar tahun 450–430 SM. Ia mencatat bagaimana Tuhan membangkitkan Raja Koresh, penguasa Persia, untuk menggenapi nubuat Yeremia. Sekalipun Israel berada di bawah kekuasaan bangsa asing, Allah tetap memegang kendali. Perintah Koresh bukan hanya tindakan politik, melainkan bagian dari rancangan Tuhan yang besar. Di tengah kekacauan politik dunia, Allah tetap setia pada janji-Nya.

Apa relevansi Ezra 1 bagi kita hari ini? Ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga seruan bagi kita untuk bangkit dan merespons panggilan Tuhan. Tuhan memanggil kita untuk membangun kembali kehidupan rohani yang telah rusak baik pribadi, keluarga, maupun gereja. Mari kita pelajari tiga kebenaran utama dari Ezra pasal 1.

1. Allah Berdaulat atas Sejarah dan Penguasa Dunia (Ezra 1:1–4)

Pada ayat pertama, kita membaca bahwa Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia, agar mengeluarkan perintah membangun kembali Bait Allah. Ini adalah penggenapan dari nubuat Yeremia (Yeremia 25:11–12; 29:10). Kedaulatan Allah tampak jelas di sini: bahkan seorang raja kafir dipakai-Nya untuk menggenapi rencana-Nya. Koresh mungkin tidak mengenal Tuhan sepenuhnya, tetapi hatinya tunduk kepada kehendak Allah. Ini mengajarkan kita bahwa Allah berkuasa atas bangsa-bangsa dan pemimpin-pemimpin besar.

Koresh mengakui dalam dekritnya bahwa Tuhan, Allah semesta langit, telah memberikan kerajaan kepadanya dan menugaskannya untuk membangun rumah bagi Tuhan di Yerusalem (Ezra 1:2). Koresh bukan hanya memberi izin, tapi juga mendorong umat untuk bertindak. Dalam hal ini, kita melihat bagaimana Allah tidak dibatasi oleh kebebalan umat-Nya; Ia bekerja bahkan melalui orang yang awalnya tidak mengenal Allah Israel. Hal ini memberi pengharapan besar bagi gereja dan bangsa bahwa tidak ada keadaan politik atau sosial yang dapat menghalangi rencana Allah. Allah dapat memakai siapa saja untuk memenuhi kehendak dan rencana-Nya.

Sebagai umat Tuhan saat ini, kita tidak perlu takut terhadap kekuatan dunia. Sebaliknya, kita percaya bahwa Allah tetap memegang kendali atas sejarah. Apakah kita percaya bahwa di tengah perubahan zaman, Allah masih mengatur dan memanggil kita untuk terlibat dalam rencana pemulihan-Nya?

2. Tuhan Membangkitkan Umat yang Mau Taat (Ezra 1:5–6)

Respon terhadap perintah Koresh datang dari orang-orang yang hatinya digerakkan oleh Tuhan (ay. 5). Mereka adalah para kepala kaum keluarga Yehuda dan Benyamin, serta para imam dan orang Lewi. Ini bukan tindakan impulsif, tetapi buah dari gerakan Allah di hati umat-Nya. Mereka bukan hanya sekadar kembali ke tanah air, tetapi merespons panggilan untuk membangun kembali hubungan dengan Tuhan melalui rumah ibadah.

Orang-orang yang tidak ikut kembali pun turut serta dalam pekerjaan Tuhan. Mereka memberikan emas, perak, barang-barang rumah tangga, dan persembahan sukarela (ay. 6). Dalam hal ini, seluruh komunitas ikut mendukung pemulihan walaupun tidak semua secara fisik terlibat. Kita belajar bahwa pemulihan rohani adalah tugas bersama, ada yang pergi membangun, ada yang tinggal dan memberi dukungan. Semua punya bagian.

Di zaman ini, Tuhan masih menggerakkan hati orang-orang untuk terlibat dalam pekerjaan-Nya. Pertanyaannya, apakah hati kita masih peka terhadap panggilan Tuhan? Ataukah kita terlalu sibuk dengan urusan sendiri hingga kehilangan kepekaan rohani? Mari berdoa agar hati kita digerakkan seperti mereka, untuk berani melangkah taat.

3. Pemulihan Ibadah dan Kekudusan Harus Dimulai dari Rumah Tuhan (Ezra 1:7–11)

Bagian akhir Ezra 1 mencatat bagaimana Koresh mengembalikan peralatan Bait Suci yang dahulu dirampas oleh Nebukadnezar (ay. 7–8). Ini adalah lambang pemulihan ibadah. Allah tidak hanya memanggil umat-Nya untuk kembali secara fisik, tetapi juga untuk memulihkan kehidupan rohani yang rusak. Peralatan itu, bejana-bejana emas, perak, dan lainnya melambangkan kesucian dan kemuliaan Allah. Ibadah yang sejati tidak boleh diabaikan.

Sesbazar, pemimpin pertama yang disebut sebagai "penghulu Yehuda", diberi tanggung jawab membawa barang-barang itu kembali ke Yerusalem (ay. 8, 11). Ini menandakan bahwa pemulihan tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada tatanan, tanggung jawab, dan kesungguhan yang harus menyertai setiap langkah. Tuhan memanggil pemimpin-pemimpin yang setia untuk menjaga kekudusan-Nya.

Saat ini, kita mungkin sedang membangun Bait Allah dari batu, itu penting, tetapi lebih penting bagi kita adalah membangun bait Allah yang hidup, tubuh kita sebagai tempat Roh Kudus berdiam (1 Korintus 6:19–20). Maka, panggilan untuk memulihkan ibadah berarti memulihkan kehidupan rohani pribadi dan komunitas. Sudahkah kita sungguh-sungguh menjaga kesucian hidup, ataukah kita membiarkan rumah Tuhan dalam diri kita menjadi rusak? Pemulihan harus dimulai dari dalam.

Penutup

Ezra pasal 1 bukan sekadar awal dari sejarah pemulangan bangsa Israel, tapi juga gambaran tentang bagaimana Allah bekerja untuk memulihkan umat-Nya. Tuhan yang berdaulat, Tuhan yang menggerakkan hati, dan Tuhan yang memulihkan ibadah, semua itu masih berlaku hari ini. Apa yang Tuhan lakukan di masa Ezra, Dia juga ingin lakukan dalam hidup kita hari ini.

Bangsa Israel pulang dari pembuangan, tetapi lebih dari itu, mereka dipanggil untuk kembali kepada Tuhan. Hari ini, Tuhan juga memanggil kita untuk kembali kepada-Nya. Entah kita telah jauh karena dosa, kelelahan, atau kekeringan rohani, Dia memanggil kita pulang. Maukah kita taat dan bangkit membangun kembali hidup rohani kita?

Mari kita menjawab panggilan Tuhan dengan iman dan ketaatan. Mari kita izinkan Tuhan menggerakkan hati kita, seperti Dia menggerakkan Koresh dan umat-Nya. Karena saat Tuhan bertindak, yang dibutuhkan hanyalah umat yang mau merespons dan membangun kembali rumah Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai tubuh Kristus.