Kamis, 23 Juni 2011

Zakharia bin Yoyada


Oleh : Fredrik Dandel, ST.

PENDAHULUAN :
Zakharia adalah nama seorang laki-laki yang berasal dari bahasa Ibrani זְכַרְיָה, yang artinya "Tuhan telah mengingat". Dalam Alkitab ada sekitar 28 orang yang menyandang nama ini. Yang pertama adalah Zakharia bin Yoyada, kemudian Zakharia raja Israel, anak Yerobeam, sampai kepada Imam Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis. Diantara sekian banyak yang bernama Zakharia, yang paling dikenal ialah Nabi Zakharia, yang disebut bersama Nabi Hagai, dan yang nubuat-nubuatnya terdapat dalam Kitab Zakharia. Matius dan Lukas mencatat tentang “'Zakharia anak Berekhya, yg kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”. Karena nabi Zakharia adalah anak Berekhya (Zakaria 1:1), maka mungkin ia mati martir, walaupun tidak ada catatan lain mengenai hal itu. Kemungkinan terbesar yang diacu oleh Matius dan Lukas ialah kematian Zakharia bin Yoyada sebagai martir dalam 2 Taw 24:20-22, dan bahwa kekeliruan nama ayahnya adalah akibat kesalahan penulis Injil, atau berasal dari tambahan penyalin Injil.

Zakharia bin Yoyada adalah seorang nabi yang sangat berani menyuarakan Firman Allah sampai akhirnya ia harus menjemput ajalnya ditangan bangsanya sendiri, bangsa Yehuda, oleh karena Firman Allah yang disampaikannya. Ia hidup di jaman Raja Joas bin Ahazia, Raja Yehuda, sekitar Tahun 878 s/d 850 SM. Ayahnya Yoyada adalah seorang Imam Agung yang sangat terkenal dan disegani dimata rakyat Yehuda. Sedangkan ibunya Yosabat atau disebut juga Yoseba, adalah anak perempuan Yosafat, Raja Yehuda.
Antara Yoas, Raja Yehuda dan Nabi Zakaria bin Yoyada, terdapat hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Yosabat ibu Zakaria adalah saudara perempuan dari Raja Ahazia ayah Raja Yoas. Raja Yoas dan Nabi Zakharia, keduanya adalah cucu Yosafat Raja Yehuda. Berkisah tentang Zakharia bin Yoyada, tidak terlepas dari kisah tentang Raja Yoas.

YOAS DISELAMATKAN DARI ANCAMAN ATALYA.

Ahazia, Raja Yehuda mati terkena panah oleh pasukan Yehu cucu Nimsi (seorang yang diurapi oleh Allah untuk membinasakan keluarga Ahab, Raja Israel) ketika ia pergi menjenguk Yoram, Raja Israel yang terbaring sakit. Kematian Raja Ahazia dimanfaatkan oleh Atalya ibunya (Istri Yoram, Raja Yehuda - anak Ahab, Raja Israel) yang bermaksud untuk merebut kekuasaan, menjadi raja Yehuda menggantikan anaknya Raja Ahazia.

Atalya bin Ahab yang semasa hidup suaminya Yoram bin Yosafat, Raja Yehuda telah berhasil mempengaruhi suaminya menyembah Baal, mewarisi kelakuan yang sangat jahat dari ibunya Izebel istri Ahab. Nafsu buasnya untuk menduduki kursi kerajaan Yehuda, membuatnya nekat membunuh cucu-cucunya sendiri, yakni anak-anak Raja Ahazia tanpa belas kasihan.

Tersebutlah Yoseba, anak perempuan Raja Yoram, saudara perempuan Ahazia, demi mengetahui niat jahat Atalya (mungkin ibunya), mengambil Yoas bin Ahazia, menculik dia dari tengah-tengah anak-anak raja yang hendak dibunuh itu. Yoseba kemudian memasukkan Yoas kecil dengan inang penyusunya ke dalam gudang tempat tidur, dan menyembunyikan dia terhadap Atalya, sehingga dia tidak dibunuh. Tinggallah Yoas selama enam tahun lamanya di tempat persembunyian di rumah TUHAN, sementara Atalya, neneknya memerintah Yehuda. Atalya memerintah rakyat Yehuda dengan lalim dan membawa umat tersebut dalam penyembahan kepada Baal.


YOAS MENJADI RAJA YEHUDA.
Kematian Atalya, Bangsa Yehuda kembali kepada Allah.

Setelah tujuh tahun berselang , Imam Yoyada memberanikan dirinya tampil kedepan, dan mempengaruhi rakyat Yehuda supaya sadar kembali dari perbuatan-perbuatan kesalahan kepada Allah karena pimpinan Atalya yang lalim itu. Ia mengundang para kepala pasukan seratus. Mereka mengelilingi Yehuda dan mengumpulkan orang-orang Lewi dari semua kota di Yehuda serta kepala-kepala puak orang Israel, untuk datang ke Yerusalem. Kemudian Imam Yoyada mengikat perjanjian dengan mereka dengan menyuruh mereka bersumpah di rumah TUHAN. Kemudian Yoyada memperlihatkan Yoas, anak raja itu kepada mereka. Kata Yoyada kepada mereka: "Lihatlah, anak raja! Biarlah ia memerintah, seperti yang telah difirmankan TUHAN tentang anak-anak Daud!
Kemudian Yoyada dan anak-anaknya membawa anak raja itu ke luar, mereka mengenakan jejamang dan memberikan hukum Allah kepadanya. Mereka menobatkan dia menjadi raja serta mengurapinya, lalu berserulah rakyat: "Hiduplah raja!". Dengan penuh kegembiraan, rakyat berlari-lari menyambut raja dan memuji-muji dia.

Pekik rakyat menggelenggar sampai ke telinga Atalya. Ia bergegas ingin mengetahui apa gerangan yang sedang terjadi. Langkah kakinya mengarahkan ia ke dalam rumah TUHAN dimana suara tersebut datang. Ia melihat raja berdiri dekat tiangnya pada jalan masuk, sedang para pemimpin dengan para pemegang nafiri ada dekat raja. Dan seluruh rakyat negeri bersukaria sambil meniup nafiri, sedang para penyanyi dengan alat-alat musik mereka, memimpin nyanyian puji-pujian. Maka Atalya mengoyakkan pakaiannya sambil berkata: "Khianat, khianat!" Tetapi imam Yoyada menyuruh untuk menangkap perempuan itu, dan membawanya keluar dari dalam rumah TUHAN, mereka membunuh dia dengan pedang pada waktu ia sampai ke jalan masuk istana raja pada pintu gerbang Kuda.

Imam Yoyada turut memegang peranan penting dalam kerajaan Yehuda. Ia membawa seluruh rakyat Yehuda untuk kembali kepada TUHAN, Allah Israel. Merekamerobohkan rumah Baal; memecahkan mezbah-mezbahnya dan patung-patungnya serta membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu. Kemudian mereka memulihkan penyembahan kepada Allah, memperbaiki kaabah TUHAN dan mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN--seperti tertulis di dalam Taurat Musa--dengan sukaria dan dengan nyanyian menurut petunjuk Daud. Semangat berbakti mereka pulih kembali. Seluruh rakyat negeri bergembira dan amanlah kota itu, setelah Atalya mati dibunuh dengan pedang.

Yoas berumur tujuh tahun pada waktu ia menjadi raja, dan empat puluh tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Zibya, dari Bersyeba. Yoas melakukan apa yang benar di mata TUHAN selama hidup imam Yoyada. Namun demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu.

ZAKHARIA MATI DIHUJANI BATU ATAS PERINTAH YOAS.

Imam Yoyada menjadi tua, dan lanjut umur, lalu matilah ia. Seratus tiga puluh tahun umurnya ketika ia mati. Zakharia anaknya menjadi Imam menggantikan dia, namun sedikitpun Raja Yoas tidak mengindahkannya.
Raja Yoas berkuasa penuh tanpa penasehat. Ia mulai dipengaruhi oleh penghulu-penghulu Yehuda yang tidak taat kepada Allah. Mereka datang menyembah raja, Raja dipuja setinggi bintang. Yoas yang tenggelam dalam sanjungan, seolah-olah dibius, sehingga lupa kepada Allah yang telah memeliharanya sejak kecil yang juga menganugerahkan kepadanya kekuasaan atas Yehuda.
Yoas dan rakyatnya meninggalkan rumah TUHAN, Allah nenek moyang mereka, lalu beribadah kepada tiang-tiang berhala dan patung-patung berhala. Namun TUHAN mengutus nabi-nabi kepada mereka, supaya mereka berbalik kepada-Nya. Nabi-nabi itu sungguh-sungguh memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak mau mendengarkannya.

Lalu Roh Allah menguasai Zakharia, anak imam Yoyada. Ia tampil di depan rakyat. Dalam suatu kesempatan yang baik, ditengah-tengah orang banyak dengan gagah berani disertai wajah yang berseri-seri penuh dengan Roh Allah, menggelegarlah suara Zakharia, Imam itu yang ditujukan kepada rakyat Yehuda, katanya : "Beginilah firman Allah: Mengapa kamu melanggar perintah-perintah TUHAN, sehingga kamu tidak beruntung? Oleh karena kamu meninggalkan TUHAN, Iapun meninggalkan kamu!"
Demi mendengar firman Allah yang disampaikan dengan perantaraan Zakharia tersebut, rakyat Yehuda bukanlah bertobat, melainkan menjadi sangat marah kepada Zakharia.
Mereka mengadakan persepakatan terhadap Zakharia, dan dengan pengetahuan dan persetujuah Raja Yoas, rakyat yang telah dirasuki nafsu Iblis tersebut menerkam serta menyeret Zakharia ke pelataran rumah TUHAN. Mereka melontari dia dengan batu. Tubuhnya hancur oleh lumatan batu-batu yang tidak terbilang banyaknya itu. Kulit tubuhnya seakan-akan berlomba-lomba meninggalkan tubuhnya, darah memercik tanpa bisa terbendung lagi, membanjiri lantai pelataran rumah TUHAN dengan warna merah. Sebelum nyawa terlepas dari jasadnya, dengan suara terbata-bata ia berseru : "Semoga TUHAN melihatnya dan menuntut balas!". Dengan demikian Zakharia bin Yoyada, seorang abdi Allah yang setia kepada Junjungannya, dan yang menghendaki umat-NYA bertobat dan kembali kepada Allah, menjemput ajalnya di tangan rakyat Yehuda, bangsanya sendiri. Suatu pengorbanan yang tak pernah dilupakan oleh Allah sang Khalik, yang telah menyediakan tempat yang layak baginya bersama-sama dengan DIA.

PENUTUP :

Zakharia bin Yoyada tewas mempertahankan kebenaran Allah. Ia mati syahid. Ia telah selesai menunaikan tugasnya, dan pergi menyusul para pendahulunnya ke tempat yang telah disediakan Allah khusus bagi mereka. Pergi ke tempat yang tidak mengenal lapar dan dahaga lagi, karena Anak Domba Allah telah membawa mereka kepada mata air kehidupan. Tiada lagi air mata, karena DIA yang mengasihi mereka telah menghapuskan segala air mata dari mata mereka. Berbahagialah mereka yang dapat mengambil bagian dalam sengsara Jesus Kristus, Korban yang sempurna itu.
Malang bagi Raja Yoas. Di akhir hidupnya, pegawai-pegawainya bangkit mengadakan persepakatan, lalu membunuh dia. Sangat disayangkan bahwa dia mengawali kehidupannya dengan baik, tetapi mengakhirinya dengan buruk.
Matius 23:35 – 38 berkata seperti begini : supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!". "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.

Bagi mereka yang tidak mengasihi Allah, darah itu kelak akan dituntut kepadanya sebagai bentuk pertanggunganjawab atas setiap kesalahan yang mereka telah perbuat. Tapi bagi orang-orang yang mengasihi Allah, darah itu telah menumbuhkan tunas-tunas yang baru yang kelak selalu akan berbuah untuk kemuliaan nama TUHAN.


Referensi dan Gambar :

Alkitab
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini.
Nicky J. Sumual (Tjetakan Pertama : 1960). Mati Sjahid. Penerbit HKBP Pematang Siantar. Pematang Siantar - Sumatera Utara.
http://id.wikipedia.org/wiki/Zakharia
http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Zakharia

Catatan tentang gambar :
Gambar diatas bukanlah gambar mengenai Zakharia bin Yoyada melainkan Stefanus yang juga dilontari dengan batu sampai mati. Tidak tersedianya gambar mengenai Zakharia bin Yoyada di internet, membuat penulis mengunduh gambar tersebut dari sumbernya : http://www.exclassics.com/foxe/foxe005.gif

Kamis, 16 Juni 2011

Iman Kristen


Oleh : Pdt. D. Sampeliling, STh.
(Gembala Sidang GPSDI Efata - Ambon)

I. Defenisi Iman.
Iman ialah sikap yang di dalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapatkan keselamatan, entah itu kebajikan, kebaikan susila atau apa saja, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus, dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yang dimaksud oleh keselamatan.
Dengan kata lain :
“Iman ialah mengerahkan diri sepenuhnya kepada Yesus Kristus dan mengandalkan serta mengharapkan hanya dari Dia satu-satunya sumber untuk memperoleh keselamatan”.


II. Arti Kata Iman

A. Dalam Perjanjian Lama
Kata “emun” dalam bahasa Ibrani.
Ulangan 32:20;
“Sebab mereka itu suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai “kesetiaan”.
Pada ayat ini “emun” atau “iman” diterjemahkan “kesetiaan”. Jadi beriman pada ayat ini berarti “setia kepada Tuhan”.
Habakuk 2:4 ;
“Sesungguhnya, orang yang membu-sungkan dada tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu hidup oleh “percayanya”.
Pada ayat ini “emun” atau “iman” diterjemahkan, “percaya”. Jadi beriman pada ayat ini berarti “percaya kepada Tuhan”.

Kata “batakh” dalam bahasa Ibrani.

Mazmur 26:1,
“Berilah keadilan kepadaku, ya Tuhan, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada Tuhan aku percaya dengan tidak ragu-ragu”.

Mazmur 37:3-4,
“Percayalah kepada Tuhan dan laku-kanlah yang baik...... dan bergembiralah kepada Tuhan; maka Ia akan mem-berikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu”.

Amsal 3:5,
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri”.
Pada ketiga ayat tersebut di atas, kata “batakh” atau “iman” semuanya diter-jemahkan ; “percaya” artinya : “percaya kepada Tuhan”.
Jadi dalam Perjanjian Lama : “Iman” artinya “percaya dan setia kepada Tuhan”.

B. Dalam Perjanjian Baru.
Kata “Pisteno”.
Yohanes 3:16,
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal supaya setiap orang yang “percaya kepada-Nya” tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Kisah Rasul 16:3,
“Jawab mereka : percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”

Yohanes 5:24,
“Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan “percaya” kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.”

“Pisteno” atau “iman” pada ayat-ayat di atas diterjemahkan : “percaya”. Jika kata “pisteno” disusuli kata “eis”, maka arti harfiahnya adalah : “percaya ke dalam” maksudnya ialah iman yang mengeluarkan seseorang dari dalam dirinya sendiri dan menaruh dirinya di dalam Kristus. Pengalaman ini juga disebut “kesatuan dengan Kristus melalui iman”.
Jadi dalam Perjanjian Baru :
“Iman” artinya : “menyerahkan diri sepe-nuhnya kepada Yesus Kristus tanpa syarat dengan memautkan seluruh kepercayaan hanya kepada-Nya untuk memperoleh anugerah keselamatan melalui karya penebusan yang dikerjakan-Nya”.

III. Sumber Iman

A. Iman adalah karunia Tuhan.
Roma 12:3,
“Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Tuhan kepada kamu masing-masing”.

I Korintus 12:9,
“Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain, Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan”.

Filipi 1:29,
“Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus me-lainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

Kisah Rasul 14:23,
“..... mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka”.

B.Iman dikaruniakan melalui mendengar Firman Tuhan.

Roma 10:17,
“Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus”.

Yohanes 4:41-42,
“Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, dan mereka berkata kepada perempuan itu : “kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kau katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dia-lah benar-benar juruselamat dunia”.
Bandingkan Yohanes 8:30; 17:20, Kisah Rasul 4:4; 11:20-21; 13:47-48; 14:1; 18:8.

C. Iman dikaruniakan melalui melihat tanda dan mujizat.

Yohanes 2:1-11,
“Hal itu disebut Yesus di Kana yang di Galiela, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya, dan dengan itu, Ia telah menyatakan kemulian-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya”.
Bandingkan Yohanes 4:53; 7:31; 9:35-38; 11:45; 12:11.


IV. Fungsi Iman
A. Untuk memperoleh keselamatan.

Kisah Rasul 16:30-31,
“Ia mengantar mereka keluar, sambil berkata : “tuan-tuan apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat?” Jawab mereka : ”percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”.

Yohanes 3:16,
“.......setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”.

Yohanes 8:24,
“....... sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”.

Jadi iman ialah satu-satunya jalan yang melaluinya manusia menerima anugerah keselamatan.

B. Untuk memperoleh pembenaran.

Sebenarnya tidak mungkin seseorang berdosa diselamatkan sebelum dibenarkan, sehingga jika seseorang sudah diselamatkan, dipastikan ia sudah dibenarkan. Tapi untuk menekan fungsi iman, maka bagian ini perlu dituliskan. “dibenarkan” artinya : dibebaskan dari tuntutan, dinyatakan benar atau tidak bersalah.

Roma 3:28, 30,
“Karena kami yakin, manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
“Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman maupun orang-orang tidak bersunat juga karena iman”.

Galatia 2:16,
“Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya kerena iman dalam Kristus Yesus”.

Mengapa manusia hanya dapat dibenarkan karena iman dalam Kristus Yesus, dan bukan karena melakukan hukum Taurat? Karena manusia tidak sanggup melakukan hukum Taurat secara sempurna.
Dikatakan : “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya”. (Yakobus 2:10).
Hanya Yesus Kristuslah yang sanggup melakukan hukum Taurat itu secara sempurna sehingga hanya Dialah yang benar dan sekaligus berkuasa membenarkan orang-orang yang beriman kepadaNya.

II Korintus 5:21,
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Artinya Yesus Kristus yang tidak berdosa itu mengenakan keberdosaan kita pada diriNya sendiri dan bersama pula dengan itu Ia mengenakan kebenaran diriNya sendiri kepada kita sehingga kita menjadi benar oleh kebenaranNya itu melalui iman kita kepadaNya. Dan sebagai akibat dari pembenaran itu ialah :
1. kita hidup damai dengan Tuhan.
2. mempunyai pengharapan akan menerima kemuliaan.
Baca : Roma 5:1-2; 8:30.

C. Melihat apa yang tidak kelihatan

Ibrani 11:27,
“Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan”.
Bandingkan : Ibrani 11:3; Yohanes 20:29.

D. Dasar pengharapan dan lain-lain.

Ibrani 11:1,
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan ......
Bandingkan Roma 4:17-21.

Senin, 13 Juni 2011

Khotbah : Karya Roh Kudus di Akhir Zaman


(Ciri-ciri Kehidupan yang Dikuasai Roh Kudus)

Oleh: Pdt. Paulus Budiono

Syalom,

”Pada hari Tuhan aku dikuasai (digerakkan; dijadikan, dihasilkan)oleh Roh (Kudus) dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,...” (Why. 1:10)

Sesuai dengan tradisi Kristiani, hari ini, sepuluh hari setelah peringatan Kenaikan Yesus ke surga adalah hari Pentakosta, hari pencurahan Roh Kudus yang menandakan permulaan berdirinya gereja Tuhan!

Pada umumnya gereja Tuhan kalau hari ’Natal’ perayaannya sangat meriah; hari raya ’Paskah’ agak berkurang; peringatan ’Kenaikan Yesus ke surga’ menjadi biasa, terlebih hari raya ’Pentakosta’ hanya merupakan peringatan tanpa makna nyata, yang dilakukan sambil lalu saja. Namun gereja aliran Pentakosta mungkin masih ’meriah’ memperingati nuansa sepuluh hari ini dengan mengadakan kebaktian (khusus) ’mencari’ kepenuhan Roh Kudus dan berbahasa roh. Tetapi jika pencarian atau kepenuhan Roh Kudus terbatas atau dibatasi hanya pada hari Pentakosta (setahun sekali), dan puas dalam berbahasa roh, maka justru hal tsb. sudah menyalahi makna pencurahan Roh Kudus yang Tuhan Yesus janjikan! Sebab ternyata setelah pencurahan Roh Kudus di hari Pentakosta yang bersejarah dan yang telah memberi ’kuasa maha dahsyat’ bagi para rasul dan gereja-Nya untuk mampu bersaksi tentang Yesus (di tengah-tengah ancaman berat) dari Yerusalem sampai ke ujung dunia (tentu masih berlangsung hingga hari ini!) itu, pencurahan Roh Kudus-Nya sesungguhnya selalu terjadi di mana-mana dan kapan saja bagi umat yang percaya (baca: Kis. 8; 10; 19 dst.) tanpa dibatasi ruang (gedung gereja), waktu (jam tertentu) dan hari tertentu lagi.

Tetapi pagi ini kita akan membaca dan menghayati lebih dalam lagi makna kepenuhan dan karya Roh Kudus dalam diri kita (gereja-Nya) di hari-hari ini melalui pengalaman nyata dari rasul Yohanes yang mengatakan: ”Aku dikuasai Roh Kudus...”. Kita dapat menemukannya dalam kitab Wahyu yang ditulisnya sebagai kitab terakhir dari Alkitab yang mengungkapkan seluruh rahasia akhir zaman yang sedang dan segera digenapkan seluruhnya. Puji Tuhan!

Perlu saya pertegas lebih dahulu bahwa Roh Kudus adalah Allah yang berpribadi di dalam Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus)! Jadi, jika seseorang mau dan dikuasai Roh Kudus berarti dia sedang dipenuhi Allah Pribadi!


Ciri-ciri kehidupan (rasul Yohanes) yang dikuasai oleh Roh Kudus :
A. Dikuasai Roh Kudus dan disucikan selalu! (Wahyu 1:10 baca: Wahyu 1 s.d. 3)

Rasul Yohanes yang sedang ditawan di pulau Patmos menulis (pengalamannya): ”Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat... Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini."

Apa yang tertulis dalam Alkitab adalah firman Tuhan! Dan ”Segala tulisan (kitab-kitab dalam Alkitab) yang diilhamkan (dinafaskan) Allah bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik (mendisiplinkan) orang dalam kebenaran...” (2Tim. 3:16-17)

Maka tulisan rasul Yohanes d.h.i. untuk tujuh malaikat (gembala/pendeta) jemaat dan jemaat adalah agar mereka dapat dan mau membaca firman Allah untuk kemudian mau dikoreksi, diperbaiki (disucikan), dan menjadi pemenang serta (kelak) menjadi sempurna.

Karena itu pasal satu sampai dengan pasal tiga tertulis firman Allah yang mengandung ‘pujian dan teguran serta tawaran untuk menang’ bagi tujuh jemaat Asia Kecil. Dalam penyucian yang diawali/diingatkan kembali, mulai dari gembala/pendeta sidang sampai seluruh jemaat telah dilepaskan dari dosa oleh darah Kristus yang telah mengasihi mereka (1:5).

Kita juga dapat menemukan bahwa setiap jemaat (gembala + jemaat) di Asia Kecil mendapat tulisan (= firman Allah!) yang diperkuat oleh pernyataan Roh Kudus: ” Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh (Kudus) kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang,...”

Kesimpulannya, kehidupan (hamba Tuhan atau jemaat) yang dikuasai Roh Kudus adalah kehidupan yang telah ditebus oleh darah Kristus dan yang menyukai firman penyucian demi tercapainya kehidupan yang disucikan serta berkemenangan untuk menuju kesempurnaan!

B. Dikuasai Roh Kudus dan menyembah Allah yang Esa! (Why. 4:2 baca: Why. 4 s.d. 16)

Selang beberapa waktu, Roh Kudus mengu-asai rasul Yohanes lagi. Ia melihat, mendengar dan menulis: “…aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di surga dan… Segera aku dikuasai oleh Roh (Kudus) dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di surga, dan di takhta itu duduk Seorang……” Lanjutannya?

* Penampilan Sang Pencipta di atas Takhta-Nya membuat empat makhluk hidup yang di surga tak henti-hentinya siang dan malam berseru: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan” dan dua puluh empat tua-tua segera turun dari takhta serta melemparkan mahkota mereka lalu tersungkur sujud menyembah Sang Pencipta (FIRMAN ALLAH - Yoh. 1:1-3).

* Saat Anak Domba mengambil kitab gulungan yang termeterai, kembali keempat makhluk serta dua puluh empat tua-tua tersungkur dihadapan Anak Domba sambil menyanyi (menyembah): “...karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli suku dan bahasa dan kaum dan bangsa... menjadi imam-imam dan raja...”

* Tujuh meterai dibuka satu demi satu disertai dengan malapetaka-malapetaka yang akan me-nimpa dunia; begitu juga dengan tujuh sangkakala yang ditiup berurutan sampai pada puncak penuangan ketujuh cawan murka Allah! Dahsyat dan ngeri sekali!

* Bait Suci Allah diukur, juga orang-orang yang menyembah (beribadah) di dalamnya.

* Tetapi orang-orang yang namanya tidak tertulis dalam buku kehidupan Anak Domba yangtersembelih, akan menyembah binatang dan patungnya (666)! Celaka! (baca: Why. 14:9-12; 16:2). Sudahkah nama Anda tertulis di dalam buku kehidupan Anak Domba? Pastikan!

Kesimpulannya: kehidupan yang dikuasai Roh Kudus akan sungguh-sungguh dan semakin meningkat dalam penyembahan dalam roh dan kebenaran hanya kepada satu-satunya Allah, Sang Juruselamat è Tuhan Yesus Kristus, Anak Domba Allah!

C. Dikuasai Roh Kudus dan waspada terhadap kenajisan! (Why. 17:3 baca: Why. 17 s.d. 20)

Semakin rasul Yohanes didalam (dikuasai - BIS) Roh Kudus, semakin terungkap apa yang akan dan sedang terjadi di dunia (akhir zaman) ini; ”Dalam roh aku dibawanya ke padang gurun. Dan aku melihat seorang perempuan... di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. Dan... suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi..."

Awalnya rasul Yohanes menjadi ’heran’(bhs. Yunani = hal yang sangat bagus, hebat; sangat ajaib) akan penampilan ’perempuan sundal besar’ yang duduk di atas binatang itu. Namun ia ditegur malaikat bahwa hanya orang-orang yang namanya tidak tertulis dalam buku kehidupanlah yang akan ’heran’ terhadap ‘Babel besar’ itu!

Rasul Yohanes kemudian menjadi sadar akan hukuman apa yang segera menimpa ‘Babel besar’ ketika ia mendengar apa yang diserukan oleh makhluk-makhluk dan dua puluh empat tua-tua di surga: "Haleluya! ...karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya;... : "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya."

Rasul Yohanes juga mendengar ajakan agar berseru: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.” (Why. 19:6-7)

Kesimpulannya, dalam penguasaan Roh Kudus, seyogianya ’mata’ rohani kita dapat melihat dan menyelidiki kenajisan hebat (namun dianggap heran, bagus, ajaib oleh manusia umunya) dari ’perempuan pelacur besar’ (banyak pakar Alkitab menyatakan ini adalah simbol dari ’mempelai Setan’, gereja palsu) yang sedang mempraktikkan ’pelacuran’ (jasmani, rohani) dengan penghuni (kerajaan-kerajaan) dunia (padang gurun, bawah/rendah) menyangkut sosial-politik dan kebudayaan. Hendaknya kita semakin waspada untuk tidak ikut tercemar oleh bujuk rayu kenajisannya dan mau sungguh-sungguh mendengar apa yang didengar rasul Yohanes tentang hari pernikahan Anak Domba yang kudus... Ini adalah firman Allah yang benar!

D. Dikuasai Roh Kudus dan mengenal Mempelai Perempuan Anak Domba! (Why. 21:10 baca: Why. 21 s.d. 22)

Yang keempat kalinya dan yang terakhir dalam puncak pengalaman saat rasul Yohanes dikuasai Roh Kudus, ia menulis demikian: “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, … Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari surga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. …Maka datanglah seorang… malaikat… berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari surga, dari Allah. Kota itu penuh de-ngan kemuliaan Allah dan…”.

Setelah (diajak) melihat ke bawah (padang gurun), kini dia diajak ke sebuah gunung yang tinggi, dan melihat ke atas (lebih ke atas) dan Mempelai Perempuan, isteri Anak Domba – kota Yerusalem baru turun dari surga ke langit dan bumi yang baru! Kerinduan setiap manusia! Tempat di mana tiada kematian lagi, namun hidup kekal bahagia selamanya bersama Allah, Mempelai Pria surga kita, Tuhan Yesus Kristus. Haleluyah!

Kesimpulannya, rasul Yohanes (disuruh) menulis semua pengalamannya di dalam kitabnya - kitab Wahyu dengan suatu kerinduan besar agar para hamba Tuhan maupun jemaat yang dipenuhkan dan dikuasai Roh Kudus pada saat membaca firman Allah (khususnya) kitab Wahyu juga mengalami apa yang dialaminya (tentu dalam pengertian rohani!), yakni seluruh panca indera kita diarahkan /ditujukan kepada apa yang akan segera terjadi (sesuai firman-Nya), terlebih dengan ’mata rohani’ kita melihat ke atas, melihat bagaimana ’Mempelai Perempuan Anak Domba’ (= gereja-tubuh-Nya) sedang dipersiapkan untuk menyongsong kedatangan Tuhan Yesus Kristus, Mempelai Pria surga kita yang akandatang kembali.

Dikuasai Roh Kudus bermakna membawa gereja Tuhan dari menghargai Korban Kristus, disucikan, meningkat dalam penyembahan sampai merindukan menjadi Mempelai Perempuan Anak Domba!

Akhirnya, rasul Yohanes melihat dan mendengar: ”Roh (Kudus) dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!"... barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang,... mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”... Dan ia mengunci dalam tulisannya: ”Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!"

“Amin, datanglah, Tuhan Yesus!”, tulis rasul Yohanes!




Sumber : http://gkga-sby.org/content/view/418/31/lang,en/

Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnALkCU6FraY2vkjRWy_YHQaKdbZWlt4xnSOklYUXMLLY53Q0LR3wRR5-4cdbE0Dv5a5cSEQBDy4PXpO63r5ArcW9pQu9b6ndR58GcIjX47ZlddDMdsK1m4nCAWh07MTVR8ue_YFhGBAQ/s1600/dove.jpg

Minggu, 12 Juni 2011

Berkhotbah (Bagian V / Terakhir)



Oleh : Pdt. D. Sampeliling, STh. 
 Gembala Sidang GPSDI Efata - Ambon)  

Setelah khotbah sudah masak dan siap dihidangkan kepada jemaat, tentunya pengkhotbah harus mempersiapkan diri baik mentalnya maupun teknis penyampaiannya supaya khotbah itu dapat disampaikannya dengan baik. Berikut kita akan akan mempelajari beberapa hal yang penting supaya kita dapat berkhotbah dengan baik : 

1. Dasar Keberanian Berkhotbah 

Meskipun khotbah sudah dipersiapkan dengan baik tetapi kalau yang mengkhotbahkannya tidak mempunyai keberanian, maka tetap saja akan gagal. Beberapa hal berikut ini akan membangun keberanikan seseorang untuk berdiri menyampaikan khotbah : 

a. Memiliki persiapan khotbah yang mantap. Seorang pengkhotbah akan lebih bersemangat menyampaikan khotbahnya jika ia yakin bahwa materi khotbahnya berbobot dan dibutuhkan oleh jemaat. 

b. Rajin berlatih. Seorang pengkhotbah akan lebih berani berkhotbah jika ia telah berlatih dengan baik, dan merasa sudah mahir dalam latihan itu.
 
c. Memiliki kepercayaan diri. Seorang pengkhotbah akan berani berkhotbah apabila ia memiliki kepercayaan diri. Ia percaya bahwa dirinya layak berdiri dan berbicara di depan umum. Ia tidak boleh merasa minder, ia tidak boleh terpengaruh oleh kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat pada keadaan fisiknya, misalnya: badannya pendek, atau kurus, atau tinggi, giginya tidak lurus, dan lain sebagainya. 

d. Biasa berbicara di depan umum. Meskipun seseorang sudah memiliki ketiga hal tersebut di atas, tetapi kalau ia belum terbiasa berbicara di depan umum, ia pasti tetap gugup ketika berdiri dan berbicara di depan umum. Karena itu bila ada kesempatan dalam perkumpulan atau ibadah untuk menyampaikan pendapat atau permintaan doa atau kesaksian, berdirilah dan sampaikanlah itu di depan umum. Meskipun mungkin pertama-tama engkau gagal sama sekali, tetapi jangan putus asa pasti akan datang waktunya engkau akan berani dan lancar berbicara di depan. Ketika saya pertama kali diberi tugas berdoa pembukaan di kampung, saya seperti disambar kilat. Saya mengucapkan dua atau tiga kata-kata dengan terpatah-patah. Saya rasa lama sekali, kemudian saya amin. Saya melupakan kata-kata apa yang saya telah ucapkan di dalam doa, dan yang saya tahu ialah bahwa diriku telah basah oleh keringat. Ketika pertama kali saya ditugaskan untuk memimpin sekolah minggu,tiga kali saya berdiri di muka kelas, tiga kali itupun ditertawai oleh semua anak-anak, dan sonder sepatah katapun saya ucapkan langsung saya meninggalkan ruangan gereja. Tetapi minggu berikutnya, saya datang dengan penuh keyakinan, dan saya berhasil memulai tugas saya sebagai guru sekolah minggu. 

e. Memiliki kerendahan hati. Perlu diperhatikan bahwa rendah hati tidaklah sama dengan rendah diri. Buah dari rendah diri ialah tidak berani menyampaikan pendapatnya atau tidak berani berdiri di depan umum. Sedangkan orang yang rendah hati ialah orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang besar dan penting tetapi ia tidak sombong. Ia yakin bahwa dirinya dapat melakukan hal-hal besar dan penting hanya karena kasih karunia Tuhan. 

f. Sangat percaya kepada Firman Tuhan. Seseorang dapat berkhotbah dengan penuh keberanian apabila ia sangat percaya bahwa Firman Tuhan yang disampaikannya adalah penuh dengan kuasa. 

g. Diurapi Roh Kudus. Seseorang dapat berkhotbah dengan penuh kuasa kalau diurapi Roh Kudus. 2. 

2. Rahasia Khotbah Yang Berhasil.  
  • Harus disampaikan dalam kuasa Roh Kudus. 
  • Harus didasarkan pada kebenaran Alkitab (Matius 4 : 1 – 11; 2 Timotius 3 : 15-16). 
  • Harus disampaikan dengan penyajian yang kuat. 
  • Harus dijadikan semenarik mungkin. 
  • Harus ditujukan kepada kebutuhan jemaat. 
  • Harus disampaikan dengan kasih yang tulus. 
  • Harus ditambatkan dengan tugas pendengar. 

3. Cara Menyampaikan Khotbah.  

a. Penampilan dan sikap. 
  • Ramah, hubungan dengan hadirin baik dan rileks. Jemaat lebih mungkin mendengar khotbah seseorang yang mereka suka, oleh sebab itu pengkhotbah harus menampilkan sikap yang ramah.
  • Menunjukkan kerendahan hati, tidak berlagak. Seorang pengkhotbah yang sombong sukar akan menarik perhatian jemaat. Pada umumnya orang tidak suka mendengar orang yang sombong. 
  • Pakaian harus rapi, bersih dan pantas. Pengkhotbah akan berdiri di muka jemaat yang tentunya tidak saja jemaat mendengar khotbahnya tetapi juga melihat pengkhotbah dengan jelas. Kalau pengkhotbah berpakaian tidak rapi, kotor dan tidak pantas, maka akan merusak khotbah walaupun khotbah itu baik sekali. 
  • Menguasai diri, keadaan dan hadirin. Kadang-kadang ada hal-hal yang mengganggu perhatian pengkhotbah dan jemaat. Pengkhotbah harus menguasai keadaan untuk menarik perhatian jemaat kepada khotbah. 
  • Berkhotbah dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan. Jemaat akan sukar memaafkan pengkhotbah yang tidak bersungguh-sungguh dan tidak yakin akan khotbahnya. 
 b. Gerak-gerik atau sikap badan.  
  • Gerak-gerik pengkhotbah harus bebas, wajar dan luwes, jangan kaku, jangan gerak-gerik yang lucu dan menggelikan. 
  • Mata memandang kepada jemaat, jangan memandang ke atas terus atau ke bawah terus atau ke samping terus, atau menutup mata. Tetapi memandanglah kepada semua jemaat sehingga pengkhotbah meyakinkan tiap jemaat bahwa ia berbicara secara pribadi kepada mereka walaupun ia berkhotbah kepada banyak orang. 
  • Mimik cukup, cocok dan pantas. Ada pengkhotbah yang wajahnya selalu muram sehingga jemaat menyangka bahwa pengkhotbah tersebut marah-marah, dan akibatnya jemaat tidak merasa diberkati, tetapi merasa dibebani pikulan berat. Pengkhotbah yang kelihatannya marah tidak akan mentobatkan pendengarnya. Dengan memakai mimik pengkhotbah dapat mendramakan apa yang sedang diceritakan. 
 c. Suara. 
  • Kata-kata harus diucapkan dengan jelas dan seksama. Tiap kata yang diucapkan pengkhotbah merupakan peluru kecil atau anak panah yang tajam. Tetapi kalau kata-katanya kurang jelas pada telinga jemaat, maka kata-kata itu menjadi anak panah yang tumpul. Pakailah bahasa yang mudah dimengerti jemaat. 
  • Variasi dalam nada suara pengkhotbah yang baik kadang-kadang akan berbicara dengan suara keras, dengan nada yang biasa, dan mungkin sewaktu-waktu dengan nada yang lembut. Suaranya akan turun naik selama berkhotbah. 
  • Suara harus disesuaikan dengan besar kecilnya ruangan. Kalau ruangan besar maka suara harus lebih keras, dan kalau ruangan kecil,maka volume suara harus dikurangi. 

d. Lain-lain petunjuk 
  • Sidang jemaat diberi kesempatan untuk mencari nats. 
  • Lamanya khotbah tergantung pada urapan Roh Kudus dan talenta pengkhotbah. 

4. Kepribadian Seorang Pelayan Tuhan. 
  • Seorang pelayan Tuhan harus mengawasi dirinya dan ajarannya. (I Timotius 4:16; I Korintus 9: 27). 
  • Seorang pelayan Tuhan mengalami kelahiran baru.( Matius 7:21-23). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya. ( I Korintus 9:16-22 ; IIKorintus 5:14-15). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus mengasihi jiwa-jiwa. (Matius 9:36 ; 14:14 ; 15:32 ; 18:25-27 ; Markus 1:41 ; Lukas 7:13). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus memiliki kehidupan doa. ( Yesaya 40:31 ; Kisah rasul 6:4). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus hidup dalam kesucian. ( Titus 2:7-8). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus cakap melayani pekerjaan Tuhan. (II Timotius 2 : 21). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus penuh iman. (II Korintus 5:7; Yakobus 1:6-8). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus dapat mengatur rumah tangganya dengan baik. (I Timotius 3:10-13). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus rendah hati. (Amsal 18:12; Matius 23:8-12). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus sabar seperti Tuhan Yesus sabar menghadapi segala sesuatu. (Amsal 16:32). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus jujur terhadap Tuhan dan sesama manusia. (Maleakhi 3:7-10). 
  • Seorang pelayan Tuhan harus setia sebab jika tidak demikian mahkotanya akan diambil orang lain. (Wahyu 2:10; 3:11).

Kamis, 09 Juni 2011

Berkhotbah (Bagian IV)

Oleh : Pdt. D. Sampeliling, STh. 
Gembala Sidang GPSDI Efata - Ambon)  

MERAMPUNGKAN KHOTBAH  

Sebuah khotbah dapat diibaratkan sebagai tubuh. Tubuh itu mempunyai nafas, daging, dan tulang, nama, kepala, badan dan kaki. Demikianpun khotbah nafasnya ialah Roh Kudus; daging dan tulangnya ialah Firman Tuhan, namanya ialah temanya, badannya ialah isinya, dan kakinya ialah penutupnya yang menendang bola kebenaran ke dalam gawang hati manusia. Khotbah juga dapat diibaratkan sebagai makanan, dan memang khotbah adalah makanan rohani.
Makanan itu dibuat dari berbagai bahan yang bermutu, diolah dan dicampur lengkap dengan bumbunya, kemudian dimasak. Sesudah masak kokinya mencicipinya untuk mengetahui rasanya yang sedap, dan apa aaaa lagi iiiii?. Siap untuk dihidangkan kepada orang-orang yang lapar dan haus. Dan itulah yang harus kita kerjakan sekarang juga dalam bagian ini.

1. Menyusun kerangka lengkap khotbah.
Kita telah mengerjakan bagian-bagian khotbah itu. Sekarang kita harus menyusun bagian-bagian itu menjadi susunan lengkap kerangka khotbah.
Susunannya sebagai berikut :
Bacaan khotbah : Yohanes 2 : 1 – 11
Tema khotbah : Solusi Persoalan Hidup.
Pendahuluan : …………..
Isi Khotbah :  
1. Menghadirkan Yesus
2. Memohon Pertolongan Yesus
3. Mendengarkan Nasihat
4. Melakukan Perintah Tuhan.
Penutup : …………………
Sekarang kita harus menyusunnya lebih rapi lagi supaya lebih cantik. Susunan itu akan seperti berikut ini.
"SOLUSI PERSOALAN HIDUP"
I. Menghadirkan Yesus
Yohanes 2 : 2
II. Memohon Pertolongan Tuhan
Yohanes 2 : 3
III. Mendengarkan Nasihat
Yohanes 2 : 5
IV. Melakukan Perintah Tuhan
Yohanes 2 : 7 – 10
Kini susunannya lebih manis dan mudah diingat bukan ?.
Pendahuluan dan penutup tidak dicantumkan dalam susunan ini karena untuk sementara Pendahuluan dan Penutup cukup dikuasai dan disimpan dalam hati saja. Para pengkhotbah kharismatik biasanya merasa cukup dengan hanya memiliki catatan khotbah seperti di atas ketika menyampaikan khotbahnya.
Tetapi itu bukan berarti bahwa pengkhotbah kharismatik pekerjaannya cukup sampai di situ. Kalau ia mau menyampaikan khotbah yang cantik, berbobot dan diurapi, ia harus melanjutkan dengan dua pekerjaan lagi untuk merampungkan khotbahnya. Namun sebelum kita meninggalkan bagian ini, perlu diperhatikan bahwa susunan urutan pokok-pokok khotbah itu harus disusun dengan urutan pola pertumbuhan.
Susunan kerangka yang kita buat di atas sudah diurut dengan pola pertumbuhan dalam dua hal, yaitu disusun menurut urutan kejadiannya dan urutan bobotnya. Sesuai urutan kejadiannya karena mengundang lebih dulu, sesudah itu memohon, kemudian menasihati dan terakhir Yesus memerintahkan.
Sesuai urutan bobotnya karena bobot yang paling rendah dari keempat pokok di atas ialah mengudang, kemudian di atas mengundang memohon, di atas memohon menasehati, dan yang paling di atas ialah memerintahkan.
Contoh Susunan Urutan
Misalnya : A menerima uang dari B.
I. Tahun 2000 sebesar Rp. 400.000.000,-
II. Tahun 2001 sebesar Rp. 200.000.000,-
III. Tahun 2002 sebesar Rp. 300.000.000,-
IV. Tahun 2003 sebesar Rp. 100.000.000,-
Susunan di atas disusun sesuai dengan urutan kejadian. Tetapi di dalam menyusun pokok-pokok khotbah harus disusun menurut tingkat bobotnya mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Mari kita susun urutan uang yang diterima A dari B sesuai tingkatan bobotnya.
I. Tahun 2003, Rp. 100.000.000,-
II. Tahun 2001, Rp. 200.000.000,-
III. Tahun 2002, Rp. 300.000.000,-
IV. Tahun 2000, Rp. 400.000.000,-
Inilah urutan yang disusun sesuai dengan tingkat bobotnya. Demikianlah kita harus menyusun urutan pokok-pokok khotbah.

2. Menyusun Uraian Lengkap Khotbah
Baik pengkhotbah yang cukup membawa catatan susunan kerangka pokok-pokok ketika berkhotbah, maupun yang berkhotbah dengan khotbah tertulis, keduanya harus menyusun uraian lengkap khotbahnya. Hanya perbedaannya ialah bahwa yang pertama ia menyusun uraian lengkap khotbahnya cukup dengan menuliskannya di atas lembaran hatinya dan menyimpannya di alam bawa sadar, sedangkan yang ke dua harus menuliskannya di atas lembaran kertas.
Hal ini penting, karena jika tidak demikian, maka pengkhotbah tidak dapat menyampaikan khotbah yang teratur dan terarah serta penempatan cerita dan kata-kata yang memadai. Dalam uraian lengkap khotbah, semua yang perlu diuraikan, ungkapan yang perlu ditekankan, kesaksian, dan ilustrasi yang perlu dipakai, harus sudah disusun sedemikian rupa sehingga ketika dikhotbahkannya itu mengalir keluar dengan lancar bagaikan air kehidupan yang menyejukkan, membersihkan dan menghidupkan para pendengarnya.
Sekarang mari kita menyusun uraian lengkap khotbah kita dengan tema yang kita sudah pilih di atas.

SOLUSI PERSOALAN HIDUP.
Yohanes 2 : 1 - 11

Saudara yang dikasihi Tuhan
Setelah membaca pasal pembacaan di atas, maka khotbah ini saya beri tema “Solusi Persoalan Hidup”.
Solusi Persoalan Hidup artinya cara penyelesaian suatu persoalan hidup yang sedang dihadapi. Kita dapat membayangkan dua keluarga yang dengan sekuat tenaga dan segala upaya telah mempersiapkan segala sesuatu semaksimal mungkin untuk memeriahkan pesta pernikahan putera-puteri mereka. Kedua mempelai telah duduk di kursi pengantin dan keempat orang tua duduk disamping kedua mempelai. Lalu tiba-tiba berdirilah seseorang yang berpakaian rapi, dengan suara yang lantang dengan untaian kata-kata yang indah ia mengatakan pesta dimulai. Para undangan dipersilahkan datang ke meja makan untuk mengambil makanan dan air anggur yang telah disediakan. Semua orang bersukacita, terutama kedua mempelai dan orang tua mereka.
Karena begitu banyaknya undangan, maka pada pertengahan pesta terjadilah masalah air anggur sudah habis. Uangpun sudah habis dibelanja sehingga tak mungkin dapat membeli anggur tambahan.
Saudaraku yang kekasih ! semua kita yang hidup di dunia ini tidak ada yang hidup tanpa masalah. Masalah adalah sesuatu yang tidak kita sukai, tetapi juga tidak dapat kita tolak. Yang dapat kita lakukan ialah mencari cara penyelesaiannya.
Syukurlah ! karena pada pasal pembacaan di atas kita menemukan empat pokok kebenaran sebagai solusi bagi setiap persoalan hidup kita. (Selengkapnya klik di sini : http://eddiedandel.blogspot.com/2011/05/solusi-persoalan-hidup.html
Perhatikanlah uraian lengkap khotbah kita di atas. Temanya menawan karena setiap orang pasti punya persoalan hidup dan ingin menemukan solusinya. Pendahuluannya juga menarik karena mengangkat suatu persoalan hidup dan memberitahukan bahwa pokok-pokok yang akan disampaikan dalam khotbah ini adalah pokok-pokok kebenaran yang menjadi solusi persoalan hidup.
Dengan demikian perhatian jemaat digiring untuk mendengar khotbah karena mereka ingin mengetahui pokok-pokok itu. Janganlah menyebutkan tema pokok-pokok itu sekaligus, tetapi sebutkanlah setiap tema pokok itu ketika saudara akan mulai menguraikan pokok tersebut. Biarkanlah jemaat penasaran untuk ingin mengetahui pokok berikutnya.
Dalam keempat pokok isi khotbah di atas kita mempunyai empat tujuan, yaitu :
1. Supaya jemaat menghadirkan Yesus dalam kehidupan mereka melalui kegiatan ibadah dan pelayanan.
2. Supaya jemaat tekun dalam doa dengan iman.
3. Supaya jemaat mendengarkan nasihat orang bijak terutama nasihat gembalanya.
4. Supaya jemaat menerapkan atau melakukan setiap perintah Firman Tuhan.
Dalam penutup khotbah kita harus membuat kesimpulan atau ringkasan khotbah kemudian kita mendorong jemaat untuk melakukan Firman Tuhan. Dengan demikian kita menggiring jemaat kepada tujuan utama khotbah itu.

3. Memasak dan Menikmati Khotbah.
Khotbah adalah makanan rohani yang dihidangkan kepada jemaat. Walaupun sudah disusun dalam uraian lengkap tetapi harus dimasak terlebih dahulu dan dirasakan oleh yang memasaknya sebelum dihidangkan kepada jemaat.
Cara memasak khotbah ialah menyerahkan bahan khotbah itu kepada Tuhan dalam doa, merenungkannya dan mengkhotbahkannya berulang-ulang di dalam hati. Ketika kita merenungkan dan mengkhotbahkan khotbah itu berulang-ulang di dalam hati, maka hal-hal berikut akan terjadi :
1. Kita akan lebih menguasai khotbah itu.
2. Wawasan kita mengenai materi itu akan bertambah luas dan dalam.
3. Kita akan mengetahui hal-hal yang masih kurang dalam khotbah itu sehingga kita memperbaikinya sebelum disampaikan kepada jemaat.
4. Kita akan menikmati berkatNya dan iman kita ditumbuhkan sebelum orang lain menikmatinya.

Rabu, 08 Juni 2011

Berkhotbah (Bagian III)



Oleh : Pdt. D. Sampeliling, STh.
(Gembala Sidang GPSDI Efata - Ambon).

MENGERJAKAN BAGIAN-BAGIAN KHOTBAH

Setelah kita mempersiapkan bahan khotbah, maka kini tiba saatnya untuk mengerjakan bagian-bagian khotbah.

1. Menetapkan Tujuan Khotbah
 
Seorang pengkhotbah harus mengetahui tujuan yang jelas dalam khotbahnya, sebab jika tidak ia akan seperti seorang yang berlari tanpa mengetahui tujuan ke mana ia pergi sehingga ia tidak akan tahu ketika ia sampai di sana. Khotbah yang tidak diketahui tujuannya dengan jelas akan menyulitkan pengkhotbah ketika mengkhotbahkannya dan akan membingungkan jemaat. Penghotbah akan kehilangan arah dan kepercayaan diri, sedangkan jemaat tidak akan menangkap apa-apa dari khotbah itu. Sekarang mari kita mencari tujuan apa yang ada dalam teks pembacaan Yohanes 2 : 1 – 11. Dalam konteksnya pembacaan itu memberitahukan bahwa Yesus Kristus berkuasa mengubah air tawar menjadi air anggur. Lalu apa tujuan Yohanes memberitahukan hal itu. Tujuannya ialah supaya setiap orang yang mengetahuinya percaya kepada Yesus Kristus. Tetapi sekarang kita akan khotbahkan kepada orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus. Kita harus mencari tujuan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan jemaat. Kita telah memahami maksud Tuhan dalam pembacaan di atas, yaitu : “Tuhan Sanggup Mengatasi Masalah Kita”. Kini mulai terbayang tujuan khotbah kita yaitu kita ingin memberitahukan kepada jemaat bahwa Tuhan Sanggup Mengatasi Masalah Kita. Apa tujuan kita memberitahukan hal itu ? Tujuan kita ialah supaya mereka jangan putus asa dalam menghadapi masalah mereka melainkan tetap percaya dan berharap kepada Tuhan Yesus Kristus. Sekarang tujuan khotbah secara umum sudah jelas, tetapi harus dirumuskan dalam kalimat pendek untuk menjadi sebuah tema.

2. Menetapkan Tema Khotbah
 
Tema adalah nama dari khotbah itu. Fungsi dari tema ialah memudahkan kita untuk menyusun dan menyampaikan khotbah dengan terarah. Tema merupakan papan penunjuk arah ke mana kita akan bergerak di dalam khotbah itu. Selain itu, tema juga menjadi daya tarik bagi pendengar sama seperti sebuah nama yang bagus menjadi daya tarik bagi orang yang mendengarnya sehingga ingin melihat si pemakai nama itu. Sama seperti seorang bapak memberi nama yang cocok dan bagus bagi anaknya yang baru lahir, demikian pula seorang pengkhotbah harus memberi tema yang cocok dan bagus bagi khotbahnya. Misalnya kita memberi tema bagi khotbah yang terambil dari bahan bacaan Yohanes 2 : 1 – 11. Kita mencoba beberapa tema berikut ini, sesudah itu kita pilih salah satu dari antara tema-tema itu. · Perkawinan di Kana · Tuhan sanggup mengatasi masalah kita · Air menjadi anggur · Solusi persoalan hidup. Sekarang kita seleksi dari keempat tema di atas. · Perkawinan di Kana Jika memakai tema ini tidak menarik karena semua orang Kristen sudah sering membaca atau mendengar tema ini. · Tuhan Sanggup Mengatasi Masalah Kita Tema ini bagus karena ini merupakan maksud atau rangkuman dari isi materi bacaan kita di atas. · Air Menjadi Anggur. Tema ini bagus karena disamping temanya pendek, juga susunan kata-katanya manis. Tetapi tema ini tidak dapat dipakai karena tidak dapat mencakup keseluruhan isi bacaan.
· Solusi Persoalan Hidup.
Tema ini bagus karena temanya pendek, susunan kata-katanya manis, mencakup seluruh isi bahan bacaan dan tidak pernah dipakai dalam Alkitab.
Setelah kita mempertimbangkan keempat tema di atas, maka ada dua yang kita tidak dapat pakai, yaitu : “Perkawinan di Kana” dan “Air Menjadi Anggur”.
Sekarang sisa dua tema, yaitu : “Tuhan Sanggup Mengatasi Masalah Kita” dan “Solusi Persoalan Hidup”.
Kedua tema ini bagus, hanya saja yang satunya lebih panjang dam yang satunya lagi lebih pendek. Tetapi perlu diingat bahwa nama atau tema yang panjang itu susah diingat atau dihafal sedangkan yang pendek lebih mudah diingat atau dihafal. Dengan demikian kita memilih : “Solusi Persoalan Hidup”.
Sekarang kita telah menemukan tema yang manis dan berbobot, yaitu : “Solusi Persoalan Hidup.”

3. Membuat Kerangka Khotbah

Yang dimaksud dengan kerangka ialah pokok-pokok kebenaran yang ada dalam bacaan Alkitab itu yang akan diangkat menjadi pokok-pokok bahasan dalam isi khotbah.
Mari kita menggali pokok-pokok kebenaran yang terdapat dalam teks bacaan kita, Yohanes 2 : 1 – 11.
a. Yesus diundang oleh Pemilik pesta
b. Terjadi kekurangan air anggur.
c. Maria memberi tahu Yesus masalah kekurangan air anggur itu dengan maksud meminta agar Yesus menolong mereka.
d. Maria memberi nasihat kepada para pelayan
e. Yesus memerintahkan para pelayan mengisi tempayan dengan air dan mereka melakukannya.
f. Yesus memerintahkan para pelayan mencedok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta, dan mereka melakukannya maka air tawar itu menjadi air anggur.
Kita mendapatkan enam pokok kebenaran. Mari kita menyeleksi keenam pokok di atas, mana yang kita akan jadikan kerangka khotbah. Nampaknya point b harus dikeluarkan dari kerangka isi khotbah karena yang akan menjadi isi khotbah ialah bagaimana menemukan solusi persoalan hidup sesuai dengan tujuan dan tema khotbah. Point e dan f dapat dijadikan satu karena keduanya sama yaitu Yesus memerintahkan para pelayan. Sekarang tinggal menjadi empat pokok. Keempat pokok ini harus disusun dalam kalimat-kalimat pendek yang manis.
· Yesus diundang oleh pemilik pesta
· Maria meminta agar Yesus menolong mereka
· Maria memberi nasehat kepada para pelayan
· Yesus memerintahkan para pelayan.
Keempat susunan di atas belum menarik sehigga harus dicarikan susunan kata-kata yang lebih manis untuk membuat kalimat pendek yang lebih manis.
Kita coba dengan susunan berikut ini.
· Menghadirkan Yesus
· Memohon pertolongan Yesus
· Mendengarkan nasihat
· Melakukan perintah Tuhan.
Menghadirkan Yesus artinya karena pemilik pesta mengundang Yesus sehingga Ia hadir di pesta itu.
Memohon pertolongan Yesus, artinya pemilik pesta dalam hal ini diwakili oleh Maria meminta pertolongan Yesus.
Mendengarkan nasihat, artinya pemilik pesta yang diwakili oleh para pelayan mendengarkan nasihat Maria sebagai seorang hamba Tuhan.
Melakukan perintah Tuhan, artinya pemilik pesta yang diwakili oleh para pelayan melakukan perintah Tuhan Yesus sehingga terjadilah mujizat, yaitu air tawar menjadi air anggur, maka persoalan hidup pemilik pesta dapat terselesaikan.
Dengan demikian keempat susunan di atas sudah cukup manis dan sangat berbobot sehingga sekarang kita sudah mempunyai susunan kerangka isi khotbah yang baik.

4. Membuat Pendahuluan Khotbah

Biasanya pendahuluan khotbah mudah dibuat setelah mengetahui isi khotbah karena pendahuluan khotbah harus sesuai dengan isi khotbah itu. Melalui Pendahuluan, pengkhotbah memperkenalkan tema dan tujuan khotbahnya tanpa harus menyebutkan secara langsung nama pokok-pokok isi khotbahnya. Pokok-pokok khotbah itu baru disebutkan ketika kita akan mulai menguraikan bagian itu.
Tujuannya ialah supaya jemaat tetap memiliki rasa ingin tahu pokok yang belum diuraikan. John Killinger, seorang Professor bidang khotbah memberitahukan cirri-ciri suatu pendahuluan khotbah yang baik.
· Pendahuluan yang paling baik biasanya singkat.
· Pendahuluan yang baik umumnya menawan
· Pendahuluan yang baik sering tak mudah dilupakan.
· Pendahuluan yang baik bersifat perantara.

5. Membuat Penutup Khotbah 

Penutup khotbah adalah bagian akhir dari khotbah yang didalamnya terdapat ringkasan atau kesimpulan khotbah, manfaat dari kebenaran itu dan dorongan bagi jemaat untuk menanggapinya dengan melakukan hal-hal yang perlu dilakukan untuk menerima berkat dan pertolongan Tuhan.
Sama halnya dengan pendahuluan yang baik, demikianpun dengan penutup yang baik mempunyai ciri-ciri yang sama dengan pendahuluan kecuali cirri bagian akhir tentunya berbeda.
· Penutup yang baik biasanya singkat dan jelas.
· Penutup yang baik umumnya menawan.
· Penutup yang baik sering tak mudah dilupakan.
*Penutup yang baik pasti memuat tugas pendengar.