Selasa, 29 April 2025

Menyusun Khotbah Ekspository (Contoh 2)

 

Nats Matius 28:1–10.

 

Kebangkitan Yesus

 

28:1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.

28:2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.

28:3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju.

28:4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.

28:5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.

28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.

28:7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."

28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.

28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.

28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

 

Gambaran Umum Kitab Matius

 

1. Penulis

 

Tradisi gereja mula-mula secara konsisten menyatakan bahwa penulis Injil ini adalah Matius, seorang mantan pemungut cukai (Matius 9:9), yang juga dikenal sebagai Lewi. Ia adalah salah satu dari dua belas rasul Yesus. Sebagai pemungut cukai, Matius kemungkinan besar terpelajar, terlatih dalam menulis, dan terbiasa mencatat secara sistematis. Ia memiliki latar belakang Yahudi namun terbuka terhadap pengaruh Romawi, sehingga dapat menjembatani kedua budaya dalam tulisannya.

 

2. Tahun Penulisan

 

Kebanyakan sarjana konservatif memperkirakan Injil Matius ditulis antara tahun 60–70 M, sebelum kehancuran Bait Allah di Yerusalem (tahun 70 M), karena tidak disebutkan secara eksplisit. Namun, beberapa pandangan liberal menempatkan penulisan setelah tahun 70 M. Ditulis dalam konteks awal gereja yang sedang bertumbuh namun menghadapi penolakan dari kalangan Yahudi.

 

3. Keadaan Ekonomi, Sosial, Politik, dan Agama

 

Ekonomi: Rakyat Yahudi umumnya hidup dalam kondisi ekonomi sulit karena penjajahan Romawi. Pajak tinggi diberlakukan oleh pemerintah Romawi dan para pemungut cukai sering dianggap kolaborator yang menindas.

 

Sosial: Masyarakat terpecah secara sosial: antara orang Yahudi yang taat hukum Taurat, kelompok Farisi, Saduki, Esseni, Zelot, dan kelompok marginal seperti orang berdosa, pemungut cukai, wanita, dan orang bukan Yahudi. Ada ketegangan antara orang Yahudi dan orang Samaria, serta diskriminasi terhadap orang bukan Yahudi (bangsa-bangsa lain).

 

Politik: Palestina berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Raja Herodes dan para penguasa lokal (seperti Pilatus) bertindak sebagai perpanjangan tangan Roma. Ada banyak ketegangan antara keinginan orang Yahudi akan kebebasan (Mesias politik) dan kekuasaan Roma.

 

Agama: Agama Yahudi sangat dipengaruhi oleh hukum Taurat, dengan dominasi para Farisi dan Saduki dalam kehidupan keagamaan. Harapan akan datangnya Mesias sangat kuat, namun disalahpahami sebagai sosok pembebas politik, bukan juru selamat rohani. Sistem Bait Allah sangat sentral, dan banyak praktik keagamaan telah menjadi ritual kosong.

 

4. Tujuan Penulisan

 

Injil Matius memiliki beberapa tujuan utama:

 

a.               Menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang Dijanjikan. Matius menekankan bahwa kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus adalah penggenapan nubuat dalam Perjanjian Lama. Frasa “hal itu terjadi supaya genaplah...” muncul berulang kali (lihat Matius 1:22; 2:15; 2:17; dst).

b.               Meyakinkan orang Yahudi bahwa Yesus adalah Raja dan Anak Daud. Silsilah dalam pasal 1 dimulai dari Abraham dan Daud, menunjukkan kesinambungan kerajaan Israel menuju Mesias. Tema “Kerajaan Sorga” menjadi sangat menonjol.

c.               Mengajar jemaat awal tentang hidup sebagai murid Kristus. Lewat ajaran-ajaran seperti Khotbah di Bukit (pasal 5–7), Matius menekankan etika Kerajaan Sorga dan kehidupan rohani yang sejati. Injil ini menjadi semacam buku pengajaran (katekese) bagi komunitas Kristen awal.

d.               Menunjukkan bahwa Injil juga untuk semua bangsa. Meski fokusnya Yahudi, Matius juga menyatakan bahwa Injil ini untuk segala bangsa (lih. Matius 28:19–20 – Amanat Agung). Orang-orang non-Yahudi seperti perempuan kafir (dalam silsilah) dan perwira Romawi disorot sebagai contoh iman.

 

 

Struktur Matius 28:1–10.

 

I. Kunjungan Ke Kubur dan Keajaiban Ilahi (ay. 1–4)

 

28:1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.

28:2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya.

28:3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju.

28:4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.

 

II. Pengumuman Kebangkitan Oleh Malaikat (ay. 5–7)

 

28:5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu.

28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.

28:7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."

 

III. Respon Para Perempuan Ketika Mendengar Kabar Kebangkitan Yesus (ay. 8)

 

28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.

 

IV. Perjumpaan Pribadi Dengan Yesus Yang Bangkit (ay. 9)

 

28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.

 

V. Pesan Yesus Kepada Perempuan-Perempuan Itu (ay. 10)

 

28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

 

 

Khotbah Ekspository – Matius 28:1–10

 

Tema: Kemenangan Kristus Memberi Harapan Baru

 

Pendahuluan:

 

Kematian sering dipandang sebagai akhir dari segala sesuatu. Namun, melalui kebangkitan Yesus Kristus, kita belajar bahwa di dalam Allah, akhir bukanlah kehancuran melainkan permulaan hidup yang baru. Mazmur 30:5 mengingatkan, "sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai." Demikian pula, melalui Matius 28:1–10, kita diperlihatkan bagaimana kemenangan Kristus mengubah kesedihan menjadi sukacita dan membawa harapan baru kepada umat-Nya.

 

Poin 1: Kuasa Allah Mengguncang Dunia (ayat 1–4)

 

Pada pagi pertama setelah Sabat, Maria Magdalena dan Maria yang lain pergi ke kubur Yesus. Apa yang mereka temui bukanlah suasana tenang, melainkan kegemparan yang besar. Terjadi gempa bumi yang dahsyat, sebuah tanda intervensi langsung dari Allah. Seorang malaikat Tuhan turun dari langit, menggulingkan batu besar dari pintu kubur, lalu duduk di atasnya. Ini adalah gambaran bagaimana Allah sendiri membuka jalan bagi kemenangan Kristus atas kematian.

 

Wajah malaikat itu bagaikan kilat dan pakaiannya putih seperti salju, memperlihatkan kemuliaan surgawi yang tidak dapat ditandingi oleh kekuatan dunia. Para penjaga yang ditempatkan untuk mengamankan kubur menjadi gemetar ketakutan dan seolah-olah mati. Mereka yang seharusnya menjaga kematian justru tidak berdaya di hadapan kuasa hidup yang lebih besar. Peristiwa ini menggambarkan bahwa tidak ada kuasa manusia, bahkan tidak ada kekuatan duniawi, yang dapat menahan rencana keselamatan Allah.

 

Peristiwa ini mengingatkan kita pada Habakuk 3:6, "Ia berdiri, maka bumi bergoyang; Ia melihat, maka bangsa-bangsa gemetar." Kuasa Allah yang mengguncang bumi di pagi itu adalah tanda bahwa kemenangan Yesus adalah karya ilahi, bukan ciptaan manusia. Dunia diguncang bukan oleh kekuatan politik atau militer, tetapi oleh kuasa kebangkitan yang berasal dari Allah sendiri.

 

Poin 2: Kebangkitan Kristus Adalah Janji yang Digenapi (ayat 5–7)

 

Malaikat yang muncul itu menenangkan para perempuan yang ketakutan dengan kata-kata penuh penghiburan: "Jangan takut." Lalu ia menyampaikan kabar besar: Yesus yang disalibkan itu tidak ada di kubur karena Ia telah bangkit. Berita ini bukanlah sesuatu yang baru atau mengejutkan bagi mereka yang mendengarkan ajaran Yesus, sebab Ia sendiri telah berulang kali menubuatkan kebangkitan-Nya (lihat Matius 16:21).

 

Dalam perintah malaikat untuk melihat kubur yang kosong dan menyampaikan berita itu kepada murid-murid, kita melihat penggenapan janji ilahi. Kebangkitan Yesus adalah bukti bahwa semua perkataan-Nya adalah benar dan dapat dipercaya. 2 Korintus 1:20 berkata, "Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah," menunjukkan bahwa dalam Kristus, seluruh rencana keselamatan Allah mencapai puncaknya.

 

Kebangkitan Yesus bukan hanya membuktikan kuasa-Nya atas maut, tetapi juga menguatkan iman kita bahwa janji-janji Allah tidak pernah gagal. Apa yang telah dijanjikan Allah dari zaman dahulu tergenapi dalam Kristus. Kubur kosong itu bukan hanya tanda kemenangan, tetapi juga meterai kesetiaan Allah atas segala firman-Nya.

 

Poin 3: Respon yang Benar: Takut dan Sukacita (ayat 8)

 

Setelah menerima kabar dari malaikat, para perempuan itu segera meninggalkan kubur dengan takut dan sukacita yang besar. Ketakutan mereka bukanlah rasa takut yang menghancurkan, melainkan rasa hormat dan kekaguman terhadap kuasa ilahi yang baru saja mereka saksikan. Mereka menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan sesuatu yang sepenuhnya di luar jangkauan pengalaman manusia biasa.

 

Sukacita yang besar meliputi hati mereka, sebab berita tentang kebangkitan Yesus adalah berita tentang kehidupan dan pengharapan yang baru. Kematian bukan lagi akhir, melainkan awal. Seperti yang dinyatakan dalam 1 Petrus 1:8, "kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan," demikian pula sukacita para perempuan ini meluap dalam ketaatan mereka untuk segera membawa berita itu kepada para murid.

 

Kombinasi rasa takut yang kudus dan sukacita besar ini memperlihatkan respons yang tepat ketika seseorang berjumpa dengan karya keselamatan Allah. Ini bukan ketakutan yang menjauhkan, melainkan yang membawa mereka semakin dekat kepada misi yang Tuhan percayakan, yakni menjadi saksi tentang kebangkitan Kristus yang hidup.

 

Poin 4: Perjumpaan Pribadi dengan Kristus yang Bangkit (ayat 9–10)

 

Dalam perjalanan mereka untuk memberitakan berita itu, tiba-tiba Yesus sendiri menjumpai mereka. Ia menyapa mereka dengan kata-kata sederhana namun penuh kasih: "Salam bagimu." Ini adalah perjumpaan pribadi yang mengukuhkan pengalaman iman mereka, bukan hanya berdasarkan kesaksian malaikat, tetapi sekarang dari Yesus yang bangkit itu sendiri. Sentuhan pribadi ini menjadi penguatan terbesar bagi iman mereka.

 

Para perempuan itu segera mendekati Yesus, memeluk kaki-Nya, dan menyembah-Nya. Penyembahan mereka menunjukkan bahwa mereka mengenali siapa Yesus sebenarnya: Tuhan yang hidup, Raja yang berkuasa atas maut. Ini sejalan dengan penyembahan yang digambarkan dalam Wahyu 5:12, "Anak Domba yang disembelih itu layak menerima kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan, dan puji-pujian." Dalam penyembahan mereka, kita melihat pengakuan bahwa Yesus adalah pusat segala hormat dan kemuliaan.

 

Yesus lalu menguatkan mereka lagi dengan kata-kata, "Jangan takut," dan memberikan mereka tugas untuk pergi dan menyampaikan kabar itu kepada para saudara-Nya. Dalam pertemuan pribadi dengan Kristus yang bangkit ini, para perempuan menerima misi ilahi — bukan hanya untuk mengetahui kabar itu, tetapi untuk menjadi pembawa kabar kepada orang lain. Dengan demikian, perjumpaan pribadi dengan Kristus selalu melahirkan penyembahan dan pengutusan.

 

Penutup:

 

Matius 28:1–10 mengajarkan kita bahwa kemenangan Kristus atas kematian bukan hanya peristiwa historis, melainkan fondasi dari harapan kekal kita. Seperti disaksikan dalam Mazmur 16:11, "di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa," maka orang percaya pun dapat hidup dalam sukacita dan keyakinan penuh. Kemenangan Kristus telah menjadi kemenangan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar